"Helena..?"
Sebuah suara lembut memanggilnya, Ratu Revania menatap dengan seksama kearah Helena. Melihat anak perempuan itu, masih memejamkan matanya. Ratu Revania tidak lama menatap kearah Rima – sang kepala pelayan.
"Apa sudah lama ia ditemukan diluar?" Tanya Revania, dan meletakkan punggung tangannya pada kening Helena.
"Mmm... Demamnya sudah tidak tinggi." Ucap Revania dan menegakkan posisi duduknya.
"Yang Mulia Ratu, maafkan atas kecerobohanku. Malam kemarin..." Rima seperti bingung untuk menjelaskan, tapi sepertinya Sang Ratu sudah paham apa yang akan diucapkan oleh Rima.
"Yang Mulia datang ke kamar Helena dan setelahnya ia pergi, bukan?" Tanya Revania, dan Rima memanggut perlahan.
"Mengapa suamiku sangat keras kepala sekali. Sungguh sulit sekali mencarikan istri untuknya." Ucap Revania, dan kembali menatap kearah Helena.
"Helena, apa kau bisa mendengarku?" Panggil Revania kembali, ketika melihat ada kedutan dari kelopak mata Helena.
Perlahan sekali, Helena membuka kedua matanya. Hal Pertama yang ia lihat adalah sepasang mata biru yang menatap kearahnya. Ya, Ratu Revania memiliki mata yang sama dengan Helena. Dan tidak hanya itu saja, dia pun memiliki warna rambut yang sama dengan Helena.
Banyak yang mengira kalau Helena dan Revania masih memiliki hubungan saudara, tapi kenyataannya tidak. Dan semua pertemuan mereka berdua adalah sebuah takdir. Takdir yang menentukan jalan kehidupan baru bagi Helena.
"Ratu Revania, aku... aku tidak bisa... Ach..." Helena merasakan kepalanya sedikit berputar, dan Revania tersenyum kearahnya, berusaha membujuk Helena untuk tidak segera turun dari tempat tidurnya.
"Kondisimu sedang tidak dalam keadaan baik, kau harus lebih banyak istirahat. Dan aku tahu kalau Louis semalam tidak berada dikamarmu." Ucap Revania dengan santai.
"Apa? Yang Mulia Ratu, anda mengetahuinya." Ucap Helena tampak putus asa dari sebelumnya.
"Sungguh aku sudah mencoba, tapi sepertinya Raja tidak menyukaiku." Ucap Helena menunduk lesu. Revania masih saja tersenyum, seakan-akan jawaban dari Helena tidak terlalu mengganggunya.
"Dia berada dikamarku semalam, maaf sekali Helena. Kau jadi tidak bisa menikmati malam pertamamu." Revani mengatur rambut Helena yang tampak kusut.
Helena memandang bingung kearah sang Ratu, semua hal baginya masih terasa sangat aneh. Sepertinya baru beberapa hari yang lalu, Helena hanyalah seorang anak petani biasa. Kehidupan yang sangat sederhana, dan jauh dari kerajaan.
"Yang Mulia Ratu, ini akan sangat sulit untukku. Tapi dilain itu, ada pertanyaan lain yang menggangguku..."
"Ssst..." Potong Revania.
"Aku dengar dari beberapa pelayan, kau hanya makan sedikit. Lebih baik kau makan saat ini, setelah lebih baik. Aku akan menunggumu di taman kerajaan, kebetulan sekali hari ini aku sangat lenggang. Dan Raja juga sedang berada dalam dinas perjalanan luar negeri." Ucap Sang Ratu.
Helena tentu saja menurut dengan perintah Ratu, dia makan cukup banyak hari itu walaupun dia lakukan dengan sedikit terpaksa. Tidak lama setelah Helena menghabiskan sarapan paginya, Rima datang dengan seorang wanita disampingnya.
"Permaisuri Helena." Ucap Rima sopan dan membungkuk hormat.
Helena segera saja membalas dengan ikut membungkuk, dan melihat Rima yang mengernyitkan dahinya.
"Hmm.. Saya lupa sekali untuk mengajari anda... Anda tidak boleh membungkuk dihadapan pelayan." Ucap Rima dengan tegas, dan Helena menelan air liurnya. Takut dengan kesalahannya sendiri. Baginya Rima tampak seperti seorang guru yang tegas, ketimbang seorang kepala pelayan.
"Ee... Maafkan aku." Ucap Helena tanpa ia sadari, dan Rima semakin mengeryitkan dahinya.
"Hmmm.. Baiklah Permaisuri Helena, saya akan membuat jadwal khusus untuk anda. Tapi sementara ini, saya sudah menemukan pelayan pendamping untuk anda." Rima menunjuk kearah wanita disampingnya
"Salam hormatku untuk Permaisuri Helena, perkenalkan nama saya Harika. Saya akan bertanggung jawab untuk semua kebutuhan Permaisuri." Ucap Harika membungkuk hormat.
Harika masih terlihat sangat muda, rambut panjang yang ia sanggul dengan rapi. Mata hitamnya yang sendu, membuat perangainya terlihat ramah. Senyuman yang ia berikan juga tampak lulus, pakaian yang ia kenakan berwarna merah dengan garis hitam. Adalah sebuah seragam khusus pelayan istana.
"Senang sekali bisa berkenalan denganmu Harika." Ucap Helena dengan terlalu bersemangat, dan lagi-lagi Rima mengeryitkan dahinya.
***
Helena bersama dengan Harika sudah menuju taman kerajaan. Sepanjang perjalanan mereka menuju taman kerajaan, Harika banyak bercerita. Bahwa setiap permaisuri memiliki setidaknya satu pelayan istana. Sedangkan khusus untuk Ratu Revania, dia harus didampingi oleh sang kepala pelayan dan dua orang pelayan tambahan.
Ratu Revania sedang duduk menghadap kearah air mancur buatan yang tampak indah. Ruangan terbuka yang tampak sejuk, walaupun hari mulai menjelang siang. Sepasang kursi yang terpisahkan dengan meja bundar besar, yang terbuat dari marmer.
Diatasnya terdapat shisha, dan Revania sendiri sedang menikmati shisha miliknya. Kepulan asap tipis muncul saat ia menghembuskan dengan mudah, kemudian melirik kearah Helena yang baru saja tiba.
"Salam hormat ku untuk Ratu Revania." Ucap Helena membungkuk hormat, menyilangkan salah satu tangan pada dadanya.
Sedangkan Harika- sang pelayan segera bersimpuh, menandakan perbedaan tingkatan dan kasta. Bagaimana jika seorang pelayan harus memberi hormat pada seorang Ratu Aarez.
"Silahkan duduk Helena, kau sudah terlihat jauh lebih baik. Dan kau." Pandangan Revania mengarah kearah Haruka.
"Tolong tinggalkan kami berdua saja, temui Rima. Ada beberapa hal yang harus kau kerjakan bersamanya." Perintah Revania dengan tegas.
"Baik Ratu Revania." Ucap Harika, dia tidak langsung menegakkan tubuhnya.
Harika harus tetap membungkuk seraya berjalan mundur, setelah beberapa langkah mundur. Barulah Harika membalikkan tubuhnya, dan berjalan meninggalkan Revania dan Helena.
"Kau ingin mencobanya? Ini akan membuatmu lebih tenang." Ucap Revania menawarkan shisha yang berada diatas meja.
"Silahkan, ini tidak akan membunuhmu. Kau harus mencobanya." Ucap Revania dengan senyuman yang memukau.
"Aku... Ahh... Baik Yang Mulia Ratu." Helena merasa tidak akan sopan, jika dia menolak permintaan Ratu Aarez. Dengan Ragu dan hati-hati, Helena mengambil shisha tersebut. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu bagaimana cara menggunakannya, dan dengan bodohnya Helena segera saja menghirup terlalu cepat.
"Huk... Huk... Huk..." Helena tiba-tiba batuk dengan kuat, wajahnya segera saja memerah padam. Revania beranjak dari duduknya dan segera saja ia mendekati Helena.
"Oh... kau benar-benar belum pernah mencobanya, Helena?" Revania mengambil segelas air putih dan ia berikan unuk Helena.
"Huk... Huk... maafkan aku Ratu Revania, aku memang belum pernah mencoba hal seperti ini." Ucap Helena kemudian menenggak minumannya dengan cepat. Helena menarik napasnya, menurutnya rasa Shisha tersebut terlalu pekat, dan aneh sekali didalam mulutnya.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Revania, dan sudah kembali duduk.
"Aku sudah lebih baik Ratu Revania, sekali lagi maafkan aku mengenai kecerobohan dan kebodohanku." Helena menunduk malu.
"Kau tidak bodoh, kau wanita pintar dan cerdas. Hanya saja kau terlalu polos." Revania lagi-lagi tersenyum, dan kembali ia menyesapi shisha miliknya. Kepulan asap yang banyak muncul, dan melayang diudara.
"Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku, Helena?" Revania menoleh kearah Helena. Mata birunya yang sama indahnya dengan milik Helena, memandang dengan penuh makna.
pembaca Helena..
kedepannya novel ini akan update setiap Senin dan Jumat. ya.. supaya Author bisa selesaikan novel lainnya.
happy reading
jangan lupa masukkan ke pustaka kalian, dan rate bab ini.. plus... kasi review yaa.
terimakasih
"Mengapa anda ingin sekali saya menjadi permaisuri Raja Louis, kalau anda tahu Raja Louis tidak menginginkannya sama sekali. Bahkan... Raja sudah memiliki dua permaisuri sebelumnya. Mereka sepertinya lebih pantas berdampingan dengan Raja Louis, ketimbang denganku yang hanya seorang anak petani."
Akhirnya Helena sudah melepaskan semua pertanyaannya, selama ini dia belum mendapatkan kejelasan. Semua pertemuan Helena dengan Ratu Revania dirumah sakit, adalah sebuah kebetulan yang sangat aneh.
Revania tertawa mendengar perkataan Helena barusan, setelah beberapa saat tertawa puas. Barulah ia menghirup kembali shisha miliknya, dan kepulan asap seketika kembali muncul.
"Dilara dan Emira, kakak adik yang sangat bodoh. Rakyat Aarez bahkan berpikir akulah yang memilih mereka berdua. Hh! Ratu Marie sangat pandai sekali mengarang cerita." Revania mengucapkan seraya mendengus kesal.
"Mereka sudah berada disini sudah hampir dua tahun tahun, kalau bukan karena ibu dari Raja Louis, yang memilih mereka. Tidak mungkin kakak adik itu bisa berada disini." Mimik wajah Revania sudah berubah, seperti ada kebencian ketika ia mengingat mengenai ratu sebelumnya.
"Kau tahu, bahkan saat pernikahan mereka yang dilakukan jeda hanya satu bulan. Louis? Dia sama sekali tidak mencium mereka, sampai dengan sekarang Loius tidak ingin menyentuh mereka berdua." Lanjut Revania dan terkekeh puas.
"Ratu Marie Louis, maksud anda? Beliau baru saja meninggal beberapa bulan lalu." Ucap Helena menimpali. "Apa yang kau tahu mengenai Ratu Marie, Helena?" Tanya Revania dengan ketertarikan tinggi.
"Ratu Marie Louis, merupakan Ratu ketujuh yang memimpin Negara Aarez. Setelah kita lepas dari Negara Antarez beberapa tahun yang lalu, Ratu Marie banyak melakukan perubahan pada sektor ekonomi. Berasama dengan Raja Stephen Louis, Ratu Marie memimpin negara Aarez dengan sangat baik. Bahkan namanya masuk dalam lima puluh besar, wanita yang berpengaruh di dunia." Ucap Helena memberikan penjelasannya.
"Kau menyebutkan kelebihannya saja, lalu apa kekurangannya?" Revania masih memancing Helena, agar permaisuri itu terus mengeluarkan kemampuan tersembunyinya.
"Mmm... " Helena tampak ragu. "Katakan saja, Helena. Hanya ada aku yang mendengarnya, toh.. kenyataannya dia juga sudah meningal." Revania berusaha meyakinkan.
"Sayangnya terlalu banyak kesenjangan yang ada pada negara Aarez, memang secara ekonomi negara kita berkembang pesat. Hanya saja, pembagian hasil ladang, dan pajak negara terlalu besar untuk kalangan ekonomi bawah. Seperti para petani, dan buruh kasar." Ucap Helena, tapi dia sendiri takut dengan penjelasannya sendiri
"Pintar sekali. Kau benar sekali Helena, dan saat ini suamiku. Raja Louis, dia berusaha keras untuk memperbaikinya. Karena dia tahu, jika kita terus melakukan hal ini. Maka akan ada pertentangan, dan akan lebih banyak lagi rakyatnya yang terlantar." Revania meletakkan Shishanya.
"Aku sangat bahagia menikah dengan Louis, kami saling mencintai. Waktu itu aku masih berusia 22 tahun, dan Louis 25 tahun. Sampai akhirnya, aku tidak bisa memberikan keturunan untuk Louis. Dan itu pun aku mengetahui, setelah ditahun ketiga pernikahan kami." Revania mulai bercerita, dan Helena masih menyimak dengan serius.
"Setahun yang lalu, sebelum kematian mertuaku yang sangat aku sayangi." Revania mengucapkan dengan kalimat ironi-nya. "Ratu Marie, menunjuk keluarga Chayton yang memiliki dua anak wanita. Dilara dan Elmira, agar menjadi permaisuri Louis." Tangan Revania mengepal erat, ada rasa kesal yang sedang ia tahan. Helena semakin menunjukkan ketakutan, siapa tahu Revania juga kesal terhadap dirinya.
"Keluarga Chayton, keluarga terpandang. Karena James Chayton, merupakan penasihat kerajaan dan orang kepercayaan dari mertuaku sendiri. Sayang sekali otak kedua putrinya, tidak sehebat ayahnya." Sindir Revania.
"Lalu, kenapa anda masih mencarikan permaisuri untuk Raja Louis, kalau anda memang masih mencintainya? Dan menapa anda ingin saya... Mmm... Agar bisa tidur bersama dengan sang Raja?" Tanya Helena dengan hati-hati, dia tidak ingin melukai perasaan Revania.
"Hhh..." Revania menghela napasnya dengan perlahan. "Negara ini memiliki peraturan yang harus ditaati." Sesaat Revania terhenti dari ucapannya, Helena melihat ratu yang sedang menahan sesuatu. Entah mengapa, Helena yakin sempat melihat mata Revania yang berkaca-kaca saat menceritakanya.
"Sebuah peraturan aneh, bahwa sang Raja harus memiliki keturunan. Dan... Jika Ratu tidak bisa memberikan keturunan, maka Raja harus memilih salah satu permaisurinya, agar memiliki penerus dari Raja." Lanjut Revania.
"Tapi... Jika hal itu tidak bisa dilakukan, maka sang Raja harus turun tahta. Tahta kerajaan dapat diberikan kepada adik, ataupun satu garis keturunan lainnya. Permasalahannya adalah, saat ini raja Louis merupakan anak tunggal.." Revania menatap Helena, menunggunya memberi kesimpulan ataupun pendapat.
"Aku tahu mengenai peraturan itu, Bahwa Raja Louis harus memiliki keturunan. Sayangnya Raja Loius juga sudah kehilangan kakaknya, ketika berada didaerah konflik. Hhh... Maafkan aku Ratu Revania, ini pasti berat untuk anda. Tapi... mengenai anak, aku yakin kalau anda pasti bisa.."
"Helena..." Potong Revania cepat.
"Aku sedang dalam keadaan sakit, dan waktuku tidak banyak. Louis tahu kalau hidupku mungkin hanya hitungan hari, minggu, bulan? Dia... bahkan rela turun tahta! Daripada harus memiliki anak dari dua permaisuri bodohnya itu! Tapi... semua perjuangannya nanti akan sia-sia." Revania menampilkan mimik yang teramat serius.
"Seperti yang kau bilang, rakyat miskin di negara ini cukup banyak dan terlantar. Aku tidak bisa seegois itu, membiarkan mereka menderita. Sedangkan aku hidup bahagia di masa-masa terkahirku dengan Raja." Revania meraih tangan Helena dan menggenggamnya dengan kuat.
"Ratu Revania?" Helena tampak bingung.
"Aku ralat ucapanku, aku benar-benar sudah sangat sekarat Helena. Riasan ini membantuku agar terlihat lebih baik." Salah satu tangan Revania, menarik sendiri rambutnya. Helena memperhatikan dengan bingung, apa yang sedang dilakukan oleh sang Ratu?
"Ra...ratu...A..anda." Helena sangat terperanjat, ketika mengetahui kalau Revania ternyata mengenakan rambut palsu. Saat ini tidak ada sehelai rambut yang berada dikepalanya, dan hati Helena terenyuh melihat kondisi Revania yang memprihatinkan.
"Kau tahu yang terburuknya Helena, karena sudah tidak ada lagi keturunan dari Aarez. Maka... tahta bisa jatuh ketangan penasihat raja. Apa sekarang kau paham maksudku?" Ucap Revania, dan dia kembali menata rambut palsunya.
"Hah?" Helena mendekap mulutnya sendiri. "Memiliki atau tidak memiliki anak dari anak keluarga Chayton... Tetap saja tahta dan kemenangan berada dipihak mereka." Helena membuat kesimpulannya.
"Kau benar sekali Helena, itulah sebabnya aku sendiri yang harus mencarikan permaisuri untuk suamiku sendiri. Menyelamatkan posisinya sebagai seorang raja, walaupun aku harus merelakan hatiku." Ucap Revania, dan satu tetes air mata sudah berhasil lolos melewati pipinya.
"Dan kau Helena, kau orang yang tepat untuk menggantikanku. Maaf sekali aku harus menggunakan nenekmu, agar kau bisa menurut dengan perintahku. Tapi tenang saja, sesuai janjiku, jika kau berhasil mendapatkan hati sang raja. Aku akan menanggung semua biaya pengobatan nenekmu Helena." Ucap Revania kembali.
Helena hanya terdiam sesaat, dia sudah mendapatkan semua jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tapi mengapa? Rasanya sangat berat sekali, Raja Louis sangat begitu mencintai Ratu Revania. Bukankah sangat jahat, jika Helena dengan terang-terangan harus mendapatkan hati raja tersebut?
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK