Télécharger l’application
62.5% Kisah Kami / Chapter 10: Kronologi

Chapitre 10: Kronologi

Sambil berjalan menuju kelas 3-B Nanda pun mengirim pesan ke grup Messenger yang di buat untuk kelas mereka. Nanda memberitahu kalau Gama sudah di temukan.

"Hei ketua kelas, kau sedang mengirim pesan ke siapa?" Tanya Ady saat melihat Nanda mengetik sesuatu di HP-nya.

"Aku sedang memberitahu yang lain. Oh benar juga, aku minta Pin Messenger mu" pinta Nanda, tapi Ady malah memasang wajah bingung.

"Ada apa?" Tanya Nanda.

"Hehehe.. Apa itu Messenger? Nomor kartu SIM untuk SMS?" Tanya Ady sambil tertawa.

"Benar kata Rendra, dia kolot sekali" pikir Nanda dan Resti yang ada di sebelahnya.

"Padahal kau ini peringkat pertama yang sama dengan Dion, tapi hal seperti ini masa tidak tau" kata Anna aneh.

"Habisnya.. biasanya aku hanya memakai nya hanya untuk mengirim SMS atau menelpon, hanya itu" bela Ady yang sedang menggandeng Gama di sebelahnya.

"Yang benar saja, kita hidup di tahun 2014 loh, masa kau tidak tau sama sekali" kata Resti mengerutkan keningnya.

"Hehe tapi.. aku benar-benar tidak tau" katanya menyeringai sambil menggaruk kepalanya.

**********

Mereka pun sampai ke tangga untuk naik ke atas yang ada di sudut sekolah.

"Oke aku akan ceritakan dari awal" kata Resti memulai, Ady, Nanda dan Anna pun menengok mulai mendengarkan sedangkan Gama tetap terlihat biasa saja sambil melihat ke depan.

"Uang yang biasa di beri oleh pihak sekolah tiap sebulan sekali untuk kepentingan kelas seperti spidol, penghapus, tinta, dan sebagainya sebanyak 500 ribu hilang begitu saja. Padahal sebelumnya ada di buku yang ada di dalam tas ku" kata Resti wajahnya kembali murung dan melanjutkan kembali.

"Aku datang seperti biasa, belum ada orang sama sekali. Lalu tiba-tiba aku ingin ke toilet, jadi aku tinggalkan tas milikku di kelas" tambah Resti.

"Toilet mana yang kau pakai?" Tanya Anna.

"Di lantai 3 juga, sekolah kita kan berbentuk U. Tiap garis dari huruf U itu ada 3 ruangan apapun itu. Dan tangga pun ada dua di tiap sudut huruf U, aku benar kan?" Tanya Resti dan mereka pun mengangguk.

"Di lantai tiga, dari 9 ruangan hanya 2 yang terpakai. Kelas 3-B yang berada di ujung lorong sebelah kiri dan perpustakaan yang berada di lorong tengah dan ruangan paling tengah" jelas Resti.

"Aku memakai toilet yang masih berada di lorong kiri, jadi hanya berjarak satu ruangan kosong di tengah-tengahnya. Karena toilet itu di dekat tangga jadi aku tau kalau ada orang yang datang lewat tangga itu" jelas Resti lagi.

"Berapa orang yang kau dengar?" Tanya Ady.

"Satu, hanya satu orang. Aku yakin sekali" kata Resti memelas.

"Lalu.. siapa orang itu?" Tanya Nanda.

"Dodi, anak kelas kita" jawab Resti, semuanya tampak menghela napas saat mendengar kalau itu justru teman kelas mereka.

"Dari mana kau tau itu dia?" Tanya Anna lagi.

"Karena saat aku kembali ke kelas Dodi sudah ada dan tertidur sambil duduk di bangkunya. Lalu saat aku berjalan ke tempat dudukku, Rijal, Yuni dan kau Nanda datang" jelas Resti dan Nanda membenarkan hal itu karena dia sempat melihat Resti mau duduk di bangkunya.

Gama yang sedang di gandeng oleh Ady pun menarik lengan Ady dan memberikan botol tehnya yang masih tertutup rapat ke Ady. Dengan tersenyum Ady pun mengambil botol itu lalu membukakan tutupnya dan kembali memberikannya lagi ke Gama.

"Apa benar anak ini detektif yang hebat itu? Dia tidak terlihat spesial sama sekali. Tingginya saja tidak sampai 140" pikir Nanda memperhatikan Gama yang asik meminum minumannya.

"Lalu saat mereka bertiga datang aku sempat menyapa Nanda lalu memeriksa barang di dalam tas ku, dan aku terkejut kalau posisi barang-barang yang ada di tas ku sudah berantakan" sambung Resti.

"Jadi itu sebabnya kau menuduh.. siapa tadi teman mu? Dodi?" Tanya Anna.

"Tidak!! Aku tidak pernah mencurigai teman sekelas ku, sedikitpun aku tidak pernah mencurigai siapapun dari kelas ku" kata Resti sedih.

"Oke oke aku mengerti, jangan seperti itu, aku jadi tidak enak" kata Anna.

"Maaf, dan juga saat aku baru menyadari kalau uang yang berada di dalam buku ku hilang, aku mulai panik" tambah Resti.

"Benar, kalau dari sini aku juga tau. Dodi yang sedang tertidur itu pun terbangun karena teriakan Resti" jelas Nanda.

"Iya, dan saat itu murid yang lain pun berdatangan satu persatu. Saat Dodi tau kalau uang yang ada di tas Resti hilang, dia tiba-tiba langsung ketakutan dan terus mengatakan kalau bukan dia yang mengambilnya. Mungkin karena dia tau kalau dia lah satu-satunya orang yang ada di kelas saat itu" tambah Resti.

"Lalu? Apa dia saat itu pergi ke toilet juga?" Tanya Ady.

"Kurasa tidak, karena waktu nya tidak akan sempat. Kalau dia ke toilet seharusnya aku tidak bertemu dengannya di kelas, tapi di toilet karna toilet laki-laki dan perempuan pintunya berhadapan. Kenapa memangnya kau bertanya begitu?" Tanya Resti heran.

"Karena saat aku datang, dia tidak memakai sepatunya" kata Ady mengerutkan keningnya.

Mereka yang masih menaiki tangga dan baru sampai di lantai dua itu pun berhenti berjalan karena Gama mengeluh kalau dia kelelahan. Mereka pun duduk di tengah tangga untuk naik ke lantai tiga.

"Kau.. bagaimana kau tau kalau Dodi saat itu tidak memakai sepatu? Dia kan berada di paling belakang kerumunan anak-anak lain tadi, dan juga ada meja yang menghalangi" tanya Nanda agak heran mendengar Ady berbicara tadi. Ady yang sedang mengelus kepala adiknya sambil tertawa itu pun menoleh ke arah Nanda. Namun belum sempat Ady menjawab, ada suara langkah kaki seseorang dari lantai 3 yang Ingin turun ke bawah.

"Itu karena pengamatan dan cara berpikirnya yang berbeda. Bahkan saat itu terjadi, waktu yang dia rasakan jadi lebih lambat dari waktu normal" kata suara itu semakin mendekat.

"Rendra? Kau dari tadi ada di atas?" Tanya Resti heran dan Rendra pun mengangkat tangannya dengan wajah malas.

"Aku menjaga kedua tangga di lantai 3, berjaga-jaga kalau ada seseorang yang turun maupun menuju ke lantai 3. Loh ada Anna juga?" Kata Rendra ikut duduk di anak tangga paling atas.

"Tunggu dulu, apa maksud mu cara berfikir orang ini?" Tanya Nanda tiba-tiba berdiri sambil menunjuk ke arah Ady yang cengengesan karena di tunjuk Nanda.

"Hmm.. kalau begitu ketua kelas, aku tanya padamu. Tujuan mu sekarang mau menangkap pencurinya atau mengetahui tentang Ady? Kau menyukai kakak ku yah?" Tanya Rendra malas sambil meletakkan dagunya di tangannya.

"Huuhh.. benar juga, maaf sebelumnya. Tapi adik kalian bahkan tidak mendengarkan cerita Resti dari tadi, apa benar dia bisa membantu?" Tanya Nanda lagi.

"Apa kau yakin dia tidak mendengarnya?" Tanya Rendra tersenyum, Nanda pun tertegun dan matanya terbuka lebar menahan emosi yang bercampur saat ini.

"Kupikir kita harus naik lagi, ayo adik kecil" ajak Ady dan Gama pun mengangguk ikut berdiri di ikuti yang lain.

"Oke kita lanjutkan, aku tidak tau kenapa tidak memakai sepatunya. Tapi memangnya itu ada hubungannya?" Tanya Resti.

"Entahlah, Gama pernah bilang padaku, hal kecil sekali pun bisa menjadi petunjuk yang kuat" kata Ady santai. Anna yang berada di belakang mereka hanya bisa menyimak pembicaraan mereka dan terus memperhatikan Gama. Sejak awal sampai sekarang dia hanya terus melihat tehnya yang ada di dalam botol dan memiringkannya.

Tapi di saat mereka menginjak anak tangga terakhir, secara spontan mata Anna terbuka lebar karena saat itu juga sorot mata Gama pun berubah menjadi tajam dengan pandangan ke depan lalu menghentikan langkah semua orang sambil terus menatap ke arah satu ruangan tertutup yang sudah berdebu.

Semuanya sempat kaget karena hal itu terjadi secara tiba-tiba.

"Ada apa adik kecil?" Tanya Ady mengerutkan keningnya.

"Apa terjadi sesuatu dengannya? apa dia rusak?" Tanya Nanda panik.

"Kau pikir dia barang" kata Rendra kesal.

Resti yang berada di sebelah Nanda pun mengintip sedikit dari sana karena ketakutan.

"Kalian mau tau siapa yang mencurinya kan?" Tanya Gama serius berdiri di depan sana tanpa menoleh ke belakang.

"Oh akhirnya bicara juga, ternyata suaranya pun seperti anak kecil" kata Nanda.

"Te-tentu saja mau" jawab Resti terbata-bata.

"Kalau begitu Gama akan bertanya dulu. Apa yang akan kalian lakukan kalau penangkapan pencuri ini bisa mempengaruhi kelas kalian? Bisa saja kalian di keluarkan" kata Gama serius melirik Nanda dan Resti. Mereka berdua pun agak bingung dan gemetar melihat Gama yang sekarang.

"Ah, emm.. kenapa kau tidak bertanya pada Ady dan-"

"Itu karena Ady dan Rendra sangat mustahil di keluarkan dari sekolah ini. Mereka terikat suatu perjanjian" potong Gama saat Resti berbicara, Resti dan Nanda pun terkejut mendengarnya.

"Benar juga, dengan peringkat mereka, sangat mustahil mereka di keluarkan" pikir Nanda terdiam.

"Aku rasa.. aku rasa itu tidak masalah, selama kami melakukan hal yang benar aku rasa itu tidak apa-apa" kata Resti terbata-bata tapi terlihat dari sorot matanya kalau dia yakin dengan jawabannya, Gama pun tersenyum mendengar dan melihat jawaban Resti.

Dia pun melepaskan genggaman tangannya pada Ady lalu berjalan ke arah ruangan yang ada di sebelah kanannya dan membuka pintu ruangan itu.

"Kalau begitu semuanya.. biar Gama perkenalkan, ini lah pencuri uang kalian" kata Gama menunjuk ke arah sesuatu dan mereka semua termasuk Ady dan Rendra membuka matanya lebar-lebar tidak percaya dengan apa yang di tunjukan Gama.

_____________________________

Yo.. terimakasih buat yang udah baca sampe sini wkwk, saya sebagai penulis cerita ini sejujurnya seneng banget karena ada yang baca tulisan saya, dan yang pasti kalau kalian udah baca sampai sini pasti agak bosan kan pengenalan karakter di awal-awal yang cukup lama? Saya yang nulis pun begitu sih wkwk. Yaah.. pokoknya terimakasih untuk kalian yang mau baca, saya liat ada yang baca satu orang pun udah seneng dan sekarang secara tiba-tiba udah beberapa orang, itu udah lebih dari cukup meskipun ga dapet apa-apa wkwk. Yup.. di tunggu kelanjutannya yah semua, sekali lagi terimakasih sudah baca.

Di tunggu kritik dan sarannya di komentar yah. Ketemu lagi, Ciao ^_^


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous