Yue Ze memicingkan mata birunya. Matanya yang terlihat datar itu terus melihat ke arah tangan Lu Yuchen yang ada di pinggang Yue Xinluo. Hanya saja, perlahan sorot matanya berubah menjadi sedikit santai. Dia menghela napas panjang secara perlahan.
Lu Yuchen yang dingin dan mendominasi kembali lagi, baguslah. Kalau sampai dia terus bersikap baik dan hangat, maka aku tidak tahu aku bisa bertahan berapa lama lagi. Bagaimanapun juga, diperlakukan dengan sangat hangat dan perhatian oleh pria dewasa benar-benar hal yang mengerikan, batin Yue Ze.
"Lu Yuchen, jangan lupa keadaan saat ini, kamu itu masih dalam masa ujian. Jangan melewati batas," ujar Yue Ze. Dia berjalan ke samping Yue Xinluo dengan raut wajah dingin. Lalu, dia mengulurkan tangannya untuk menarik Yue Xinluo ke arahnya. Tapi siapa sangka, saat dia baru menyentuh pundak Yue Xinluo, dia melihat adiknya yang biasanya penurut itu menolehkan kepalanya dan melihat ke arahnya dengan raut wajah memelas.