Télécharger l’application
95.42% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 167: KETAHUAN???

Chapitre 167: KETAHUAN???

Revan berdiri di luar anjungan kapal kayunya, dia menyesap wine yang ada ditangannya dengan wajah sedih. Dia tidak habis pikir pada Wina yang memiliki pikiran jika dia akan menyakiti putrinya. Apakah aku sejahat itu sehingga aku tega menyakiti anak-anak? batin Revan. Dilemparnya gelas itu ke laut lalu dia melompat ke laut dan berenang.

" Bos, hati-hati! Banyak ikan liar di bawah!" teriak anak buah Revan, tapi pria itu seakan tidak perduli akan keselamatannya sendiri. Dia berenang memutari kapalnya dan sesekali menyelam.

Sementara Wina menunggu dengan hati was-was dan menyesal telah bicara kasar pada Revan.

" Kamu dimana, sayang? Maafkan aku!" ucap Wina ambigu. Dia mondar-mandir di depan pintu menatap ke arah gerbang berharap Revan segera datang.

" Nyonya! Makan malam sudah siap!" ucap salah seorang PRT.

" Apa secepat itu?" ucap Wina memejamkan matanya. Lalu dia masuk untuk membersihkan tubuhnya, dia berendam di bathtub untuk beberapa lama, kemudian dia melihat putrinya di kamarnya, tapi kamar itu kosong. Pasti dia sudah di meja makan! batin Wina. Wina turun dengan langkah gontai, dia berjalan dengan menundukkan kepalanya. Pikirannya tidak bisa hilang dari Revan.

" Mommy! Cepet! Nina lapar!" teriak Nina saat melihat Wina.

" Iya, say...yang!" Wina terkejut saat melihat Nina duduk dipangkuan Revan.

" Boleh kita mulai, Om?" tanya Nina. Revan menganggukkan kepalanya. Mata Wina tidak lepas dari wajah pria tampan itu.

" Nina kenapa tidak duduk sendiri?" tanya Wina.

" Nina maunya duduk sama Om Revan!" jawab Nina.

" Nanti Omnya capek!" kata Wina.

" Apa Om capek?" tanya Nina dengan wajah lucunya. Revan menggelengkan kepalanya.

" Tapi kalo mommy Nina menyuruh Nina duduk sendiri, Nina harus nurut sama mommy!" kata Revan membuat Wina seperti tersentil. Nina cemberut sambil turun dari pangkuan Revan dan duduk di sebelah Revan.

" Kita makan!" kata Revan. Lalu semua menikmati makanan yang telah disiapkan oleh PRT. Wina terkejut melihat Revan makan dengan tangan kiri, begitu juga saat minum. Tangan kanannya disembunyikan dibawah meja makan. Mereka makan dengan sopan dan tidak ada yang bicara. Beberapa saat kemudian mereka selesai dan Nina minta pergi ke kamarnya karena ingin bermain.

" Nina ke kamar dulu, mom!" kata Nina.

" Iya, sayang!" jawab Wina.

" Om, Nina ke kamar dulu! Jangan lupa diobati, ya, lukanya!" kata Nina dijawab dengan senyum dan anggukan oleh Revan. Wina menatap tajam pria di depannya itu, setelah Nina naik, Revan beranjak dari duduknya.

" Permisi!" kata Revan yang berdiri dengan menyembunyikan tangannya di belakang. Lalu dengan cepat dia memutar tubuhnya bersama tangannya membelakangi Wina.

" Berhenti!" kata Wina.

" Aku capek, ingin istirahat!" kata Revan.

" Aku ingin bicara!" kata Wina.

" Besok saja!" jawab Revan, kemudian meninggalkan Wina dan masuk ke dalam kamarnya. Wina memejamkan matanya merasa kesal dan marah. Dia menahannya lalu nyusul putrinya ke atas.

" Nina ngantuk, mommy!" kata Nina.

" Ayo, mommy tidurkan!" kata Wina.

" Iya, mommy!" jawab Nina.

Nina tertidur setelah dibacakan dongeng oleh Wina, kemudian dia meninggalkan putrinya itu bersama dengan babysitternya. Wina berjalan keluar kamar Nina menuju ke kamar Revan. Ceklek! Tidak dikunci! batin Wina. Dia membuka pintu tersebut dan melihat ranjang itu kosong, lalu dia berjalan masuk dan melihat pintu balkon terbuka. Wina melihat pria yang membuatnya tergila-gila itu sedang berdiri sambil menyesap wine...lagi.

" Maaf!" ucap Wina dengan memeluk pria itu dari belakang. Revan terkejut saat mendengar suara lembut Wina dan pelukan hangat wanitanya itu.

" Maafkan aku!" ucap Wina lagi sambil mencium punggung Revan. Revan memejamkan kedua matanya.

" Apa aku adalah orang yang jahat, Win?" tanya Revan.

" Tidak!" sahut Wina cepat.

" Apakah aku seorang pria yang suka menyakiti anak-anak?" tanya Revan lagi.

" Tidak! Kamu orang baik! Kamu adalah pria terbaik yang ada dihidupku!" kata Wina mempererat pelukannya. Revan merasa punggungnya basah. Wina menangis terisak, Revan memutar tubuhnya setelah meletakkan winenya di atas pembatas balkon.

" Meskipun dia bukan putriku, aku tidak mungkin menyakitinya! Aku menyayanginya karena dia putrimu!" kata Revan menangkup kedua pipi Wina dan menghapus airmata wanita itu.

" Maafkan aku! Aku...hanya takut!" jawab Wina.

" Takut dia marah karena telah terjadi sesuatu pada putrinya?" tanya Revan.

" Tidak! Aku tidak perduli! Aku mencintaimu! Tidak ada orang lain!" kata Wina menatap nanar Revan dan memeluk erat pria itu.

" Aku juga sangat mencintaimu, Wina! Sangat!" ucap Revan lembut, lalu mengecup kening wanita itu. Dia tidak bisa marah apalagi sampai menyakiti hati wanita itu. Revan membawa Wina masuk dan mereka tidur dengan saling memeluk satu sama lain.

Sementara itu di tempat yang lain, Angel semakin gelisah saat Revan tidak kunjung memberinya kabar. Dia kemudian keluar dari rumahnya dan menuju ke rumah tetangganya yang berada dalam satu blok dengannya.

" Permisi!" kata Angel.

" Ibu mencari siapa?" tanya seorang wanita.

" Apa Bu Wina ada?" tanya Angel.

" Maaf, ibu siapa?" tanya Angel.

" Saya Angel, istri Pak Revan, teman Bu Wina!" jawab Angel.

" Siapa, Mbok?" tanya sebuah suara.

" Ini, Tuan, ada yang mencari Nyonya!" kata wanita tadi. Seoeang pria dengan wajah indo keluar dari dalam rumah.

" Anda siapa?" tanya pria itu.

" Saya Angel!" jawab Angel.

" Ada keperluan apa mencari istri saya?" tanya William.

" Apa Bu Wina ada?" tanya Angel lagi.

" Dia sedang pergi keluar kota!" jawab William.

" Ke...luar kota? ...Kenapa bisa...bersamaan?" ucap Angel ambigu.

" Apa maksud anda bersamaan? Bersamaan dengan siapa?" tanya William dengan wajah menggelap.

" Suamiku...dia juga ...per...gi...!" kata Angel, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sangat sakit. Dia baru saja tahu dari sekretaris Revan jika Revan dan Wina menjalin kerjasama.

" Siapa suamimu?" tanya William dengan menahan amarah.

" Re...van!" jawab Angel lalu kepalanya mendadak berputar dan tiba-tiba matanya menjadi gelap.

" Bu! Tuan! Gimana..." Angel hanya samar mendengar lalu dia pingsan.

Wina bangun dari tidurnya, dia meraba tangan yang melingkar di perutnya. Kok, hangat? batin Wina. Dia memutar tubuhnya dan melihat Revan yang sedang tertidur dengan gelisah. Wina memegang kening Revan dan matanya membulat sempurna, lalu leher dan dada pria itu juga disentuhnya.

" Kenapa tubuhmu panas?" kata Wina ambigu. Dengan cepat Wina memanggil PRT dan menyuruhnya memanggil dokter. Beberapa saat kemudian dokter datang dan memeriksa Revan.

" Bagaimana, Dok?" tanya Wina setelah dokter itu selesai memeriksa.

" Tuan Revan terlalu banyak minum tanpa makan apa-apa, hingga tubuhnya mengalami dehidrasi dan lambungnya sedikit bengkak!" ucap dokter itu.

" Ya, Tuhan! Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Wina dengan mata berkaca-kaca.

" Iya, Nyonya! Dia akan baik-baik saja setelah saya infus dan minum obat!" jelas dokter itu.

" Trima kasih, Dokter!" ucap Wina.

" Sama-sama, Nyonya! Saya permisi!" ucap dokter itu menganggukkan kepalanya. Wina berjalan mendekati Revan dan duduk di samping pria yang terlihat lemah itu.

" Dua kali aku melihatmu seperti ini!" ucap Wina ambigu.

Wina masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan cepat, dia tidak mau jika Revan bangun tanpa dia di hadapannya. Wina telah memakai pakaian dan duduk kembali di ranjang. Tok! Tok! Terdengar suara ketukan dari luar kamar Revan.

" Siapa?" tanya Wina.

" Saya, Nyonya! Sarapan sudah siap!" ucap PRT.

" Iya! Suruh yang lain makan saja!" jawab Wina.

" Mommy!" panggil Nina dari luar. Wina berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar Revan.

" Morning, sayang!" sapa Wina tersenyum.

" Morning, mommy! Apa Om Revan sakit?" tanya Nina yang berada di gendongan Wina.

" Iya, sayang! Makanya mommy harus rawat Om Revan biar sembuh! Nina sama mbak, ya!" kata Wina.

" Iya, mommy!" jawab Nina. Nina bukan anak yang manja atau rewel, dia selalu menurut apa yang di katakan Wina.

" Mbak! Bawa Nina sarapan di bawah dan minta PRT buat bikin bubur!" kata Wina.

" Baik, Nyonya!" kata suster itu.

" Ayo, Non!" ajak suster itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C167
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous