"Perjanjian cerai…" Lu Yuchen bergumam sejenak, kemudian dia mengerutkan keningnya, seolah tidak bisa membuat keputusan. Tidak merebut hak Tang Xinluo sebagai ibu adalah langkah mengalah terakhir yang bisa dia berikan padanya. Tapi berikutnya, dia harus mengingkari janjinya dengan Gu Xuan'er. Dalam ingatannya, sosok yang kurus itu telah menemaninya kehujanan selama semalaman di dalam semak belukar. Jika bukan karena hujan malam itu, Gu Xuan'er tidak akan mengidap penyakit jantung. Hubungan mereka sejak awal bukanlah hubungan antara pria dan wanita. Tapi sebagai pria, dia tidak bisa mengingkari janjinya dengan semudah itu.
"Sementara tunggu dulu, aku perlu waktu untuk mempertimbangkan dengan jelas," jawab Lu Yuchen. Dia menutup telepon tersebut, lalu membiarkan jari panjangnya menekan-nekan dahinya. Setelah mengambil alih kekuasaan keluarganya, dia sudah lama tidak merasakan rasa serba salah seperti ini.
***