Télécharger l’application
66.66% Wiro sableng 212 " Banjir Darah Di Tambun tulang " / Chapter 10: Banjir Darah di Tambun Tulang 10

Chapitre 10: Banjir Darah di Tambun Tulang 10

Mulutnya terkatup rapat-rapat sehingga kedua

rahangnya menonjol dan pelipisnya menggembung.

Sepasang matanya memandang menyorot tak ber-

kedip ke bawah bukit kecil, ke arah sebuah kampung

yang kini hanya tinggal musnahannya saja berupa rerun-

tuhan rumah-rumah yang telah jadi debu! Jelas dilihat-

nya mayat-mayat yang bergelimpangan di sana sini,

mayat-mayat manusia dan binatang-binatang yang mati

tertambus hidup-hidup di dalam api! Dan yang paling

menusuk matanya ialah mayat anak-anak yang menemui

kematian mereka secara mengenaskan dalam pelukan

ibu mereka!

Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dalam landasan

kemusnahan itu! Kemusnahan yang telah dilakukan oleh

manusia-manusia jahat tanpa rasa belas kasihan sama

sekali!

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng

ingat akan kampung-kampung yang dimusnahkan Dewi

Siluman di Pulau Madura tempo hari. Dan kemusnahan

kampung yang hari ini disaksikannya tidak ada beda,

malah lebih membuat luapan amarah menggejolak,

darahnya laksana api disiram dengan minyak!

"Siapakah manusia-manusia keparat yang mem-

buat kebiadaban begini rupa?!" tanya Wiro Sableng

padadirinya sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu, pe-

muda ini segera menuruni bukit dan memasuki kampung

yang telah musnah itu. Penyelidikannya tak membawa '

hasil apa-apa. Dan hati kemanusiaannya memaksa dia

untuk menggali beberapa buah lubang lalu mengubur-

kan mayat-mayat yang bergeletakan di sana sini. Rata-

rata semua menemui kematian akibat tusukan atau

bacokan senjata tajam!

Wiro melanjutkan perjalanan sewaktu matahari ter-

gelincir ke Barat. Kalau daerah sekitar situ berada di ba-

wah kekuasaan Datuk Sipatoka, pastilah yang berbuat

ganas itu Datuk Sipatoka atau anak-anak buahnya! Dan

ini mendorong Wiro Sableng untuk mempercepat per-

jalanannya Menjelang senja dia berhenti di sebuah anak

sungai dangkal berair jernih. Wiro membuka pakaian dan

langsung masuk ke dalam sungai. Betapa sejuknya air

sungai itu. Tengah dia asyik-asyik mandi mendadak se-

pasang telinganya mendengar suara hiruk pikuk pekik

manusia banyak sekali di kejauhan! Ketika dia meman-

dang ke arah datangnya suara itu maka tampaklah langit

di arah itu kemerahan-merahan!

"Kebakaran," pikir Wiro. Disudahinya mandinya lalu

naik ke darat dan berpakaian dengan cepat. Sesaat ke-

mudian dia sudah berlari sekencang angin ke jurusan

langit malam yang merah menyala!

Ketika Pendekar 212 sampai ke tempat kejadian Hu,

yang dilihatnya bukan cuma kebakaran! Beberapa orang

berpakaian hitam bertempur melawan penduduk kam-

pung. Perempuan dan anak-anak berpekikkan dan lari

menyelamatkan diri. Kira-kira setengah lusin mayat te-

lah bergelimpangan di tanah! Wiro segera maklum apa

yang terjadi. Kebakaran itu adalah kebakaran yang dise-

ngaja dan pelakunya adalah manusia-manusia be r sera-

gam hitam. Mereka bukan saja membakar rumah-rumah

penduduk dan membunuh sewenang-wenang tetapi

juga merampok! Dan ketika Wiro memandang berkeliling,

dari dalam sebuah rumah yang telah setengahnya

dimakan api kelihatan seorang laki-laki berpakaian hi-

tam tengah menyeret seorang perempuan muda yang

meronta dan menjerit-jerit!

Mendidihlah amarah Pendekar 212!

"Keparat betul!" bentak Wiro. Dia melompat dan

menghantam dengan tinju kanan!

Laki-lakt berpakian hitam yang tengah menyeret

perempuan muda tiada menyangka akan mendapat

serangan begitu rupa! Karenanya dia tak sanggup meng-

elak, sama sekali! Tubuhnya mencelat! Pekiknya setinggi

tangit! Begitu jatuh di tanah dia tak berkutik lagi sebab.

kepalanya yang kena hantam rengkah bermandikan

darah dan air otak!

Wiro menyerbu ke tengah-tengah manusia-manusia

berseragam pakaian hitam lainnya yang tengah menempur

habis-habisan penduduk yang coba mempertahankan hak

dan harta serta nyawa dan keselamatan pribadi serta

keluarga mereka! Dua orang tergelimpang dihantam

tendangan dan tinju kirinya. Yang lima orang lainnya

terkejut!

"Bedebah! Siapa kau?!" teriak salah seorang dari!

mereka.

Begitu habis berteriak orang ini melihat sesuatu

menyambar di hadapannya.

"Awas!" teriak kawan-kawannya.

Tapi orang itu tak keburu berkelit ataupun menang-

kis. Yang dilihatnya berkelebat ialah pukulan tangan

kanan Wiro Sableng yang melayang tepat-tepat ke

keningnya!

"Praak!"

Orang itu menjerit!

Keningnya pecah! Nyawanya lepas!

Bukan saja empat kawannya menjadi kaget tapi juga

tergetar hati masing-masing! Setelah memberi tanda se-

rempak mereka menyerbu! Pendekar 212 Wiro Sableng

diserang dari empat penjuru!

"Setan-setan kesasar! Keganasan kalian cukup

sampai hari ini! Makan ini!"

Wiro kirimkan dua pukulan dua tendangan!

"Wutt... wutt... wutt... wutt!" Keempat serangannya hanya

mengenai tempat kosong! Wiro terkejut! "Bangsat, apakah

mereka ini punya ilmu melenyapkan diri?!" maki Wiro dan

memandang berkeliling! Dalam pada itulah empat angin

pukulan tahu-tahu melanda ke arahnya dengan ganas!

Pendekar 212 menggereng macam harimau lapar!

Kedua tangannya kiri kanan menghantam berkeliling!

Dua gelombang angin pukulan yang dahsyat membadai

berputar! Dua orang pengeroyok terpekik! Tubuh mereka

berpelantingan. Satu menghantam pohon, pinggangnya

patah, nyawanya lepas! Yang satu lagi begitu jatuh di tanah

coba berdiri tapi terus muntah darah dan kojor di situ juga!

Dua orang lainnya seputih kertas pucat paras mereka. Yang

satu tanpa pikir panjang segera ambil langkah seribu.

Kawannya melompat ke balik sebatang pohon dan

keluarkan satu suitan nyaringi

"Monyet hitam! Tempat larimu adalah ke akhirat!"

teriak Wiro seraya hantamkan tangan kanannya ke arah

laki-laki yang ambil langkah seribu!

Belum lagi angin pukulan Wiro sampai orang itu

telah memekik macam dihadang setan! Kemudian

pekiknya lenyap dan tubuhnya mencelat beberapa tombak.

Terguling di tanah tanpa nyawa lagi!

Wiro Sableng segera pula hendak kirimkan pukulan

maut ke arah laki-laki yang bersembunyi di balik pohon.

Sekaligus dia hendak hantam pohon dan orangnya! Tapi

baru tangan kanan diangkat, tahu-tahu empat bayangan

hitam melompat di hadapannya dan serentak meng-

urungnya.

Wiro memandang berkeliling dengan cepat. Ke-

empat manusia berpakaian dan berdestar serba hitam itu

rata-rata berbadan tegap dan bertampang ganas. Ke-

empatnya memelihara kumis melintang. Dan pada dada

pakaian masing-masing terpampang gambar kepala ha-

rimau warna kuningi Wiro teringat pada .manusia ber-

nama Gempar Bumi, pembantu utama Datuk Sipatoka.

Ada perbedaan gambar harimau yang terpampang di

dada pakaian keempat orang ini dengan yang dilihatnya

pada dada pakaian yang dikenakan Gampar Bumi. Per-

bedaannya ialah pada besar kecilnya. Gambar kepala

harimau di pakaian Gempar Bumi besar sedang pada ke-

empat manusia ini agak kecil! Ini mungkin berarti bahwa

keempatnya adalah pembantu-pembantu Datuk Sipato-

ka juga tapi dari tingkat yang lebih rendah dari Gempar

Bumi!

''Pemuda keparat! Melihat tampangmu nyata kau bu-kan

penduduk sini! Lekas katakan siapa kau?!" membentak

salah seorang dari empat manusia berkumis melintang.

Wiro mendengus.

"Kau tak layak bertanya! Lebih bagus kau tanyakan

bagaimana caranya cepat-cepat pergi ke neraka!" Dan

habis berkata begitu Wiro pukulkan tangan kanannya da-

lam jurus serangan Kunyuk Melempar Buah yang di-

perbawa dua perlima tenaga dalamnya!

Yang diserang terkejut melihat datangnya angin ke-

ras ke arahnya dan dengan serta merta pukulkan pula

tangan kanannya ke depan memapasi serangan lawan!

Dalam pada itu ketiga kawannya tidak tinggal diam.

Serentak ketiganya menyerbu Pendekar 212 dari tiga

jurusan! Seorang diantaranya mencengkeram dengan

kedua tangan dari belakang!

Sekali melihat bagaimana pukulan kunyuk melem-

par buahnya sanggup dipapasi lawan dan melihat pula

gerakan tiga orang lainnya dalam melancarkan serangan

itu Wiro segera maklum bahwa keempatnya berkepan-

. daian tinggi yang tak bisa dianggap remeh! Kalau dinilai

masing-masing setiap dua manusia yang mengeroyok-

nya itu sebanding dengan kepandaian Gempar Bumi. De-

ngan kata lain saat itu dia menghadapi dua. lawan ber-

kepandaian setinggi Gempar Bumi.

Pertempuran hebat berkecamuk!

Wiro andalkan ilmu meringankan tubuhnya untuk

mengelit serangan-serangan lawan yang sangat ganas

dan bertubi-tubi. Tubuhnya merupakan bayangan-bayang

putih yang coba didesak oleh keempat manusia

berpakaian hitam-hitam itu! Karena telah pernah bertem-

pur melawan Gempar Bumi maka sedikit banyaknya

Wiro mengerti, gerakan-gerakan lawan! Dan ini banyak

menolongnya Meski pada empat jurus pertamanya dia

kena didesak namun jurus-jurus selanjutnya dia mulai

berada di atas angin. Serangan-serangannya membuat

keempat pengeroyok mundur terus-terusan dan dalam

jurus ke delapan salah seorang dari mereka terjungkal

ke luar kalangan pertempuran dengan tulang dada dan

beberapa tulang iga ringsek dilanda tendangan kaki kanan

Wiro Sableng! Nafasnya sesak, mulutnya megap-megap.

Dari kerongkongannya terdengar suara seperti

orang tercekik dan; sesaat kemudian tubuhnya tak ber-

gerak lagi!

Kematian seorang kawan mereka membuat tiga manusia

baju hitam lainnya menjadi tergetar. Apalagi sesudah dalam

jurus-jurus selanjutnya mereka dipaksa bertahan mati-

matian dalam desakan hebat serangan berantai Pendekar

212!

Salah seorang berseru memberi tanda. Wiro me-

nyangka mereka hendak melarikan diri maka dia siapkan

pukulan jarak jauh untuk melabrak ketiganya bila me-

reka benar-benar hendak kabur! Tapi dugaannya mele-

set! Ketiga anak buah Datuk Sipatoka itu dalam gerakan

yang aneh yaitu lompatan-lompatan macam katak me-

nyerbunya dari tiga jurusan! Wiro pukulan kedua tangan-

nya berkeliling! Tiga lawan gerakkan kedua kaki dan da-

lam keadaan tubuh melayang di udara mereka membuat

satu lompatan lagi, begitu-Wiro hendak menghantam ke

atas, ketiganya tahu-tahu sudah melesat ke bawah dan

entah kapan mereka menggerakkan tangan mereka tahu-

tahu tiga bilah keris hitam menderu ke arahnya! Satu me-

nusuk ke kepala, yang dua lainnya membabat dari dua

jurusan yang berlawanan!

Wiro terkesiap kaget melihat serangan yang hebat

ini! Dengan cepat segera dia keluarkan jurus pertahanan

yang terlihay dari "Ilmu Silat Orang Gila" yaitu yang di-

namakan jurUs "Orang Gila Melenggang ke Awan!"

Kedua tangannya dikembangkan ke atas sedang ke-

dua kakinya menjejak ke tanah mengandalkan tenaga

dalam dan ilmu meringankan tubuh! Laksana panah le

pas dari busurnya, tubuh Wiro Sableng melesat meleng- ,

gang lenggok ke atas; dua kembangan tangan yang men-

datangkan angin bukan saja sanggup menangkis tusuk-

an keris yang datang dari atas tapi sekaligus membuat

lawan terpelanting laksana daun kering dihembus angin!

Meskipun tubuhnya selamat namun tak urung pa-

kaiannya masih sempat dirobek oleh ujung keris salah

seorang lawan yang menyerang dari samping!

"Edan!" maki Wiro. Segera dia siapkan jurus serang-

an Kunyuk Melempar Buah yang mengandalkan sete- ,

ngah bagian tenaga dalamnya!

Sementara itu salah seorang dari lawan-lawannya

yang bermata awas berseru: "Kawan-kawan! Kulihat

bangsat Ini mengeluarkan Jurus ilmu Silat Orang Gila!

Pastilah dia muridnya Si Tua Gila! Ingat bahwa Datuk kita

punya dendam kesumat terhadap Tua Gila pada empat

puluh tabun yang lalu?! Kalau kita musnahkan muridnya

ini pasti kita mendapat pahala besar dari Datuk! Mari!"

Serentak dengan itu dan diikuti oleh kedua kawan-

nya maka menyeranglah dia! Tapi kali ini ketiganya di-

bikin terkejut. Karena begitu mereka bergerak Wiro han-

tamkan tangan kanannya ke depan! Dua orang berseru

keras dan melompat ke samping! Yang seorang lagi ter-

lambat untuk selamatkan diri. Kedua tangannya ditelak-

kan ke muka dada laksana seorang yang berusaha me-

nahan tindihan benda berat yang tak kelihatan di depan

dadanyal Wiroputar sedikit telapak tangannya! Laki-laki

di depan sana menjerit keras! Tubuhnya mental dan ke-

tika menggeletak di tanah kelihatan bagaimana seluruh

tubuh laki-laki ini terutama dari bagian dada ke atas han-

cur memar laksana buah pepaya dibantingkan ke batu!

Pucat pasilah wajah dua anak buah Datuk Sipatoka

lainnya! Mereka saling memberi isyarat. Lalu mengeruk

satu. pakaian masing-masing dan sedetik kemudian

enam puluh batang jarum hitam yang mengandung bisa

jahat beterbangan ke arah Pendekar 212! Jarum-jarum

ini bentuknya sama dengan senjata rahasia milik Gem-

par Bumi. .Wiro gerakkan tangan kanannya! Sebagian

dari jarum-jarum itu mental yang sebagian lagi berbalik

ke arah pemiliknya! Salah seorang dari mereka tiada

menduga hal ini hingga terlambat untuk selamatkan diri!

"Akhhh...." Jerit maut ke luar dari mulutnya. Belasan

jarum menembus tubuh dan jantungnya. Nyawanya le-

pas saat itu juga! Yang seorang lagi masih untung! Be-

gitu lolos dari bahaya maut segera putar tubuh untuk am

bil langkah seribu! Tapi perbuatannya ini sia-sia saja ka-

rena lebih cepat dari itu satu totokan telah menyambar

punggungnya, membuat dirinya tegak kaku kejap itu

juga!

"Monyet hitam, sekarang kau akan jadi penunjuk

Jalanku! Kau musti antarkan aku ke sarang majikanmu

yang bernama Datuk Sipatoka Itu!"

Mendadak terdengar jerHan perempuan yang di-

susul oleh teriakan seorang laki-laki. "Tolong! Anakku...

anakku!"

Wiro berpaling cepat! Masih sempat dilihatnya se-

sosok bayangan hitam memboyong lari seorang gadis

dan lenyap dikegelapan malam!

Wiro kerenyitkan kening, gigit bibir. Hatinya me-

maki. Dia berpaling pada laki-laki. di hadapannya dan

berkata: "Monyet hitam! Keadaan memaksaku membuat

nasibmu lebih baik dari kambrat-kambratmu yang lain!

Kau kulepaskan hidup-hidup! Tapi jangan lupa sampai-

kan pesanku pada Datukmu bahwa disatu hari dalam

waktu yang singkat aku akan membuat perhitungan de-

ngan dia! Bila dia menanyakan siapa aku, ini kutuliskan

namaku di keningmu!" Kemudian dengan ujung jarinya

Wiro menggurat angka 212 di kuIH kening laki-laki itu!

Lalu tanpa tunggu lebih lama dia berkelebat ke jurusan

lenyapnya laki-laki yang memboyong gadis tadi!

Namun satu teriakan memanggil membuat dia hentikan

lari!

"Wiro!"


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous