Télécharger l’application
7.82% Jodoh [Aku yang Memilihmu] / Chapter 15: Bab 14

Chapitre 15: Bab 14

Gathan tiduran di kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang sedikit pegal karena terlalu lama berjalan, apalagi tadi dia sudah lari pagi keliling lapangan belakang rumahnya.

Pintu kamar terbuka dan muncul sosok Binar dengan wajah ditekuknya. Pria itu melangkah masuk lantas duduk di karpet sebelah tempat tidur.

"Wih, yang habis kencan. Seneng ya lo, sampai lupa sama gue," ceriwis Binar mengejek sekaligus menyindir.

"Hahahahaha, iya dong. Rempahan peyek kayak lo mah nggak usah di anggap," canda Gathan. Pria itu bangkit duduk.

"Sialan lo, kaleng kerupuk!" balas Binar tak mau kalah.

Gathan tertawa semakin kencang.

"Jadi gimana? Kalian tadi kemana?" tanya Binar kemudian.

"Kita jalan ke Fatmawati," jawab Gathan.

"Barang antik? Wah, gue udah tebak sih, dia 'kan suka barang antik." Binar manggut-manggut.

"Kok lo nggak ngasih tahu gue kalau Rana suka sama barang antik. Gue aru tahu kemarin saat latihan memotret."

"Kalian sering ngobrol di klub fotografi?"

"Sering dong, anggota fotografi 'kan cuma 10 anak termasuk gue, Keket sama Rana."

"Ngobrol apa aja?" tanya Gathan sinis.

"Banyak hal sih. Eh, ternyata Rana itu anaknya asyik lho. Pemikirannya luas, terbuka, beda sama cewek-cewek di luaran sana. Beruntung banget kalau lo bisa jadi pacarnya Rana."

"Iyalah. Nggak mungkin gue cari cewek yang biasa aja," oceh Gathan menyombong.

"Oh, ya. Kemarin karena terlalu terbawa suasana,gue curhat tentang masalah gue sama dia dong. Masalah sama Keket. Terus dia langsung ngasih wejangan-wejangan gitu. Karena ternyata dia juga pernah ngalamin hal yang sama kayak gue," ceriwis Binar panjang lebar.

"Maksud lo? Rana pernah terjebak friendzone?"

"Iya, sama mantannya pas kelas 1 dulu. Lo tau 'kan kalau Rana pernah punya pacar dulu."

"Iya, gue tau, tapi gue nggak tau kalau kasusnya sama kayak lo."

"Nah, setelah kita ngobrol bareng, curhat segala macem, gue sambil usaha buat nyari tahu tentang dia dong."

"Terus? Terus?" tanya Gathan antusias.

"Terus ya..." Binar diam sejenak. "Dia tau kalau gue lagi berusaha deketin Rana sama lo. Terus dia nggak mau berbagi informasi sama gue," imbuhnya cengengesan.

"Sialan," maki Gathan melempar bantal ke arah Binar.

"Hahahahaha, nggak pentinglah info tentang dia. Sekarang 'kan kalian udah dekat, lo bisa tanya langsung ke Rana."

"Tadi kita udah ngobrol banyak sih." Gathan manggut-manggut. "Eh, klub fotografi lo nggak open member lagi?"

"Kagak!" tolak Binar ketus.

"Ayolah, terima gue aja. Gue juga ada bakat fotografi kok," ujar Gathan memelas.

"Enggak. Jadwal lo di luar sekolah udah padat. Anak-anak aja yang tahu lo cuma ikut klub basket, padahal lo ikut kursus segala macem. No, no!"

"Ah, pelit lo!" Gathan kecewa karena Binar tak mengijinkannya masuk klub fotografi.

"Tapi lo boleh ikut ke acara anak fotografi kok. Kebetulan Minggu depan anak-anak mau datang ke pameran seni di Senayan. Lo ikut aja, sekalian PDKT."

"Wah, mantap. Gue pasti ikut." Gathan kembali bersemangat.

*****

Besok paginya saat Rana turun dan ingin sarapan, dia mendengar obrolan di ruang makan. Bukan hanya dua orang melainkan tiga orang. Sampai di ruang makan Rana di buat kaget karena melihat Gathan sudah duduk manis di meja makan, melahap nasi goreng buatan Ibunya dengan lahap.

"Kok lo ada di sini?" tanya Rana heran.

"Mau jemput lo," sahut Gathan dengan mulut penuh makanan.

"Ayah yang ngajak dia sarapan bareng, katanya nggak sempet sarapan di rumah takut telat jemput kamunya," ujar Rajasa di kursi utama.

Saras duduk di sebelah kirinya sedangkan Gathan di sebelah kanannya.

Walaupun masih kaget dan bingung, Rana perlahan duduk di samping Ibunya. Menerima piring berisi nasi goreng yang di sodoekan Ibunya.

"Gathan ini pebisnis muda lho, Ran. Katanya dia udah usaha distro dari SMP," ujar Rajasa tersenyum bangga.

"Oh, ya? Kok lo nggak pernah cerita," tanya Rana heran.

"Lo nggak nanya. Lagian ngapain musti cerita tentang bisnis gue, mendingan 'kan cerita tentang masa depan kita nanti," canda Gathan. Tak perduli saat ini mereka berada di ruang makan dan di hadapan orangtua Rana.

"Ehm, emangnya saya udah kasih restu sama hubungan kalian. Saya memang bangga karena kamu sudah punya tekat dan usaha padahal masih muda. Tapi bukan berati saya merestui hubungankalian." Rajasa terlihat serius saat berbicara.

Gathan langsung tersedak mendengar kalimat Rajasa barusan. "Uhuk, uhuk."

Rana buru-buru mengulurkan segelas minuman pada pria itu.

"Ehm." Gathan berdehem sebentar. "Bukan maksud saya untuk kurang ajar kok,Om. Saya tadi cuma bercanda," ujarnya takut-takut.

Rana sendiri juga takut dengan suasanan yang berubah tegang. Dia takut kalau Ayahnya tidak memberi restu pada hubungannya eklak dengan Gathan. Meskipun saat ini ia belum ingin menerimanya, tapi dia tidak bisa menjamin kedepannya apakah akan menerima Gathan atau tidak. Jika dari awal mereka sudah mendapat restu dari orangtuanya, tentu akan lebihmudah.

Rajasa tertawa melihat Gathan yang salah tingkah. "Justru Om akan marah kalau kamu hanya bercanda. Apapun hubungan kalian nanti? Kalian harus menjalaninya dengan serius. Om nggak masalah kalau kalian menjalin hubungan. Asalkan kalian bisa menjaga diri dengan baik, tau batasan yang tidak boleh di langgar," nasehatnya panjang lebar.

Gathan mendensah lega. "Dengerin tuh, Na. Kita harus serius dalam menjalin hubungan, jadi kapan nih lo terima cinta gue?" ocehnya menggoda Rana.

"Apaan sih, Than?" Rana terlihat salah tingkah.

Saras dan Rajasa hanya tersenyum mendengar lelucon Gathan barusan.

"Ya sudah habisin sarapannya. Nanti kalian terlambat kalau terus bercanda," suruh Saras.

"Iya, Tante. Pasti dihabisin kok, nasi gorengnya enak."

"Rana juga sering masak lho, kapan-kapan minta dia buatin aja."

"Siap, Tan."

Pipi Rana semakin merona merah karena semua orang menggodanya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C15
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous