"Tidak..." Hope melingkarkan lengannya di leher Kace dan membenamkan wajahnya di lekukan bahunya. "Aku sayang kalian semua." Dia berkata dengan lembut.
Kace memeluk sosok kecilnya dengan erat, tetapi tidak cukup kuat untuk menyakitinya. "Aku tahu."
Dia memeluknya seperti itu selama beberapa saat sampai suara kecilnya memecah keheningan. "Mengapa aku tidak punya orang tua? Apakah mereka tidak menginginkan aku? "
Kace mengusap punggung Hope saat dia bersandar di sandaran sofa. "Tentu saja mereka menginginkanmu. Mereka mencintaimu." Kace mencium dengan lembut dahi Hope karena dia bisa merasakan fakta itu membuatnya kesal.
Fakta bahwa dia tidak punya orang tua.
Fakta bahwa Hope tidak menyadarinya sampai dia mendaftar sekolah dan melihat bahwa dia berbeda. Dia tahu Serefina bukan ibunya dan Lana bukan saudara perempuannya, seperti yang diasumsikan orang-orang.
"Jadi, mengapa mereka tidak ada di sini bersamaku?" Hope mengangkat kepalanya dan menatap Kace dengan cemberut. "Aku belum pernah melihat mereka."
Ada sedikit kerutan di wajah Kace ketika dia mendengar kata-kata Hope. Sang Lycan tidak tahu bagaimana menjelaskannya. "Aku akan menjelaskannya saat kau sudah besar, oke?"
"Tapi, aku sudah besar." Hope menjadi semakin cemberut. "Aku sudah besar."
"Ya, kau sudah besar sekarang." Kace setuju. "Tapi, aku akan memberitahumu saat kau lebih besar dari ini. Okay?" sampai saat itu, Kace akan menemukan cara untuk menjelaskan seluruh situasinya kepadanya.
Meskipun Hope tidak setuju dengan ide Kace, itu dapat terlihat jelas dari matanya yang bersinar terang dengan ketidaksetujuan, tapi dia tetap mengangguk.
"Baiklah, apakah kau masih kesal sekarang?" Kace menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinganya dan gadis kecil itu mengangguk lagi. "Bagaimana kalau kita pergi membeli es krim dan makanan ringan?"
"Iya!" seperti matahari cerah yang muncul setelah hari-hari yang suram, senyum Hope merekah dengan indah.
"Ganti bajumu dulu, aku harus membicarakan sesuatu dengan Serefina, oke?" Kace menurunkan Hope dan dia berlari menuju kamar tidurnya dengan penuh semangat. "Hati-hati, atau kau akan tersandung."
Namun, Hope tetap saja berlari di sepanjang koridor tanpa mempedulikan peringatan Kace dan sang lycan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Kace berdiri dan berjalan menuju kamar tidur Serefina, tetapi sebelum dia bisa mengetuk pintu, penyihir itu telah membukanya.
"Apa?" Serefina menutup pintu di belakangnya dan menyilangkan tangan sambil menatap Kace.
"Aku akan membawa Hope keluar sebentar." Kace memberi tahu Serefina tentang rencananya. "Dia sangat kesal karena apa yang terjadi di sekolah, kita akan jalan-jalan sebentar."
Serefina mengangkat alisnya. "Kau akan memperburuk situasi ini."
"Dia telah dikurung selama lima tahun di awal kehidupannya dan sekarang kau mau mengurungnya selama dua tahun lagi." Kace membantah.
"Dia pergi ke sekolah." Serefina mengatakan yang sebenarnya.
"Ya, tapi dia juga perlu melihat dunia luar." Kace mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin Hope dijauhkan dari dunia. Itu bukanlah kehidupan yang ingin Kace tunjukkan pada Hope.
"Okay." tiba-tiba Serefina setuju. Dia mengangkat bahu dan hendak memasuki kamarnya lagi. "Kembalilah sebelum matahari terbenam."
Karena setelah matahari terbenam, sihirnya akan melemah, sihir yang membantu mereka bersembunyi dari masalah yang tidak perlu dan makhluk yang tak diundang.
"Jangan khawatir, kami akan kembali sebelum itu." Kace menyeringai seperti serigala, tapi sedetik kemudian wajahnya berubah serius. "Pernahkah Kau mendengar sesuatu tentang Gluttony?"
Kace kehilangan jejak sang iblis dua bulan lalu ketika dia mencoba melarikan diri dari orang-orang suruhan Jedrek. Hingga saat ini, Kace masih mengulur mereka ke sisi barat belahan dunia ini, membuat mereka percaya jika dia ada di sana.
Serefina memikirkan hal itu sebentar sebelum dia berbicara dengan nada prihatin. "Hati-hati. Gluttony sangat berambisi." Tapi, kemudian dia menambahkan. "Ketujuh dari para iblis itu sangat berambisi, bukan hanya Gluttony saja."
==============
"Aku tidak bisa melihatnya." Hope melonjak beberapa kali, tetapi karena kerumunan di jalan, dia tidak dapat melihat apa pun.
Rupanya, itu adalah musim perayaan dan ada pawai panjang dan karnaval di jalan. Hope sangat gembira karena ini pertama kalinya dia menonton sesuatu seperti ini.
"Aku ingin melihatnya." Hope menggunakan kaki Kace sebagai pijakannya, namun tidak banyak membantu dengan tinggi badannya, yang bisa dilihatnya hanyalah bagian belakang orang di depannya.
Kace tertawa kecil saat melihat usaha sia-sia Hope, dia menyukai cara alisnya mengerut karena frustrasi atau cara dia marah dan kesal.
Tapi, yang pasti Kace tidak akan merusak mood gadis kecilnya, hanya untuk menikmati ekspresi kesal di wajahnya.
"Kemari." Kace membungkukkan badannya untuk mengangkat Hope dengan sangat mudah. Hope seperti kapas; lembut, imut dan murni, semua hal yang disukai Kace.
"WHOA!" Si lycan mengangkatnya dan meletakkannya di pundaknya, membiarkan kedua kakinya menjuntai di sisi depan tubuhnya saat dia memegang pinggulnya dengan hati-hati dan Hope mencengkeram rambutnya untuk berpegangan.
"Bisakah kau melihatnya sekarang?" Kace mengangkat kepalanya tepat pada waktunya untuk melihat bagaimana wajahnya berseri-seri dalam kebahagiaan dan mata obsidiannya bersinar indah.
"Iya!" Hope tertawa dan bertepuk tangan, mengikuti musik dari parade di depannya. Dia sangat bahagia, tersenyum lebar, melupakan giginya yang hilang.
Dan bagi Kace, tidak ada lagi yang dia inginkan di dunia ini, dia akan menukar semua yang dimilikinya hanya untuk melihat kebahagiaan yang mempesona itu dari wajahnya.
Tanpa mereka ketahui, ada sepasang mata emas yang menatap mereka di antara kerumunan. Mata emas itu juga, bersinar penuh kegembiraan saat dia menjilat bibirnya dan menelan ludah, seraya sebuah senyuman licik tersungging di bibirnya.
Dia akhirnya menemukan gadis kecil itu ...