Télécharger l’application
38.33% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 23: Kak Yan...

Chapitre 23: Kak Yan...

Éditeur: Wave Literature

Ji Xiaonian berlari meninggalkan kantor Bai Yan dengan senyum yang kelewat sumringah di wajahnya. Bahkan ketika mengikuti kelas sekalipun, dia masih saja senyum-senyum sendiri dengan tatapan melamun sambil menatap guru yang sedang mengajar di podium depan.

Teman sebangkunya yang sedari tadi melihat kelakuan Ji Xiaonian, mulai tidak sabaran dan merasa penasaran. "Ji Xiaonian, kamu dari tadi kenapa senyum-senyum sendiri sih?" tanya Han Le.

Ji Xiaonian menoleh ke arah Han Le dan menatap mata gadis di sebelahnya itu. Lalu seketika melingkarkan kedua tangannya mengapit lengan temannya itu dan bertanya, "Han Le, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Berpacaran itu rasanya seperti apa sih? Benarkah rasanya sangat membahagiakan? Dan di dalam hati muncul perasaan yang sangat nyaman dan tentram?"

Walaupun hingga sekarang Ji Xiaonian belum pernah berpacaran, namun setelah hari ini mendengarkan perkataan Bai Yan barusan, dia merasa bahwa tidak lama lagi dia seharusnya akan segera merasakan rasanya berpacaran untuk yang pertama kalinya. Entah mengapa, sepeninggalan dirinya dari kantor pria itu, hatinya terasa berbunga-bunga dan senyumnya seolah ingin terus tersungging di bibirnya.

Belum lagi ketika Ji Xiaonian terpikir akan Bai Yan yang tidak lagi menghindarinya dan menolaknya seperti sebelumnya. Malah, secara tidak langsung pria itu menyuruh dirinya untuk menunggu selama dua tahun dan itu mereka akan dapat berpacaran secara resmi, hal-hal itu sungguh membuat hatinya berbunga-bunga. Terpikir akan suatu hari nanti dapat bersama dengan orang yang disukainya selama ini, membuatnya benar-benar mirip dengan orang gila yang sedang tersenyum kegirangan.

"Ji Xiaonian, bukannya tahun ini kamu berusia 19 tahun? Masa tidak pernah sekalipun menjalin hubungan pacaran?" tanya Han Le sambil memandangi teman sebangkunya yang terlihat seperti orang gila.

Mendengar pertanyaan Han Le, Ji Xiaonian mulai mengatupkan bibirnya dan menghindari tatapan mata temannya itu. "Dulu kan masih kecil, belum pantas untuk berpacaran. Tapi sekarang aku kan sudah kuliah, jadi ini waktu yang tepat untuk berpacaran, kan? Cepat katakan padaku, ketika berpacaran biasanya melakukan hal-hal apa saja?" tanya gadis itu yang berusaha mendapatkan ilmu-ilmu apapun yang mengenai berpacaran.

"..." Han Le terdiam sejenak. Matanya menatap lurus ke wajah Ji Xiaonian yang jelas terlihat sedang sangat senang saat ini. Dengan mudah dapat ditebak kira-kira apa yang membuatnya tersenyum tanpa henti hingga saat ini. 

"Ada pria yang mengutarakan perasaannya padamu?" tanya Han Le tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan temannya, seketika wajah Ji Xiaonian menjadi merah seperti kepiting rebus. Dengan cepat dia menggeleng-gelengkan kepalanya

"Kalau begitu, kamu baru saja mengutarakan perasaanmu pada pria yang kamu sukai, dan dia menerima pernyataan cintamu itu?" tanya Han Le yang masih berusaha menerka-nerka. 

Kali ini, Ji Xiaonian tidak menggelengkan kepalanya, namun juga tidak menganggukkan kepala. Membayangkan wajah Bai Yan saja sudah membuatnya tidak dapat menahan bibirnya untuk kembali menyunggingkan sebuah senyuman lebar. 

Melihat teman sebangkunya lagi-lagi tersenyum seperti orang bodoh dan tenggelam pada dunianya sendiri, Han Le menjadi tidak sabaran terhadapnya dan mencecar dengan kesal, "Ji Xiaonian, kamu sebenarnya mau cerita atau tidak sih? Kalau kamu tidak mau menceritakannya padaku, ya sudah. Lain kali aku juga tidak akan menceritakan apapun tentang percintaanku lagi padamu."

Han Le belum pernah melihat Ji Xiaonian sesenang ini sebelumnya. Dia masih terus menebak-nebak alasan yang membuat temannya itu dapat sesenang ini. Tidak mungkin karena CD yang kupinjamkan padanya waktu itu, kan? Rasanya tidak mungkin ah, batinnya masih berusaha berpikir keras.

"Aduh... Tidak ada yang spesial, kok. Hanya saja, dia memintaku untuk menunggunya selama dua tahun. Setelah itu, kami dapat bersama dan berpacaran secara resmi. Walaupun hanya hal kecil seperti ini, hatiku benar-benar merasa sangat senang. Rasanya begitu manis seperti meminum segelas air madu murni," ucap Ji Xiaonian panjang lebar dengan mata berbinar-binar. Hanya terpikirkan akan hal ini saja, dia lagi-lagi tidak mampu menahan senyuman kembali mengembang di bibirnya.

Han Le dengan serius mendengarkan perkataan Ji Xiaonian. Mendengar bahwa seorang pria meminta temannya untuk menanti selama dua tahun membuatnya mendengus tidak senang. "Apa pekerjaannya? Berapa usianya?" cecarnya. 

"Dia.. Dia bukan orang sembarangan. Dia adalah orang yang hebat. Tahun ini dia seharusnya berusia genap 28 tahun," jawab Ji Xiaonian dengan santai.

"28 tahun?!" Han Le terkejut mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ji Xiaonian barusan. Dengan cepat pula dia tersadar bahwa barusan suaranya cukup keras. Dia segera menunduk dan menutupi wajahnya dengan buku paket, berjaga-jaga apabila suaranya barusan terdengar sampai di telinga dosen yang sedang mengajar di depan kelas. 

Han Le lalu kembali menoleh dan dengan wajah serius menatap ke arah teman baiknya, lalu menjelaskan, "Ji Xiaonian, kamu itu sebenarnya bodoh atau tidak punya otak sih? Kenapa harus jatuh hati pada pria setua itu. Kamu berusia 19 tahun, kalau begini dia bisa dibilang termasuk pedofil tahu, tidak? Wah, gila! Aku jadi penasaran dengan pria itu. Gadis remaja seperti aku dan kamu tidak seharusnya berurusan dengan om-om seperti itu. Kita tidak akan dapat menang melawan pria dengan puluhan bahkan ratusan pengalaman seperti itu. Bisa-bisa kita malah dipermainkan olehnya!"

"Dan lagi, apakah dia kaya raya? Kalau benar dia kaya raya, aku pikir dia hanya ingin menjadikanmu sebagai sugar baby-nya saja, kamu tahu? Aku rasa dia bukan tipe pria yang mau bertanggung jawab akan hal-hal yang terjadi atau memikirkan hubungan yang serius denganmu. Apapun itu, kamu dengar baik-baik nasehat dariku, pria seperti itu, lebih jauh kamu membiarkannya pergi, maka akan lebih baik bagi masa depanmu. Apa kamu mengerti?" sambung Han Le panjang lebar. Nada bicaranya terdengar menggebu-gebu. Dia terdengar sangat berapi-api menasehati Ji Xiaonian seolah-olah gadis itu adalah adik kandungnya sendiri.

Melihat teman sebangkunya itu panjang lebar menasehatinya, ada perasaan hangat melingkupi hati Ji Xiaonian. Dalam hati dia berterima kasih akan perhatian yang diberikan Han Le padanya. Namun tetap saja, dia tidak tahan untuk membantah perkataan sahabatnya itu. "Dia bukan pria seperti yang ada dipikiranmu. Dua tahun lagi aku akan memberitahumu siapa pria itu, sekarang masih belum waktunya." sahutnya membela pria yang membuatnya jatuh hati itu.

Bai Yan saat ini adalah salah satu pengajar di universitasnya, kalau Ji Xiaonian membocorkan identitas hubungannya dengan pria itu, tentu saja akan menimbulkan kehebohan diantara teman-teman sekelasnya. Lagi pula, dia mempercayai perkataan pria itu dan bersedia menunggunya dengan setia selama dua tahun. Jangankan hanya dua tahun, bahkan menanti hingga 10 tahun pun, dia rela asalkan akhirnya dapat bersama dengan pria yang merebut hatinya itu.

"Tamatlah sudah. Ji Xiaonian, benar-benar tamat riwayatmu. Pria seperti apa yang sampai-sampai identitasnya tidak dapat kamu ceritakan padaku. Kamu takut aku akan merebutnya darimu? Aku perjelas padamu, aku adalah gadis yang telah memiliki kekasih. Dan lagi, aku ingin tahu siapa pria itu hanya karena aku mengkhawatirkan dirimu. Jika tidak, aku tidak mungkin sekonyol ini bertanya padamu." 

Selesai menyelesaikan kalimatnya, Han Le terlihat sedikit marah. Dia menatap Ji Xiaonian sekilas dan berkata, "CD yang kupinjamkan padamu waktu itu segera kembalikan padaku."

Ji Xiaonian sendiri sangat mengerti mengapa Han Le saat ini terlihat kesal padanya. Dia tahu bahwa temannya itu sedang mengkhawatirkannya dan hanya ingin yang terbaik bagi dirinya. Namun, mendengarnya membahas tentang CD itu membuatnya emosi.

Dia menatap tajam kepada Han Le dan berkata dengan kesal, "Berani-beraninya kamu meminta CD itu kembali. Waktu itu, kenapa kamu tidak memberitahu padaku isi CD itu? Gara-gara ulahmu itu, aku dimarahi habis-habisan olehnya karena memiliki CD seperti itu. Sekarang CD itu ada di tangannya dan aku tidak tahu apakah dia sudah membuang CD itu atau tidak."

"'Dia' yang kamu maksudkan ini adalah pria yang memintamu menunggunya selama dua tahun itu?" tanya Han Le memastikan.

"Iya benar. Dia yang kumaksud adalah pria itu," sahut Ji Xiaonian.

"Ch! Ji Xiaonian, aku berani jamin, kalau kamu tidak mendengarkan nasehatku tadi, cepat atau lambat kamu pasti akan menyesal," kata Han Le setengah mencibir. Dia sudah tidak mau membuang-buang tenaganya untuk menasehatinya lagi, jadi begitu kelas berakhir, dia segera pergi meninggalkan kelas untuk mencari kekasihnya.

Tentu saja hal itu sama sekali tidak mempengaruhi suasana hati Ji Xiaonian yang sedang bahagia. Dia terlihat masih saja duduk di bangkunya dengan senyuman lebar yang tersungging di bibirnya.

***

Sore harinya, Ji Xiaonian kembali ke kamar asrama sambil bersenandung kecil. Ketika membuka pintu, hal pertama yang dilihatnya adalah Fang Miaoling yang sedang sibuk berkemas membereskan barang-barangnya. Jadi benar dia akan pindah? Gumam Ji Xiaonian dalam hati.

Ji Xiaonian masuk ke dalam asramanya, melewati koper Fang Miaoling, lalu duduk di ranjangnya sendiri. Apakah mungkin Bai Yan telah meminta pada sekolah untuk mengatur asrama baginya? Dia tidak berhenti untuk terus berusaha menerka apa yang sebenarnya terjadi. Namun, benar-benar tidak diduga kalau pria tersebut dapat menjadi orang yang baik seperti itu.

Ji Xiaonian sendiri merasa tidak terlalu peduli akan hal tersebut. Dia lalu berbaring di atas ranjangnya dan berkata dengan santainya, "Wah, mulai hari ini sampai seterusnya, tidak ada lagi lalat busuk yang berterbangan di tempat ini. Pasti akan sangat damai dan tentram rasanya."

Mendengar ledekkan Ji Xiaonian yang jelas-jelas ditujukan kepadanya, emosi Fang Miaoling naik seketika. "Siapa yang kamu maksud dengan lalat busuk, hah?!" serunya karena geram.

Dengan malas-malasan Ji Xiaonian menanggapi pertanyaan Fang Miaoling barusan, "Apa urusannya denganmu coba?" 

Ji Xiaonian bangkit dari ranjangnya, menatap ke arah koper Fang Miaoling dan berkata, "Kamu bukannya akan segera pergi? Mau pindah ke asrama mewah, kan? Cepatlah pergi. Kebetulan barang-barangku di sini sangat banyak, sudah tidak ada tempat untuk menaruhnya. Kalau kamu pergi, aku akan menaruh barang-barangku di sini." Dia lalu sibuk mendorong koper miliknya sendiri ke bawah ranjang temannya itu.

Melihat kelakuan Ji Xiaonian, wajah Fang Miaoling seketika menjadi merah dan memanas. Dadanya kembang kempis menahan emosi yang meluap pada dirinya. "Ji Xiaonian! Kamu benar-benar keterlaluan ya?! Aku masih di sini dan belum pergi, berani-beraninya kamu…" amuknya dengan geram pada gadis itu.

Belum selesai Fang Miaoling berbicara, Ji Xiaonian sudah memotong perkataannya. "Bukannya kamu akan segera meninggalkan tempat ini? Barang-barangmu kan cukup banyak, jadi bagaimana kalau aku membantumu membawanya keluar?" sahutnya sambil menyindir.

"Kamu…!" Fang Miaoling mulai tidak dapat berkata-kata melihat perlakuan Ji Xiaonian kepadanya.

"Kamu tidak perlu sungkan padaku. Aku kan memang suka membantu orang lain. Hihihi." Terdengar suara cekikan Ji Xiaonian yang semakin membakar api amarah dari hati Fang Miaoling.

Ji Xiaonian berjalan menuju ke arah Fang Miaoling sambil tertawa cekikikan. Tanpa diminta, dia menarik koper tersebut, menunjukkan betapa dirinya sangat menginginkan temannya itu untuk segera angkat kaki dari kamar mereka.

Dengan ego yang tinggi, Fang Miaoling tahu pasti akan satu hal. Semakin Ji Xiaonian menginginkannya untuk meninggalkan tempat ini, semakin dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia merebut kembali koper miliknya dan menendang koper gadis itu menjauh. Dia kembali duduk dengan manis di atas ranjangnya dan berkata dengan penuh kemenangan, "Aku tidak jadi pergi. Jadi jangan harap kamu dapat merebut tempatku ini."

"Eh? Kenapa tiba-tiba tidak jadi pergi? Hmm... Kalau tidak jadi pergi, itu artinya…" Belum sempat Ji Xiaonian menyelesaikan perkataannya, terdengar ponselnya berdering.

Ji Xiaonian dengan cepat mengambil ponselnya dan dilihatnya nama Bai Yan tertera di layar. Dengan cepat dia pergi menuju ke jendela dan menekan tombol hijau untuk menjawab telepon dari pria itu, "Halo, Kak Yan."


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C23
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de la traduction
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous