Télécharger l’application
78.33% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 47: Bersama Selamanya

Chapitre 47: Bersama Selamanya

Éditeur: Wave Literature

"Kalau begitu kamu harus berjanji padaku untuk tidak menyentuh saudariku itu. Hidupnya sudah cukup menyedihkan belakangan ini," tutur Ji Xiaonian pada Bai Yan.

Saudari? Jelas-jelas dia adalah laki-laki. Kenapa gadis ini memanggilnya dengan sebutan saudari? Gumam Bai Yan tidak paham. Dia menatap Ji Xiaonian sejenak tanpa mengucapkan apa-apa.

"Jadi, waktu kecil aku sempat mengira bahwa dia adalah seorang perempuan karena terlihat sangat cantik. Sehingga aku tidak sadar telah menyebutnya sebagai saudari perempuanku. Walaupun dia sudah tumbuh dewasa dan begitu tampan, namun wajahnya masih saja terlihat terlalu cantik untuk seorang pria. Jadi aku tidak sadar tetap memanggilnya dengan sebutan seperti itu," jelas Ji Xiaonian seolah-olah dapat membaca pikiran Bai Yan.

Bai Yan hanya terdiam mendengarnya, terlihat sekilas senyuman sinis tersungging di bibirnya. Setelah terdiam beberapa saat, dia akhirnya kembali memecah keheningan, "Kenapa kamu bisa sampai ada di rumah sakit? Apa ada yang tidak sehat?"

"Kamu menyuruhku untuk menunggu di tempat semula, maka aku menantimu di sana, tapi kamu tak kunjung datang. Karena matahari yang terlalu terik, aku mengalami dehidrasi dan jatuh pingsan. Untungnya ada saudari Shengjie yang membawaku ke rumah sakit," ujar Ji Xiaonian pada Bai Yan.

Setelah mengatakan hal itu, wajah Ji Xiaonian kembali terlihat cemberut. Hatinya kembali teringat akan peristiwa ketika Bai Yan membentaknya di telepon.

"Kamu tidak peduli padaku, ya sudah mau bagaimana lagi. Tapi yang aku tidak terima itu, bisa-bisanya kamu meneleponku lalu membentakku seperti itu tanpa memberiku kesempatan untuk memberi penjelasan padamu. Kamu anggap aku apa?" ucap Ji Xiaonian lagi. Kali ini dengan suara yang terdengar lirih, matanya pun terlihat sayu saat menatap ke arah Bai Yan.

Bai Yan yang sedang mengemudikan mobilnya lantas menoleh sejenak menatap wajah Ji Xiaonian. Dilihatnya raut wajah penuh kesedihan dan kekecewaan pada gadis kecil itu. Seketika, rasa bersalah pun memenuhi hatinya.

"Maafkan aku," ucap Bai Yan dengan pelan setelah tersadar akan tingkah lakunya tadi siang yang begitu keterlaluan terhadap gadis di sampingnya itu. Pasti hatinya sangat terluka saat ini, pikirnya merasa bersalah.

"Aku hanya ingin tahu, sebenarnya kamu anggap apa aku ini?" tanya Ji Xiaonian sambil menatap lurus ke arah Bai Yan. Dia kini terlihat menunggu pria itu memberikan jawaban atas pertanyaannya itu.

Sebuah pertanyaan yang begitu mudah, namun mampu membuat Bai Yan terdiam seribu bahasa. Dia terlihat terus mengendarai mobilnya seolah-olah tidak mendengar pertanyaan Ji Xiaonian padanya.

Setelah menunggu begitu lama tanpa mendapatkan jawaban dari Bai Yan, hati Ji Xiaonian kembali diliputi oleh perasaan sedih yang mendalam. Kini dirinya juga terdiam sambil menatap ke luar jendela.

Bai Yan melirik sekilas dan mendapati wajah Ji Xiaonian terlihat ditekuk. Dia terlihat menghela napas panjang melihat ekspresi gadis kecil itu.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah restoran mewah dengan lampu-lampu yang terlihat begitu indah dari luar. Bai Yan menghentikan mobilnya di depan lobby. Lalu, terlihat seorang pelayan dengan segera membantu untuk membukakan pintu baginya.

Bai Yan turun dari mobilnya dan melihat Ji Xiaonian masih duduk manis di kursi penumpang tanpa berniat untuk turun. Dia pun memutari mobil dan berjalan ke arah sisi mobil lainnya, lalu menatap gadis itu.

"Kenapa tidak mau turun?" tanya Bai Yan.

Ji Xiaonian menundukkan kepalanya menghindari tatapan mata Bai Yan, lalu berkata, "Aku tidak lapar." 

Saat ini Ji Xiaonian tidak menginginkan hal yang lain selain mengetahui isi hati Bai Yan. Jika pria itu tidak mau memberinya jawaban, dia juga tidak ingin melakukan apa-apa saat ini, termasuk untuk makan.

Bai Yan menunduk mendekati Ji Xiaonian, seolah tahu benar apa yang diinginkannya. "Setelah makan malam, kita pergi menonton film. Aku akan menemanimu menonton film. Oke?" ucapnya berusaha membujuk gadis kecil itu.

Sebenarnya, Bai Yan memang menyadari, dirinya benar-benar buruk dalam mengutarakan perasaanya. Hanya orang yang benar-benar mengenalnya yang dapat memahami maksud sebenarnya dari setiap perkataannya.

Selama 20 tahun ini, tidak ada orang yang pernah berhasil mengajaknya untuk menonton film di bioskop bersama. Hari ini, Bai Yan memberikan 'yang pertamanya' yang satu itu pada Ji Xiaonian. Jika gadis itu masih saja tidak mengerti, entah harus dengan cara seperti apa lagi dia mengungkapkan perasaannya.

Namun, tampaknya Ji Xiaonian cukup memahami Bai Yan. Dia kini menatap ke arah wajah tampan yang berada cukup dekat dengan wajahnya. Wajah itu terlihat menunggu jawaban darinya. Hal itu membuatnya tidak tahan lagi untuk tidak tertawa, lalu sebuah senyuman pun terlihat mengembang di wajahnya.

"Ini maksudnya mengajakku kencan? Artinya kamu setuju untuk berpacaran denganku?" tanya Ji Xiaonian. Baru kali ini dia melihat tatapan mata yang begitu lembut dari mata Bai Yan. Tatapan mata itu pasti adalah miliknya, dia sangat yakin akan hal itu.

Bai Yan hanya terdiam. Melihat Ji Xiaonian masih saja belum turun dari mobil, dia segera menunduk dan menggendongnya bak tuan putri dan berjalan masuk ke dalam restoran.

Ji Xiaonian terkejut, lalu karena takut terjatuh, tanpa sadar tangannya telah melingkari di leher Bai Yan. Sedangkan matanya terlihat sibuk menatap lekat-lekat pria sedang menggendongnya itu.

Begitu masuk ke dalam, banyak mata memandang ke arah mereka dengan tatapan iri. Ji Xiaonian merasa senang dan menikmati dirinya yang digendong Bai Yan di depan umum. Sedangkan pria itu seolah tidak terjadi apa-apa, terus berjalan menuju meja yang telah disediakan.

Hati Ji Xiaonian terasa hangat dan bahagia. Sebuah perasaan yang manis dan mendamaikan seolah mengalir di hatinya. Sambil masih melingkarkan tangan di leher Bai Yan, dia diam-diam mencium leher pria itu, lalu berbisik padanya, "Memangnya tidak malu dilihat orang banyak seperti ini?"

Bai Yan tidak menjawab pertanyaan Ji Xiaonian. Begitu mereka sampai di meja yang telah ditunjukkan oleh pelayan, dia pelan-pelan menurunkan dan mendudukkannya di kursi. "Jadi anak baik ya. Harus menurut. Aku akan memberikan semuanya padamu," ucapnya dengan tulus.

"Masih marah?" tanya Bai Yan sambil duduk di hadapan Ji Xiaonian.

Ji Xiaonian tampaknya sudah benar-benar dibuat tenggelam di dalam lautan kebahagiaan saat ini hingga wajahnya terlihat merah. Dia terlihat menggelengkan kepalanya malu-malu.

Tidak lama kemudian, pelayan datang dan menyajikan makanan di atas meja. 

Saat itu, Bai Yan kembali menatap Ji Xiaonian dan berkata pelan untuk menggoda, "Jangan tersipu malu terus seperti itu. Cepat makan. Begitu selesai makan, kita pergi menonton film."

"Tersipu malu? Siapa?" balas Ji Xiaonian sambil sekali lagi dengan pipi yang memerah bagaikan kepiting rebus.

Ji Xiaonian lalu mengambil sumpit dan mulai makan. Tiba-tiba, gambaran dirinya digendong bak seorang putri oleh Bai Yan tadi membuatnya tersenyum tanpa sadar. Lalu dengan hati yang berbunga-bunga, dia terlihat mengambilkan makanan dan meletakkannya di atas mangkok pria itu.

Melihat Ji Xiaonian sudah kembali seperti biasanya, hati Bai Yan akhirnya dapat merasa lega. Walaupun selama makan keduanya tidak terlalu banyak mengobrol, namun suasana di meja tersebut terasa begitu hangat dan menyenangkan. Hingga akhirnya Ji Xiaonian yang pada dasarnya suka berbicara, memecah keheningan di antara mereka.

"Kak Yan, kapan kakakku pulang? Seorang diri di rumah membuatku takut," kata Ji Xiaonian sambil menatap Bai Yan.

Walaupun ada Yu Shengjie yang tinggal bersamanya, namun Ji Xiaonian sengaja menggunakan kesempatan ini untuk dapat pindah ke rumah Bai Yan sementara waktu. Dia khawatir jika nantinya pria itu dapat memiliki perasaan terhadap Fang Miaoling.

"Kira-kira masih beberapa waktu lagi. Kamu takut di rumah sendirian? Kalau takut, aku akan meminta ibuku untuk menemanimu sementara waktu. Bagaimana?" tutur Bai Yan sama sekali tidak menangkap maksud Ji Xiaonian.

Mendengar perkataan Bai Yan, Ji Xiaonian segera melambai-lambaikan tangan dan berkata, "Eh?! Tidak, tidak. Maksudku, aku ingin tinggal di rumahmu."

Ji Xiaonian sangat ingin terus bersama Bai Yan setiap waktu dan menumbuhkan benih-benih cinta mereka lebih lagi. Matanya kini terlihat terbuka lebar menatap pria di hadapannya dengan penuh harap.

"Aku belum berpikir untuk menjalani hidup seatap denganmu," jawab Bai Yan dengan singkat dan datar. Lalu, dia terlihat sibuk kembali melahap makanannya seolah tidak ada yang aneh dengan yang dikatakannya barusan.

Wajah Ji Xiaonian terlihat menjadi merah. Lalu, dengan gugup dia berkata, "I… Itu, maksudku adalah…"

Belum sempat Ji Xiaonian menyelesaikan kalimatnya, Bai Yan sudah terlebih dahulu memotong kalimatnya. "Ji Xiaonian. Anak gadis lebih baik kalau jual mahal sedikit. Begini saja, kamu tidak perlu ke rumahku. Biar aku saja yang tinggal di rumahmu sampai Ji Chen kembali nanti," ujarnya sambil menyeka mulutnya dengan serbet. 

Setelah meletakkan serbet di meja, Bai Yan kembali bersuara. "Apa kamu sudah kenyang?"

Ji Xiaonian duduk di kursinya sambil terlihat seperti orang gila. Di bibirnya tersungging sebuah senyuman yang sangat lebar. Memikirkan nantinya Bai Yan akan tinggal di rumahnya, sungguh-sungguh membuat hatinya gembira setengah mati.

"Aku sudah kenyang. Ayo kita pergi nonton. Kita menonton film romantis saja, ya?" kata Ji Xiaonian yang bersemangat sambil berdiri dan menghampiri Bai Yan.

Bai Yan hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Ji Xiaonian.

"Setelah menonton film, kita jalan-jalan ke mall, ya?" tambah Ji Xiaonian lagi.

Lalu, Bai Yan terlihat hanya menganggukkan kepalanya sekali lagi.

"Kak Yan, kamu jangan suka bersikap dingin padaku lagi. Aku ingin rukun-rukun bersamamu. Selamanya tidak akan berpisah," tutur Ji Xiaonian dengan mata berbinar-binar.

Bai Yan hanya terdiam dan tidak bereaksi apa pun mendengar perkataan gadis kecil itu.

Sedangkan Ji Xiaonian masih dengan bersemangat berkata pada dirinya sendiri, "Saling mencintai seumur hidup dan tidak akan berpisah selamanya."


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C47
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de la traduction
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous