-Kamar Gon, malam hari-
Gon : Sial! Setiap kali mengingat kembali perkataannya. Dia membuatku jengkel! Aku pasti akan lulus!
Killua : Tapi ya sejujurnya sih apa yang dikatakan oleh pria berjenggot (Tsezguerra) itu ada benarnya juga.
Gon memasangkan wajah jutek yang menyeramkan.
Gon : Apa maksudmu?!
Killua : Jangan marah begitu. Bukannya kita harus latihan Ren setiap hari dalam 3 hari sebelum penyeleksian di mulai? Lalu kau ingat dengan saran yang diberikan Luci padamu?
Gon : Ya.
Killua : Setelah dipikirkan ulang tentang perkataannya. Sepertinya aku sedikit mengerti dan kita harus memanfaatkan itu. Kurasa sudah saatnya kita naik ke tingkat berikutnya.
Gon : Tingkat berikutnya?
Killua : Benar. Bukankah pertama-tama kita mengenal Ten, lalu belajar Zetsu, kemudian mendapatkan Ren, dan sampai mencapai Hatsu?
Gon tersentak kaget mendengar kata terakhir Killua. Killua tersenyum lebar.
Killua : Hatsu! Dengan kata lain, ini teknik tertinggi. Ketika Kurapika belajar Nen, dia berada di sekitar tingkatan yang sama dengan kita. Tapi alasan dia mampu melawan Ryodan pada tingkatan yang sama dengan mereka, itu karena dia memiliki teknik terkuatnya.
Killua melihat ke arah jendela dan sekilas menatap bulan, lalu melihat ke arah Gon yang sedang menatapnya.
Killua : Di samping itu, seperti yang biasa Luci lakukan, apa kau tidak penasaran dan ingin tahu bagaimana Kurapika bisa mendapatkan kekuatan rantai dengan adanya risk yang mengancam jiwanya itu, lalu bagaimana dengan Luci yang bisa membuat darahnya menjadi pedang yang mematikan itu?
Mimik Gon sedikit berubah tenang. Dia fokus mendengarkan perkataan Killua dan seperti menyadari sesuatu.
Killua : Kita juga bisa melakukannya. Kita tidak perlu sampai seperti Kurapika. Mungkin itulah saran yang Luci berikan padamu.
Gon mencoba mengingat-ingat kembali dan mengurai perkataan Lucia tadi sore satu per satu dengan hati-hati.
Gon : (Kumpulkan aura di tangan.)
Gon mengangkat satu tangannya lalu mengepalkan kelima jarinya.
Gon : (Lalu memukul tembok hingga hancur.)
Gon memerhatikan tembok lalu tangannya secara bergantian. Killua hanya diam melihat gerak gerik yang barusan di lakukan oleh Gon.
Gon : Killua.
Killua : Hm?
Gon : Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Lucia katakan.
GUBRAK. Seolah-olah seperti terdengar suara Killua jatuh.
Killua : Kau ini! Tentu saja tidak akan semudah itu!
Gon : Eh? Begitu ya?
Killua : Pokoknya ya, kita harus mencapainya dengan cara yang lebih ringan. Tetapi jika terlalu mudah juga tidak bagus, kita jadi tidak dapat menggunakan teknik yang kuat. Tentu tidak terlalu sulit namun tidak terlalu mudah, sesuai kemampuanmu saja dan mudah untuk digunakan. Coba bayangkan teknik semacam itu.
Gon mengangguk pelan.
Killua : Tipe Nenmu itu Kyouka (Enhancement), kan?
Gon : Ya.
Killua : Jadi, kau harus membuat sesuatu yang bisa memperkuat sesuatu. Kalau mengikuti saran Luci, berarti kuatkan tanganmu itu?
Gon : Ya, akan aku coba. Lalu kalau Killua sendiri?
Killua : Aku?
Gon : Lucia kan tidak memberikan saran apapun padamu. Apa yang akan kau lakukan dengan tipe Nenmu itu?
Killua : Hm, benar juga. Tapi jangan khawatirkan hal itu, kau pikirkan saja teknik punyamu dan aku akan pikirkan teknik punyaku di kamarku.
Gon : Eh?
Killua : Aku akan latihan untuk menguasai teknik tertinggi mulai hari ini sendirian. Lagipula aku sudah menemukan sesuatu ide dan tidak sabar ingin segera mencobanya, berarti kita akan saling sibuk dalam beberapa hari ini.
Gon : Kalau begitu, teknik apa yang akan kau buat?
Killua : Sore ga Hi Mi Tsu (Itu Ra Ha Sia.)
Gon sedikit memajukan mulutnya beberapa senti ke depan. Killua hanya terkekeh.
Killua : Yah, pokoknya berpikirlah sepenuhnya teknik yang kau inginkan. Mungkin ini satu-satunya cara supaya kita bisa lulus seleksi. Jadi, sampai ketemu 3 hari lagi ya!
Pada saat Killua hendak mau membalikkan badannya. Tiba-tiba pintu kamar Gon terbuka. Refleks Gon dan Killua melihat ke arah pintu.
Lucia : Kupikir kalian sudah memulainya ternyata masih belum ya?
Gon : Kita baru saja selesai membahasnya dan mau segera latihan.
Killua berjalan menuju ke arah pintu keluar.
Killua : Kau dari mana saja?
Lucia : Begitu? Kalau begitu, aku akan pergi ke markas Ryodan lagi karena tidak seru jika hanya melihat kalian latihan. Gon semangat ya!
Gon : Ya!
Killua : Pergilah, jangan mengganggu kita.
Lucia : Tsumetai ne... (Dinginnya...)
Killua dan Lucia keluar dari kamar Gon begitu saja meninggalkan Gon sendirian di kamarnya. Lucia memasuki kamar Killua yang berada tepat di sebelah kamar Gon. Lucia mengambil sebuah kotak chocorobo lalu bergumam sesuatu.
Lucia : Hee, teknik petir ya? Ternyata masih sama dengan aslinya ya.
Meskipun Lucia bergumam dengan suara kecil, akan tetapi masih bisa di dengar jelas oleh Killua. Killua sedikit tersentak kaget lalu langsung menatap Lucia yang tersenyum sambil mengunyah chocorobo.
Lucia : Apa? Tebakanku tepat, kan?
Killua : Aku kan tidak sedang memikirkan apapun saat ini, kau kok bisa tahu?!
Lucia : Ah, maaf. Pasti kau sangat ingin membuat surprise ya? Apa boleh buat, aku pada dasarnya genius dan tahu segala hal sih. Hihi..
Killua : Luci! Berhenti bercanda!
Lucia tiba-tiba menunjukkan ekspresinya yang serius. Killua menatap Lucia dengan tajam.
Lucia : Aku tidak sedang bercanda lalu itu bukanlah hal penting dari mana aku bisa mengetahuinya.
Killua : Apa?
Lucia : (Benar, masih belum waktunya aku memberitahu tentang semua kebenaran yang aku ketahui selama ini kepada Killua.) Ya, pokoknya teknik petir adalah hal yang cocok dan bagus buatmu, oniichan. Tidak heran sih jika kau memilih petir sebagai teknik Nenmu itu. Aku tahu dari dulu kau selalu melatih dirimu itu dengan menggunakan petir.
Killua : Begitu ternyata. Jadi kau juga mengetahuinya. Kupikir kakek dan ayah saja yang tahu.
Lucia : Tentu saja! Aku kan selalu berada disekitarmu. Hehe.. Baiklah, aku tidak akan mengganggu latihan kalian. Kita akan segera bertemu kembali di dalam game ya!
Killua : Kau tidak ikut seleksi bersama kita ya nanti?
Lucia : Tidak. Aku punya caraku sendiri. Hihi..
☆
-Markas Ryodan, 30 menit kemudian-
Seluruh anggota Ryodan terutama Feitan dan Phinks hanya menatap diam konsol game yang ada di hadapan mereka selama 30 menit tanpa menyentuhnya karena perintah Lucia yang mengancam mereka akan meninggalkan Ryodan dan menjadi musuh mereka jika berani memulai duluan tanpa dirinya. Tampak Shalnark yang barusan kembali memasuki ruangan.
Shalnark : Jadi ini game Greed Island yang terkenal itu?
Machi : Lalu bagaimana cara mainnya?
Phinks : Satu memory cardnya sudah terpasang, jika sesuai pembicaraan yang kita curi dengar di tempat perlelangan itu, berarti hanya satu orang saja yang bisa main ya?
Feitan : Kita bisa menggunakan multi-tap ini. Dengan ini bisa dimainkan delapan orang.
Phinks : Bagus. Jadi siapa duluan? (tersenyum lebar)
Franklin : Kalian tidak menunggu Zero?
Kortopi : Dia pasti akan ngambek jika kalian duluan pergi meninggalkannya.
Shizuku : Aku tidak ingin mendengar rengekannya. Itu merepotkan.
Feitan hanya diam menatap teman rekannya.
Phinks : Ck. Lama sekali dia!
Feitan : Kita tinggalkan saja dia.
Phinks : Itu ide bagus! (tersenyum lebar)
Lucia : Aku akan ngambek sebulan pada kalian jika kalian berani begitu padaku (tersenyum)
Terlihat Lucia berjalan masuk ke dalam.
Feitan : Lama.
Phinks : Memangnya aku perduli? Kalau kau lebih lama lagi, aku dan Feitan akan pergi duluan!
Lucia hanya tersenyum mendengar keluhan pedas teman rekannya.
Lucia : Apa boleh buat kan, aku ini kan orang sibuk yang sangat bertanggung jawab, jadi aku harus memberitahu mereka dulu dong.
Phinks : Terserah. Itu kan urusanmu.
Tanpa aba-aba dan pemberitahuan, Feitan yang penasaran dan sudah tidak sabar lagi mengangkat kedua tangannya ke atas lalu mengalirkan aura Nennya pada konsol game tersebut. Kemudian tiba-tiba Feitan menghilang dari sana. Semua anggota Ryodan yang berada di sana pun kebingungan dengan menghilangnya Feitan secara tiba-tiba di hadapan mereka.
Phinks : Oh! Dia benar-benar menghilang.
Machi : Lho Feitan? Feitan menghilang. Barusan itu apa?
Phinks menoleh ke arah Machi.
Shalnark : Apa yang terjadi?
Lucia : Fei Fei curang! Tega sekali dia masuk duluan! Seharusnya lady first kan!
Phinks : Ini game. Kalian mau mencoba main juga?
Lucia : Jadi setelah masuk ke dalam, kita akan bertemu seseorang seperti NPC yang menjelaskan turtorial game tersebut. Jika layar yang bertulisan "Now Loading" berubah menjadi "Now Playing," maka player selanjutnya bisa langsung masuk untuk memainkannya. Begitu seterusnya.
Machi : Passu (Aku lewat.)
Franklin : Aku sih ingin saja.
Phinks : Begitu? Baiklah, berikutnya aku duー
Phinks hendak mau memasukkan memory cardnya, akan tetapi dia langsung terpaku diam karena merasakan tatapan menusuk dari belakang. Dia menoleh dan melihat Lucia menatapnya dengan dingin.
Phinks : Baiklah, silakan kau duluan.
Lucia : Tidak. Kau duluan saja, tapi sebagai syaratnya, kau dan Fei Fei harus menungguku di sana. Kalian tidak boleh bergerak sampai aku masuk ke dalam ya! Mengerti?!
Phinks : Ya, oke (Tapi aku tidak janji sih, jika Feitan mau duluan bergerak, maka kita akan pergi duluan.)
Setelah itu, Phinks juga langsung menghilang dari hadapan teman rekannya setelah mengalirkan aura pada konsol game tersebut.
Shizuku : Dia juga menghilang.
Lucia : Hmph! Dasar pengkhianat! Lihat saja nanti mereka!
Franklin tersenyum sambil menepuk ringan kepala Lucia.
Franklin : Kalau tidak segera menyusul mereka, mereka akan meninggalkanmu lho.
Lucia : Tanpa itu pun, mereka sudah meninggalkanku duluan.
Machi : Lalu ini game macam apa?
Franklin memegang sebuah buku panduan game Greed Island dan membacanya.
Franklin : Game yang mana jika dimainkan, kau bisa mati. Itu tertulis di dalam buku panduannya.
Shalnark mengambil buku panduan tersebut dari tangan Franklin. Lalu membolak balikkan halamannya dan tersenyum lebar. Tiba-tiba Lucia mendekatinya, kemudian merangkul manja lengan Shalnark yang berada di sampingnya.
Shalnark : Hm, apa?
Lucia : Shal, aku tahu kau cukup tertarik pada game ini. Jadi kau harus ikut main bersamaku, ya? Kortopi, Shizu dan Frank juga (mata berbinar-binar) Sayang banget Machi tidak mau ikut bermain.
Machi : Ya, aku tidak tertarik. Sebaiknya aku menjaga markas bersama Bonolenov saja.
Lucia : Baiklah. Jadi lainnya?
Lucia kembali menatap Shalnark.
Shalnark : Kau mau aku menemanimu main?
Lucia : Iya! Jika aku masuk ke dalam sekarang, aku pasti langsung sendirian. Mereka berdua (Feitan dan Phinks) tidak setia kawan, mereka pasti sudah pergi meninggalkanku!
Shalnark tertawa.
Shalnark : Baiklah. Kalau begitu ayo kita mengajak Kortopi dan Shizuku juga.
Lucia : Hore!
☆
-Di kamar Gon-
Dua jam telah berlalu, semenjak Kurapika datang mengunjungi kamar Gon untuk menanyakan kabar perlelangan dan sampai sekarang Gon masih belum memulai apapun. Semenjak tadi, dia hanya duduk bersila di atas lantai sambil berpikir keras.
Gon : Aku sudah mendengarkan pendapat Kurapika dan terus memikirkan saran Lucia dan juga perkataan Killua, tapi aku masih tidak dapat menemukan ide apapun. Apa sebaiknya aku bertanya kepada Wing-san?
Gon pun mencoba menelepon Wing untuk meminta pendapat.
-Di kamar Killua-
Setelah melatih Ten dan Ren selama dua jam, Killua pergi untuk membeli stun gun listrik dan beberapa keperluan lainnya. 10 menit kemudian, Killua kembali dan langsung memulai latihannya dengan mengeluarkan aura dari tubuhnya. Dia menggunakan Gyou untuk melihat aura yang mengalir pada seluruh tubuhnya, lalu mengeluarkan stun gun dari saku celananya.
Killua : (Membayangkan aura bergabung dengan listrik...)
Killua langsung menyetrum lengannya dengan stun gun listrik. Dia sekuat tenaga menahan rasa sakit dari sengatan listrik dan secara perlahan-lahan menyerap aliran listrik yang masuk ke dalam tubuhnya kemudian menggabungkannya pada auranya. Setelah itu, dia membuang stun gun itu.
Killua : (Lalu berikutnya membayangkan listrik yang masuk ke dalam tubuh untuk dilepaskan sambil menyempurnakan Nen.)
Killua mendekatkan kedua ujung jarinya dan memberi sedikit jarak seperti magnet dan berhasil mengeluarkan aliran listrik dari kedua ujung jarinya. Dia tersenyum lebar.
-Di kamar Gon-
Wing : Hahaha kau bilang teknik tertinggi? Tapi tipe Nen Kyouka (Enhancement) tidak perlu teknik tertinggi.
Gon : Eh? Kenapa?
Wing : Karena tipe Nen Kyouka (Enhancement) adalah jenis yang paling seimbang di antara 6 tipe Nen lainnya. Jika kau terus berlatih Ten dan Ren, itu akan menjadi teknik yang menakjubkan. Terutama... Gon, aku tidak tahu situasi yang rinci, tapi jangan pernah melakukan seperti apa yang Kurapika lakukan.
Gon tiba-tiba teringat dengan percakapannya dengan Kurapika beberapa saat yang lalu mengenai teknik tertinggi milik Kurapika.
"Jenis latihan apa yang pernah kau lalui, Kurapika? ー Gon."
"Aku...? Karena kuputuskan untuk membuat rantai, aku melatih pembayangan. Aku menutup mataku sambil memegang rantai asli. Lalu aku juga terus menggambar rantai sampai ratusan bahkan ribuan kali. Kemudian aku kembali memperhatikan, menjilat, mencium, dan mendengarkan suara rantai. Kata guruku jangan lakukan apapun selain menangani rantai ini. Lalu setelah sekian lama, dia mengambil rantai asliku, saat itulah aku mulai membayangkan rantai dan halusinasi tersebut mulai terasa berat dan dingin sampai aku bisa mendengarkan suara rantai. Setelah sampai situ, aku baru bisa membuat rantai sendiri dengan kekuatan Nenku. Selain itu, latihanku sama seperti yang kalian lakukan. Ten dan juga Ren ー Kurapika."
Tiba-tiba lamunan Gon pun buyar karena Wing kembali memanggil nama Gon.
Wing : Gon?
Gon : Eh?
Gon kembali terdiam beberapa detik.
Gon : Wing-san, aku tidak punya waktu banyak. Seleksi itu akan dimulai 3 hari lagi, mau bagaimana pun juga aku ingin lulus dari seleksi itu.
Wing : Sepertinya kau terburu-buru ya. Hm, baiklah, ingatlah tentang apa yang kau bisa lakukan dengan selangkah demi selangkah. Tentu kau akan segera menemukan jawabannya.
Gon : Petunjuk! Kumohon beri aku petunjuk lebih lagi! Jika seperti ini aku tidak punya cukup waktu sampai ujian seleksi tiba!
Wing : Tergesa-gesa itu tidak baik. Stabil adalah cara yang tercepat, Gon.
Gon : WING-SAN!
Wing menjauhkan telepon dari telinganya. Dia tersenyum ramah sambil menahan emosinya. Zushi yang sedang berlatih Ten pun merasa ngeri setelah melihat Wing yang tersenyum marah.
Wing : Haaah... Kau sungguh keras kepala, dengar ya ini petunjuk besar. Sewaktu kau tunjukkan kekuatan Nenmu pada Hunter pro itu di perlelangan adalah Ren normalmu, kan?
Gon : Ya.
Wing : Maka saat ini, coba tunjukkan semuanya sekaligus.
Gon : Eh? Semuanya?
Wing : Itu benar. Kemudian kembali ke semua yang telah pernah kau pelajari. Semuanya dalam sekaligus.
Setelah itu telepon dengan Wing pun selesai, Gon kembali memikirkan semua perkataan Wing sambil menutup matanya. Lalu dia kembali melihat ke arah depan. Kemudian dia mulai menunjukkan satu per satu yang dulu dia pelajari dari Wing. Mulai dari Ten, kemudian Zetsu, lalu Ren dan terakhir Hatsu.
Tiba-tiba dia teringat kembali dengan perkataan Tsezguerra dan itu membuatnya kesal dan tanpa sadar langsung meninju udara seolah-olah sedang meninju Tsezguerra. Lalu tiba-tiba dia melihat kepalan tangannya yang meninju udara dan langsung kembali teringat dengan perkataan Lucia dan menyadari sesuatu.
"Kumpulkan aura pada tangan dan hancurkan tembok."
Perlahan dia menutup matanya, kemudian berkonsentrasi. Dia membayangkan aura yang ada di sekitar tubuhnya dan mengalirkan semuanya pada kepalan tangannya.
Lalu dia membuka matanya, terlihat sekumpulan gumpalan cahaya kecil di kepalan tangannya. Akan tetapi, energi itu tidak bisa bertahan lama karena menguras energinya. Dia langsung terpental, berkeringat dan terengah-engah. Gon merasa sangat puas karena telah berhasil menemukan jawabannya. Dia tersenyum lebar.
Gon : OSU!!
Killua yang bisa mendengar suara teriakan Gon pun tersenyum.
Killua : Sepertinya dia telah menemukannya. Aku pun tidak akan kalah!
Killua masih terus mengembangkan aliran listrik pada seluruh tubuhnya.
Killua : Ugh...
Baik Killua maupun Gon terus berlatih teknik Nen mereka sepanjang malam.
-Bersambung-