Télécharger l’application
19.51% STAY WITH ME (Dhika-Lita) / Chapter 8: 7. Flashback - Awal Bertemu

Chapitre 8: 7. Flashback - Awal Bertemu

Hingga malam itu, saat aku pergi ke Gramedia untuk membeli beberapa novel dan komik kesukaanku. Aku tidak sengaja bertemu dengan Chacha yang masih memakai seragam sekolanya tengah berkeliaran di salah satu mall di kota ini. Aku menghampirinya, dan menanyakan sedang apa dia disini. Dan saat kami sedang berbincang, seorang lelaki datang dan merangkul pundak Chacha membuatku mengernyitkan dahiku. Chacha mengenalkan lelaki itu sebagai kekasihnya yang bernama Gilang. Disinilah Awal mula aku kenal dengan Gilang, lelaki yang merusak persahabatan kami.

Sore itu, setelah aku pulang dari sekola, aku membantu tante di tokonya karena tante terlihat banyak sekali pesanan. "tante kenapa banyak sekali pesanannya? Apa ada yang akan syukuran?" tanyaku

"Itu pesanan nak Dewi, katanya sahabatnya sedang ada syukuran opening café. Dan mengundang banyak anak yatim piatu" jelas tanteku

Dewi adalah pelanggan setia tante, dia masih muda dan sekarang tengah berkuliah di salah satu universitas terkenal di kota ini. Dia begitu ramah dan baik, bahkan kamipun sering sekali mengobrol dengan akrab.

Tak lama terdengar salam, membuat kami menengok dan panjang umur juga, wanita cantik yang tengah di bicarakan kini berada di antara kami.

Dewi Zhaleka Fredelima Earnnal, putri seorang pengusaha dibidang fastfood di Surabaya. Itu yang aku tau tentang kak Dewi. Kak Dewi datang untuk mengambil pesanannya yang kebetulan baru selesai setengahnya, dan dia memintaku datang ke acara syukuran sahabatnya sambil mengantarkan sisa pesanannya dan akupun menyanggupinya.

Sore itu aku pergi menuju tempat syukurannya sahabat kak Dewi. Acaranya terlihat sudah di laksanakan karena pita di pintu sudah tergunting. Café yang terlihat mewah dan klasik.

Aku memasuki café, setelah memberi laporan ke satpam penjaga café disana. Aku memasuki café yang terlihat luas dan mewah itu. Aku menyisir pandanganku mencari keberadaan kak Dewi, tetapi seketika pandanganku terhenti pada sosok tampan yang tengah berdiri di dekat ballroom dan terlihat tengah berbicara dengan seseorang.

Memang konyol, tetapi aku langsung terpikat padanya, lelaki jangkung dengan wajah blasterannya, dia memiliki kulit yang putih dan bersih tanpa noda, alisnya yang tebal terpahat indah, matanya yang tajam dengan bulu mata lentiknya, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang berwarna merah pucat. Sungguh dia begitu sempurna, dia seperti jelmaan dewa yunani yang begitu indah dan sempurna.

Deg

Mata coklatnya melihat ke arahku. Ya tuhan, jantungku kenapa mendadak berdetak sekencang ini. Sorot matanya yang tajam seperti seekor elang, mampu meluluh lantahkan pertahananku. Pandangannya kembali ke teman bicaranya, membuatku sedikit kecewa karena dia tak berniat menghampiriku.

Oh,, ayolah Thalita. Memang siapa dirimu ini, kamu di sini sudah seperti upik abunya sang pangeran. Dan jangan mengkhayal terlalu tinggi. "astagfirulloh" gumamku dan segera memalingkan pandanganku dari iblis tampan itu, oh tidak maksudku malaikat tanpa sayap itu. Aku kembali menyisir setiap sudut ruangan itu hingga pandanganku menemukan sosok yang sejak awal aku cari. Aku berjalan menghampiri kak Dewi yang tengah berbincang dengan dua orang wanita seumurannya. "assalamu'alaikum," sapaku

"Wa'alaikum salam" ucap kak Dewi dan membuat ketiga wanita itu langsung menengok ke arahku.

"Halo Lita, kakak seneng kamu datang" ucap kak Dewi mencium pipi kiri dan kananku.

"Ini sisa pesanan Kakak" ucapku seraya menyodorkan kantung kresek yang sejak tadi aku bawa.

"Ah iya, terima kasih yah. Kamu jangan pulang dulu," ucap kak Dewi dan akupun mengangguk setuju. Mungkin aku bisa lebih lama memandangi sang pangeran itu, Lita otakmu mulai koslet ternyata.

"Oh iya Za, Ren. Kenalin dia Thalita keponakannya ibu Ratih" ucap kak Dewi kepada ke dua orang wanita yang masih berdiri disana.

"Halo Lita,, kenalin gue Irene" ucap gadis yang terlihat lebih muda dari kak Dewi.

"Aku Elzabeth, panggil saja Elza" ucap wanita yang satu lagi dengan wajah datarnya. Judes banget sih ini kakak, udah seperti mama tirinya upik abu. Ya tuhan Lita, otakmu semakin koslet.

"Thalita" ucapku tersenyum manis kepada mereka berdua.

"Kamu duduk saja disini yah, kakak ke belakang dulu" ucap kak Dewi berlalu pergi sambil membawa sisa snack yang aku bawa. Dan kakak judes itupun mengekori kak Dewi menuju ruangan lain di café ini.

"Kamu jangan canggung disini, santai saja" ucap wanita yang masih berdiri di sampingku, membuatku tersenyum.

"Ayo duduk" ajaknya mengajakku duduk di salah satu kursi yang ada disana, aku hanya menurutinya saja.

Kami berbincang sedikit, ternyata Irene seumuran denganku. Dan dia juga masih duduk di kelas tiga SMA sama sepertiku dan ketiga sahabatku. Hingga tak lama seorang pria tampan menghampiri kami. Ternyata dia kak Arseno kekasihnya Irene.

Kamipun mulai berbincang, lebih tepatnya Irene dan kekasihnya itu karena aku hanya menjadi obat nyamuk yang sesekali ikut tersenyum mendengar celotehan Irene atau kekasihnya itu. Setelah lama, mereka berpamitan sebentar karena seorang pria memanggil mereka. Dan kini aku sendirian dengan menatap ke arah ballroom yang terlihat akan segera memulai acaranya. Sang host mulai berbicara berbagai hal tentang café ini, mungkin perkenalan café. Hingga dia mengatakan kalau sang pemilik café akan memberi sambutannya. Aku penasaran sekali siapa sahabat kak Dewi pemilik café ini. Dia pasti sangat kaya, karena terlihat dari dekorasi café yang terlihat mewah.

Ternyata malaikat itu, ya tuhan dia pemilik café ini. Siapa tadi namanya, Pradhika Reynand Adinata. Wow,, benar-benar sebuah kejutan. Aku semakin tersingkirkan dari barisan calon pacarnya, dia terlalu sempurna untukku. Bukan hanya ketampanannya, dia juga sangat kaya.

Saat aku tengah asyik mengamati wajah bak dewa yunaninya itu, seseorang menegurku dan sangat mengganggu aktivitasku. Aku terpaksa harus mengalihkan pandanganku dari pangeranku ke seseorang yang menggangguku.

"Serli !!!"ucapku kaget dan heran karena dia ada disini." Kenapa loe ada disini?" Tanyaku lagi

"Ternyata benar loe,," ucapnya seraya duduk di atas kursi yang berada di sampingku. "gue di ajak sama cowok gue kesini, ini kan acara sahabatnya dan loe sendiri ngapain di sini?" Tanya Serli kepadaku. Aku menjelaskan ke Serli kenapa aku ada disini. Serlipun menunjukkan sosok kekasihnya padaku.

"Mereka itu bersahabat" ucap Serli tiba-tiba membuatku menengok kembali ke arahnya. "nama gengnya itu Brotherhood" ucap Serli

"Persaudaraan?"Tanyaku membuat Serli mengangguk.

"Kata Daniel sih, mereka bukan sekedar sahabat melainkan mereka adalah keluarga dan saudara. Mereka berbeda umur, berbeda agama, berbeda sifat tetapi mereka sangat kompak dan menjadikan perbedaan mereka itu menjadi keistimewaan dari geng Brotherhood" jelas Serli

"Loe tau semua?" Tanyaku mulai tertarik dengan pembahasan Serli.

"Iya, Daniel menceritakan semuanya sama gue. Loe liat laki-laki yang tadi memberi sambutan?" Tanya Serli membuatku mengangguk antusias karena sejak tadi dialah fokusku.

"Dia itu Pradhika Reynand Adinata, pewaris tunggal keluarga Adinata. Ayahnya adalah seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit paling terkenal di Jakarta" jelas Serli

"Tunggu,, maksud loe rumah sakit Adinata Medika Internasional atau biasa di sebut AMI Hospital?" Tanyaku kaget. Karena itu adalah salah satu rumah sakit yang sangat terkenal.

"Yup,, loe bener banget. Dia mengambil study kedokterannya di sini, di Universitas yang loe inginkan" ucap Serli membuatku semakin bahagia mendengarnya. Kalau aku bisa sampai dapat beasiswa di universitas itu, pasti aku akan sering bertemu dengannya. Apalagi kami satu fakultas,

"Gue gak nyangka dia calon dokter" ucapku tersenyum menatap sang dewa yunani itu.

"Loe mulai tertarik yah" goda Serli

"Ih apaan sih, enggak kok" kekehku karena ketahuan mengagumi dewa yunani itu.

"Dia leader dari geng Brotherhood, keren kan" ucap Serli menggodaku

"Maybe" aku menjulurkan lidahku membuat Serli terkekeh. Kenyataannya aku memang sudah menyukainya saat pertama kali melihatnya.

"Yang gue liat sih selama ini, dia orangnya welcome sama siapa saja, ramah, dan murah senyum. Kata Daniel sih diantara yang lain, kak Dhika lah yang paling jarang marah, pembawaannya selalu santai dan penyabar. Apapun selalu di pikirkan dengan kepala dingin" jelas Serli membuatku semakin jatuh cinta padanya, sungguh kak Dhika itu sosok lelaki idaman.

"Dan itu yang memakai jas abu, yang duduk disamping kak Dhika. Itu Daniel Cetta Orlando cowok gue, gak kalah ganteng kan sama kak Dhika" ucap Serli nyengir membuatku terkekeh

"Iya, lumayan lah" godaku

"Enak saja lumayan, orang ganteng gitu" cibir Serli membuatku terkekeh

"Baiklah, dia tampan. Puas nona Serli" ucapku membuat Serli mengangguk bangga.

"Dia anak dari seorang pengusaha batu bara di Kalimantan, dia asli orang sebrang. Tapi dia memilih kuliah di sini mengambil jurusan hukum semester 6 di universitas yang sama dengan kak Dhika." Jelas Serli

"Ciee,, calon pengacara" godaku membuat Serli merona. "lalu dia orangnya seperti apa?" Tanyaku jadi ikut penasaran.

"Dia itu sangat sangat romantis, baik hati, tidak sombong dan tampan" ujar Serli tersenyum menatap Daniel.

"Hahaha,, yang lagi kasmaran niyeee,,," godaku membuat Serli ikut tertawa.

"Dan itu yang memakai jas biru, yang bola matanya hijau kayak hulk. Dia itu Erlangga Prasaja anak dari seorang notaris ternama di Jakarta. Dia kuliah di universitas yang sama dengan kak Dhika di fakultas kedokteran," jelas Serli

"Tapi kayaknya wajah dia tidak asing deh" ucapku meneliti wajah Erlangga

"Loe kenal dia?" Tanya Serli dan aku hanya mengedikkan bahuku.

"Entahlah, tapi kayaknya kami pernah ketemu sebelumnya" ucapku

"Dia itu seorang playboy, hati-hati saja" bisik Serli,

"Lah apa hubungannya sama gue?" Tanyaku heran,

"Ya siapa tau loe naksir" kekeh Serli menyebalkan.

"Isshhh" aku mencibir. " oke lanjut lagi" ucapku

"Penasaran yah" kekeh Serli membuatku mengedikkan bahuku acuh.. "dia orangnya sangat cuek dan tertutup. Gue jarang banget disapa dia kalau ikut Daniel kumpul sama teman-temannya" jelas Serli " dan itu yang pake jas garis-garis itu namanya Arseno Basupati,"

"Iya gue tau, tadi gue sempet kenalan dengannya, dia cowoknya Irene, kan" ucapku

"Iya dia pacarnya Irenne, Seno itu anak dari seorang direktur utama salah satu perusahaan yang bergerak di bidang periklanan. Dia mengambil jurusan Teknik Informatika. Dia seorang kristiani, dia juga sangat jahil dan emosional. Jangan suka cari masalah dengannya deh. Tetapi kata Daniel, dia akan menurut dan mengalah kalau sama Irene" jelas Serli

"Itu Irenne Zahra Arundati, Dia seorang pewaris perusahaan Proferty terbesar di Semarang. Tapi sebulan yang lalu ayahnya baru saja meninggal" ujar Serli

"Innalillahi..." gumamku. " tapi dia terlihat ceria," mengingat sikap bersahabatnya Irene tadi saat mengobrol.

"Iya, Iren memang orangnya sangat periang dan ramah. Dia orangnya mudah berteman dengan siapapun dan cerewet tentunya" kekeh Serli,

"Sama aja kayak loe cerewet" ucapku membuat Serli mencibir lucu. "lanjut" tambahku.

"Dia masih seumuran sama kita, dia masih SMA dan dia juga seorang kristiani" ucap Serli membuatku mengangguk karena tadi sempat melihat kalung berbentuk salib di leher Irenne.

"Dan itu yang pake jas hitam dengan tampilan so cool. Namanya Oktavio Adelio Mahya, dia itu pewaris perusahaan perhotelan dan sepupunya Daniel.Brotherhood sering memanggilnya sang Aligator" ucap Serli

"Aligator?" tanyaku kaget

"Iya aligator, alias Buaya. Dia itu buaya yang udah ngalahin buaya darat di Negara ini. Pacarnya menumpuk di sana sini, udah kayak cucian baju" ucap Serli membuatku terkekeh. "Dia juga orangnya sangat menyebalkan, dan rada sengklek otaknya, tetapi mungkin bisa di bilang baik sih" jelas Serli,

"Sama calon sepupu sendiri nggak boleh mengejek" godaku

"Dia sangat menyebalkan, Lita." Ucap Serli. "Dia juga masih seumuran dengan kita," ucap Serli dan aku kembali mengangguk paham. "dan itu yang duduk di samping kak Dewi, yang mukanya sangat judes. Namanya Elzabeth Corinna Emery dari namanya juga loe pasti tau kalau dia juga seorang kristiani. Dia anak dari seorang model ternama Jennifer Emery, loe tau kan" ucap Serli dan aku mengangguk karena model itu cukup terkenal di masanya. "dia satu jurusan dan satu kampus dengan kak Dewi, dia orangnya sangat judes, sombong dan dingin. Jarang banget senyum" jelas Serli. "loe lihat saja mukanya serem gitu" ucapnya seraya bergidik, aku terkekeh mendengar ucapan Serli yang selalu ceplas ceplos. Tetapi aku membenarkannya karena tadi saat berkenalanpun dia begitu dingin.

"Itulah mereka Brotherhood. Dhika, Daniel, Erlangga, Arseno, Elza,Dewi, Irene dan Okta alias gator" jelas Serli

"Tapi gue heran deh, mereka beda daerah, beda jurusan juga tapi kok bisa bersahabat?" Tanyaku semakin penasaran.

"Karena dulu saat kecil, mereka bertetangga dan menjadi sahabat saat itu juga" ucap Serli dan aku kembali mengangguk paham

"Ser, kenapa cuma duduk di sini?" Tanya seseorang yang aku tahu dia adalah Daniel kekasih Serli.

"Ah iya Niel, aku lagi nemenin sahabat aku di sini" ucap Serli,

"Oh iya, kenalin aku Daniel" ucap Daniel menyodorkan tangannya ke arahku diiringi senyuman manisnya.

"Aku Thalita, panggil saja Lita" ucapku menyambut uluran tangan Daniel.

"Ayo ikut gabung dengan yang lain" ajak Daniel.

"Aku di sini saja, loe saja yang kesana, Ser" ucapku merasa tak nyaman.

"Lah terus loe gimana?" Tanya Serli,

"Ini acaranya udah kelar, gue akan balik" ucapku

"Belum selesai, sekarang akan makan malam bersama dulu. Ayo ikut gabung, Tha" ucap Daniel ramah, aku menatap Serli yang menganggukkan kepalanya dan akupun akhirnya menurut.

Aku berjalan mengikuti Serli dan Daniel, menuju ke arah teman-teman Daniel. "wah gadis metromini datang" celetuk Oktavio saat melihat kedatangan kami.

"Apa loe buaya sarap" jawab Serli,

"Serli datang, mulai deh adu mulut antara Gator dan metromini" kekeh Iren dan semuanya hanya menggelengkan kepala mereka. Aku hanya bisa mencuri pandang pada jelmaan dewa yunani yang duduk santai di antara mereka.

"Eh Lita,, maaf tadi kakak ninggalin kamu" ucap kak Dewi yang baru menyadari keberadaanku, membuat semuanya kini menatap ke arahku.

"Siapa dia, Wie?" Tanya Oktavio penasaran saat melihatku,

"Dia keponakannya tante Ratih pemilik toko kue langganan gue" jelas kak Dewi

"Eh kamu Thalita kan?" Tanya Erlangga membuatku mengangguk lirih.

"Ah iya, kakak kenal aku?" Tanyaku mencoba mengingat lagi wajah lelaki tampan di hadapanku ini.

"Astaga Lita, kamu lupa sama aku? Kita suka bertemu di workshop saat ada bazaar novel" ucap Erlangga membuatku tertegun. Yah, aku baru mengingatnya sekarang.

"Astaga, maaf kak Angga. Aku lupa" kekehku

"Maklum kak, Lita ini punya penyakit pelupa" kekeh Serli

"Kamu kenal sama Lita juga, Ser?" Tanya kak Dewi,

"Iya kak, Lita ini sahabat aku. Aku gak nyangka dia juga ada di sini" ujar Serli antusias

"Dunia memang sempit yah, sesempit jidatnya si gator" kekeh Seno membuat semua terkekeh,

"Dari pada loe, jidatnya lebar kayak lapangan sepak bola," ucao Okta membuat yang lain terkekeh.

"Eh kenalin dulu, aku Oktavio. Laki-laki tertampan dan terunyu di sini," ucap Okta mengulurkan tangannya kepadaku dengan bangga.

"Terunyu badannya,"sindir Serli membuat yang lain terkekeh.

"Heh, berisik loe cewek metromini" timpal Okta

"Thalita,"

"Kita sudah kenalan tadi yah,," ucap Irenne tersenyum membuatku mengangguk,

"Oh iya, aku Pradhika. Panggil saja Dhika," ucapnya mengulurkan tangannya ke hadapanku. Ya tuhan,, aku meleleh karena senyumannya itu. Aku mohon, jangan menatapku dengan senyuman manis seperti itu. Aku di buat gugup seketika.

"Lita," Aku tersadar saat Serli menyenggol lenganku dan aku segera menyambut uluran tangan jelmaan dewa yunani itu yang terasa hangat.

Jantungku berpacu semakin cepat saat kulit kami bersentuhan. Aku segera menarik kembali tanganku karena merasa ada sengatan aneh ke jantungku.

***


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C8
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous