Es mencair ketika benih berakar dan tumbuh- tumbuhan mulai tumbuh, kemudian suhu meningkat sebelum menjadi dingin kembali ketika musim gugur datang bersamaan dengan jatuhnya dedaunan di musim gugur…
Seorang pria, seindah daun- daun yang berguguran dan sedingin musim dingin, berjalan dengan teguh menuju rumah paling indah di daerah itu.
Lengannya yang kuat penuh dengan banyak hadiah dan tas- tas belanjaan, namun itu tidak mengganggunya sedikit pun, jika ada, dia terlihat lebih ceria dari biasanya.
Ketika dia sudah berada di serambi, pintu rumah telah dibuka oleh seseorang dari dalam.
"Aku bisa mencium baumu dari jauh." Sebuah komentar sarkastik terdengar di telinga Kace, tapi dia hanya menyeringai saat Serefina melangkah ke samping.
Penyihir itu bahkan tidak menawarkan bantuan ketika Kace masuk ke dalam rumah dengan hadiah- hadiahnya.
"Dimana dia? Dimana dia? " Kace hampir melompat kegirangan saat mendengar suara tawa kecil yang mendekat.
Begitu dia berada di dalam rumah, sang Lycan meletakkan segala sesuatu yang telah dia bawa dan bergegas mencari sumber suara yang sangat dia rindukan.
Kace tidak perlu lama mencari Hope- nya, karena seorang gadis muda telah membawa anak kecil yang tengah tertawa itu ke arahnya.
Sudah setahun sejak terakhir kali Kace bertemu dengan Hope dan sekarang rambut di kepalanya sudah tumbuh dengan indah.
Gelap, segelap matanya seperti langit malam yang tenang. Tampak begitu tenang, namun misterius dan menawan.
Senyuman di wajahnya seperti sinar matahari di luar sana, mengisi hidup sang Lycan yang penuh dengan kebahagiaan, dan ini merupakan kebahagiaan yang belum pernah benar- benar dia rasakan sebelumnya.
Sungguh luar biasa betapa sosok kecilnya dapat mengubah cara Kace memkaung kehidupannya sendiri. Menarik, bukan?
"Hopeku! Bintang kecilku! Sayangku!" Kace mengangkat bayi itu setinggi lengannya dan berputar di atas tumitnya, membuat bayi itu semakin tertawa geli.
"Astaga! Kau punya tiga gigi! " Kace memeluk Hope untuk memeriksanya lebih lanjut. "Tidak, kau punya empat! Wow!"
Di sisi lain, Serefina sama sekali tidak menemukan perubahan kecil pada Hope yang luar biasa. "Apa yang begitu mengejutkan karena memiliki empat gigi?" Dia tidak bisa memahami cara Kace bereaksi terhadap detail kecil semacam itu.
"Bisakah dia lari?" Kace bahkan tidak peduli dengan komentar tajam Serefina, atau mungkin dia tidak tertarik untuk mendengar penyihir yang suka mengomel itu memuntahkan sindirannya ke mana-mana.
"Dia bisa berjalan beberapa langkah." Lana dengan murah hati menjawab pertanyaannya.
"Bisakah dia berbicara?" mata biru samudra sang Lycan terpaku pada Hope seolah dia tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Hanya beberapa kata yang tidak koheren." Lana mengangkat bahu dan kemudian berjalan untuk mengambil semua hadiah yang telah Kace beli untuknya.
"Oh! Hope- ku sudah tumbuh begitu besar! " Kace tertawa lagi. "Aku akan membawamu ke kota dan kita bisa membeli sesuatu yang bagus, oke !?"
"Tidak." Serefina memotong idenya dengan dingin. "Sudah kubilang dia tidak bisa keluar dari rumah ini sampai dia berusia lima tahun."
Kace, tentu saja, benar- benar melupakannya. Lycan besar itu mencibir bibirnya saat kerutan terbentuk di dahinya.
"Lima tahun?" Kace mengulangi secara dramatis. "Itu artinya aku harus menunggu empat tahun lagi sampai aku benar- benar bisa membawanya ke taman hiburan?"
"Itu kesepakatan kita." Serefina mengingatkannya lagi dan lelaki besar itu hanya bisa menghela nafas dalam.
Namun, fakta kecil itu tidak menyurutkan moodnya untuk waktu yang lama, karena sedetik berikutnya, Kace telah bersuka ria kembali ke hadiah yang dibelinya untuk Hope.
Itu semua mainan dan gaun yang indah, beberapa aksesoris dan banyak lagi hal-hal yang Serefina tidak tahu apa saja yang dibawa Kace.
Bahkan beberapa gaun yang sesekali dia kirim ke rumah ini, masih tergantung dengan sempurna, belum sempat dipakai.
"Sudah kubilang, aku tidak akan membawa satupun dari barang- barang itu ketika kita pindah empat tahun dari sekarang." Serefina memperingatkannya.
"Tidak apa- apa, aku bisa membelikannya lagi." Kace tidak keberatan, karena segalanya untuk Hope- nya haruslah sesuatu yang baru dan indah.
Serefina memutar matanya atas pernyataan ini. Tentu saja, penyihir itu tidak akan meragukannya jika seseorang memberitahunya bahwa Kace baru saja membeli seluruh toko.
Kace bukanlah seorang Raja seperti Jedrek, yang memiliki kastil, juga bukan alpha tertinggi seperti torak, yang memiliki kerajaan bisnis, tetapi menjadi makhluk abadi memiliki keuntungannya sendiri karena ada banyak cara dan waktu untuk menyimpan kekayaan yang berlimpah.
"Kemarilah sayang." Kace berjalan mundur tiga langkah dan berjongkok saat dia melambaikan tangannya ke Hope, yang sedang menatapnya.
Hope mengerjapkan matanya dengan penuh rasa ingin tahu pada benda berkilau di tangan Kace, dia lalu berjongkok dan merangkak ke arahnya.
"Bagus, kemarilah… kemarilah…" Kace menangkap Hope sebelum dia menabrak lututnya dan meletakkannya di pangkuannya. "Dengar, aku punya sesuatu untukmu…"
Kace membuka kotak merah dengan pita hitam di atasnya dan menarik benda berkilau dari dalam kotak tersebut.
Itu adalah kalung dengan liontin putih. Liontin itu berbentuk serigala kecil. Serigala putih kecil.
"Apakah kau menyukainya?" Kace menggantungkan liontin itu di depan Hope sambil memegang talinya, "Ini hadiah ulang tahunmu."
Hope mengulurkan tangannya saat dia mencoba menangkap benda yang berkilau itu. Kace membiarkannya meraih dan memainkannya sebelum dia meletakkan kalung itu di lehernya dan mencium keningnya. "Selamat ulang tahun, my beautiful Hope!" Kace berseri- seri saat Hope memeluknya.
Dan dengan begitu, Kace menghabiskan harinya dengan gadis kecilnya dan berusaha untuk membuat Hope memanggil namanya yang menurut Serefina adalah upaya yang konyol.