Télécharger l’application
27.42% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 48: Amarah Tata!

Chapitre 48: Amarah Tata!

Keesokan harinya Valen harus pergi selama 3 hari mengurus cabang perusahaannya yang sedang ada masalah. dia berangkat pagi-pagi sekali saat semua masih tidur, karena dia harus langsung meeting saat sampai disana. Dilihatnya Tata masih tertidur pulas, dia sadar jika istrinya itu pasti capek setelah berjalan-jalan. Valen semalam sebenarnya ingin meminta haknya, tapi dia telah berjanji pada Tata untuk tidak menyentuhnya sebelum dia memintanya. Valen telah berpakaian rapi, dikecupnya kening istrinya dengan lembut. Dia telah bicara dengan Tata semalam tentang kepergiannya, Tata sebenarnya keberatan dan tiba-tiba menangis mendengar kepergian Valen, tapi dia tidak boleh egois jadi dia mengijinkan dengan terpaksa. Valen segera pergi meninggalkan apartement Tata dan menuju ke bandara.

" Apa semua sudah siap?" tanya Valen pada Ben.

" Sudah, bos! Saya sudah menempatkan beberapa penjaga!" ucap Ben.

" Apa mereka berpengalaman?" tanya Valen.

" Sangat, Bos!" jawab Ben.

" Aku tidak mau sesuatu terjadi pada mereka! Aku tidak mau sampai kecolongan!" kata Valen tegas.

" Jangan kuatir, Bos! Mereka ahlinya!" jawab Ben.

" Baguslah! Aku bisa bekerja dengan tenang!" ucap Valen.

Tata membuka matanya, di sentuhnya ranjang disebelahnya, kosong? Ah! Dia pergi untuk bekerja. Tata meneteskan airmatanya, kenapa gue jadi cengeng gini sih? Napa juga nih airmata netes-netes tanpa bilang-bilang! batin Tata kesel. Tata memutuskan untuk segera menyelesaikan urusannya di kantor. Dia sengaja membawa nanik dan reva ke kantor untuk menghindari perdebatan dengan Fero, karena saat membuka ponselnya yang dimatikannya selama 2 hari, dia melihat notifikasi panggilan sebanyak 126 kali dan pesan sebanyak 67 pesan.

" Papa dimana, ma?" tanya reva saat mereka sedang dalam perjalanan ke kantor Tata.

" Papa kerja sayang! Dia harus pergi selama 3 hari untuk mengurus kerjaannya!" jawab Tata.

" Kok reva nggak tau? Papa jahat! Papa nggak pamit sama reva!" ucap putrinya marah.

" Papa nggak sempet sayang! Papa harus pergi pagi-pagi sekali! Reva belum bangun!" jawab Tata mencoba memberi pengertian pada Reva.

" Nanti kalo papa pulang, pasti bawa hadiah buat reva.

" Bener, ma?" tanya reva dengan wajah ceria.

" Iya! Papa udah bilang sama mama!" jawab Tata dengan hati lega.

" Horeeee! Papa reva emang baikkkkk deh!" kata reva senang. Mobil Tata memasuki area parkir perusahaannya, dia memarkirkan mobilnya di tempat khusus lalu keluar dari dalam mobil. Dengan langkah pasti Tata berjalan memasuki kantornya dan masuk ke dalam lift khusus, beberapa karyawan yang melihatnya menganggukkan kepala tanda hormat dan dibalas senyuman oleh Tata. Tata berjalan keluar lift dan berjalan menuju ke ruangannya.

" Selamat pagi, Bu!" sapa merry saat melihat Bosnya lewat di depannya..

" Pagi, mer! Masuk, mer!" suruh Tata pada Merry.

" Iya, Bu!" jawab merry.

" Bagaimana perkembangan laporannya?" tanya Tata setelah masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursinya.

" Saya ke kamar dulu ya, mbak!" ucap Nanik.

"Iya, nik! Reva sama mbak nanik ya di kamar!" ucap Tata.

" Iya, ma!" jawab Reva.

" Sudah hampir selesai, Bu! Tapi..."

" Ada apa?" tanya Tata. Merry seperti ragu untuk mengatakan sesuatu.

" Eee...itu!"

" Bilang saja, mer! Ada apa?" tanya Tata memotong ucapan Merry.

" Pak Fero menyuruh menghentikan pembuatan laporan, bu!" jawab Merry.

" Apa? Apa maksudmu menghentikan?" teriak Tata emosi.

" Panggil Pak Burhan kesini!" perintah Tata marah.

" Iya, Bu!" jawab Merry lalu keluar dari ruangan Tata. Wajah Tata menggelap, dia sangat marah dengan tindakan Fero yang seenaknya saja. Tata melihat dokumen yang diberikan Merry dan memeriksanya, tapi pikirannya tidak bisa fokus. Tok! Tok! Tok!

" Masuk!" jawab Tata saat pintu ruangannya di ketuk.

" Selamat Pagi, Bu!" ucap seorang pria tengah baya.

" Pak Burhan! Silahkan duduk!" jawab Tata yang melihat burhan masuk bersama merry. Burhan duduk di depan tata.

" Apa laporannya sudah selesai?" tanya tata.

" Kata Pak Fero nggak usah dikerjakan, Bu?" ucap Burhan kaget.

" Saya ato pak fero pimpinan bapak?" tanya tata.

" Ibu!" jawab Burhan menunduk.

" Saya nggak mau tahu! Saya kasih waktu seminggu lagi! Jika belum selesai, ajukan surat pengunduran diri kalian semua di devisi perencanaan!" kata Tata marah.

" Bbbb...baik, Bu! Saya permisi!" jawab burhan terbata dan pergi meninggalkan ruangan Tata. Merry yang mendengar amarah Tata tidak berani bergerak dari tempatnya berdiri.

" Sialan! Apa mereka sudah tidak menganggapku?" ucap Tata penuh emosi.

" Diman fero?" tanya tata.

" Pak Fero keluar, Bu! Katanya ada meeting dengan Pak Jack!" ucap Merry.

" Pak Jack? Bukannya itu proyek saya? Kenapa dia tidak bilang sama saya?" ucap Tata semakin emosi. Brakkk! Digebraknya meja kerjanya, lalu dia menghubungi seseorang!

" Pak Jack!"

- " Bu Tata? Apa kabar?" -

" Baik, pak! Kenapa bapak meeting tidak menunggu saya?"

- " Lho! Kata Pak Fero Ibu tidak bisa dihubungi!" -

" Dimana Pak Fero sekarang?"

- " Sedang ke belakang!" -

" Saya adalah pimpinan perusahaan! Jadi Saya yang berhak menentukan semuanya! Kalo bapak masih ingin kerjasama kita, bapak batalkan meeting dengan Pak Fero!

- " Bukannya Pak Fero Rekanan anda?" -

" Dulu! Saya bermaksud menghentikan rekanan kami! Tapi terserah bapak!"

- " Ok! Saya akan mengatur jadwal ulang!" -

" Good! Selamat pagi!"

Tata menutup panggilannya dengan wajah puas. Astaga! Arghhhh! Apa sih mau kamu Fer? batin Tata marah. Tata melanjutkan pekerjaannya bersama Merry.

" Apa maksud kamu membatalkan rekanan kita?" kata Fero marah dengan masuk ke ruangan Tata tanpa perduli ada merry.

" Kamu pergi dulu, mer!" ucap Tata pada merry yang kaget mendengar teriakan Fero.

" Baik, Bu! Permisi, Pak!" ucap merry pada Tata dan Fero lalu berjalan meninggalkan ruangan Tata.

" Ini kantorku dan kamu tidak berhak untuk berteriak di depanku!" kata Tata datar.

" Apa maksud semua ini? Apa kamu menendangku setelah semua yang aku lakukan selama hampir dua tahun ini?" sindir Fero.

" Cukup, Fer! Aku tahu aku banyak berhutang budi sama kamu! Tapi aku juga memberimu keuntungan yang adil! Dan aku nggak mau kamu selalu menjadikan balas budi sebagai ancaman untukku! Karena itu tidak akan berhasil!" jawab Tata. Fero mendekati Tata dan memegang dagu Tata.

" Apa kamu telah memiliki kekasih? Makanya kamu jadi seperti ini padaku?" tanya Fero yang tangannya langsung dihempaskan oleh Tat.

" Itu urusanku! Bukan urusanmu!" tantang Tata.

" Kamu..."

" Om Feroooo!" tiba-tiba Reva keluar dari dalam kamar.

" Eh...anak Om yang cantik! Lama nggak ketemu! Om kangennnn banget sama reva!" ucap Fero sambil menggendong Reva. Tata hanya diam tanpa memandang mereka.

" Reva kangen sama Om Fero!" ucap Reva.

" Pesankan makan siang reva nik!" ucap Tata.

" Iya, Bu! Ibu juga?" tanya Nanik.

" Nggak usah! Saya nggak lapar!" jawab Tata datar. Nanik pergi keluar untuk bicara dengan merry.

" Reva mau ikut Om ke ruangan Om?" tanya Fero.

" Mau!" jawab Reva senang.

" Kita lanjut pembicaraan kita setelah makan siang!" ucap Fero. Tata hanya diam saja membaca dokumen yang ada ditangannya. Fero yang kesal hanya diam dan pergi meninggalkan ruangan Tata bersama Reva.

"


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C48
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous