Télécharger l’application
78.37% My Teacher My Husband / Chapter 145: Ch. 145

Chapitre 145: Ch. 145

Jesper benar-benar menggila. Memaju laju mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata dan tangan yang mencengkram kuat stir mobilnya.

Mengabaikan dering ponselnya yang sedari tadi tidak mau berhenti berbunyi di jok sebelahnya.

Lucas.

Sehun.

Xukun.

Jinyoung.

Untuk saat ini Jesper benar-benar tidak bisa di ajak bicara, darahnya sedang mendidih dan berada pada suhu diatas maksimal.

Jesper tau jika Jinyoung dan Haowen itu bukan adik kandungnya, tapi tetap saja jika ada yang membahas adiknya di depan umum seperti tadi bisa membuatnya meledak-meledak.

Terlebih Jinyoung, pria itu masih labil. Sangat labil malah.

"Aarrrght!" Berteriak kesal, Jesper semakin menekan pedal gasnya. Persetan dengan lalu lintas yang tidak bisa di katakan lengang. Lebih baik dia seperti ini dari pada harus mengamuk di rumah nanti.

"Oh shit!" Umpat Jesper untuk yang kesekian kalinya.

**

Xukun rasa dia benar-benar menjadi seorang pembalap hari ini. Jauh di depan sana ada Jesper, di susul Lucas, dan terakhir mobil miliknya sendiri.

"Baiklah pemirsa, ini dia. Di barisan depan ada Oh Jesper dengan mobilnya yang melaju cepat melewati lintasan. Di susul dengan warga Wakanda Wong Lucas yang sedang berusaha menyelip mobil-mobil yang menghalangi jalannya dan ini dia, di posisi terakhir ada Cai Xukun yang masih berusaha mengejar ketertinggalannya da-"

Ckiit.

"Oh Shit!" Umpat Xukun mengutuk pada semua benda yang berada di depannya saat ini.

"Oh mobil Cai Xukun baru saja menginjak rem secara mendadak di karenakan lampu lalu lintas sialan yang baru saja berubah menjadi merah. Bagaimana kelanjutan? Apakah pembalap Cai Xukun bisa menyelip dua lawannya dan memenangkan balapan kali ini? Mari kita saksikan bersama-sama."

Nah ini dia, sisi idiot Xukun yang jarang orang lain ketahui. Berceloteh panjang lebar seraya fokus menatap jalanan dan mengutuk dalam hati bagaimana bisa Jesper dengan lancar melaju kencang di depan sana? Pakai ilmu apa si idiot yang datar selalu itu?

"Tidak lucu jika aku mati muda bahkan aku belum menikah Ya Tuhan." Rengek Xukun dalam hati. Berlainan dengan kelakuannya saat ini sebenarnya. Merengek takut, tapi malah semakin menambah laju mobilnya.

"Oh Jesper, seperti ini perjuanganku! Awas jika kau masih berani selingkuh!" Sungut Xukun tanpa sadar. Jika panik seperti ini memang biasanya otak Xukun berhenti berjalan.

"Kenapa punya teman otaknya singkat semua Ya Tuhan?!" Erang Xukun sedih. Miris sekali hidupnya.

**

"Manusia kekurangan ekspresi kenapa bisa secepat itu? Ingin mati? Setidaknya jangan membawa-bawa aku." Ini Lucas. Jika tidak mendumal hidupnya tidak tenang, sudah mobilnya ketinggalan jauh, dan apa ini? Xukun juga jauh di belakang sana.

"Berilah kekuatan pada mobil Xukun Ya Tuhan. Aamiin." Doa Lucas. Jika menunggu Xukun, dia semakin tertinggal jauh dari Jesper. Jika mengejar Jesper, Xukun semakin tertinggal jauh di belakang sana.

"Pusing Pangeran Lucas ini." Gumam Lucas. Menginjak pedal gasnya makin dalam dan berdoa kembali semoga Xukun dan mobilnya di beri ketabahan serta kekuatan ekstra.

"Ayo Beruk! Kejar Pangeran Kingkong penerus tahta Wakanda!!" Teriak Lucas dari dalam mobilnya. Masa bodoh dengan suaranya yang mungkin saja merambat hingga keluar melalui kaca jendela yang sedikit terbuka.

"AAASSAAAAAAA!"

**

"Lucas sialan! Sudah tau Xukun belum terlalu mahir dalam dunia perbalapan." Omel Jesper. Ada apa dengan dua manusia jadi-jadian itu? Ingin mengikuti jejaknya? Jangan! Mereka tidak akan kuat, cukup Jesper saja.

"Aku masih belum selesai dengan si Anjing itu!" Desis Jesper. Ini kali pertamanya menyebut hewan-hewan manis setelah sekian lama tinggal bersama Sehun.

Bbrrrmmm.

Persetan!

Jesper hanya ingin sendiri dulu dan dia juga tidak ingin terlalu membawa teman-temannya dalam masalahnya kali ini. Ya meski masih bisa di katakan jika dua manusia itu sudah ikut campur sebenarnya.

Rahang Jesper mengeras sempurna. Cengkraman pada stir mobil sudah semakin menguat dan pikirannya semakin kalut. Itu semua karena si sialan Irene.

"Mati saja kau brengsek!" Amuk Jesper menggeram rendah. Tidak ada yang boleh merendahkan adiknya dan wanita itu baru saja melalukannya.

Jesper bukan marah pada Sehun atau kedua temannya, Jesper hanya marah pada dirinya sendiri. Karena apa? Kenapa setelah tidak melepaskan cekikan Irene tadi ia tidak langsung saja menjabak rambutnya dan menariknya keluar dari perusahaan. Atau minimal ia bisa mengajak Sehun untuk ikut mencekik si sialan itu.

"Lain kali aku benar-benar akan membunuhnya!" Lirih Jesper dengan rahang yang semakin mengatup rapat.

Jika sudah seperti ini yang bisa Jesper lakukan hanya meluapkan semuanya, jika tidak ia bisa saja mengamuk di rumah dan menyakiti adik-adiknya nanti. Jesper masih terlalu menyayangi dua bocah itu.

"Mungkin akan lebih baik pulang besok atau besoknya lagi."

**

"Mana? Kemana si kulkas berjalan?" Tanya Xukun setelah ia melihat mobil Lucas yang terparkir begitu saja di tepi jalan.

"Aku tidak tau. Kita kehilangan jejak." Ujar Lucas seraya bersandar pada kap mobilnya.

Xukun mendesah lelah, padahal mereka sudah berusaha mengejar Jesper secepat yang mereka bisa, tapi kenapa masih ketinggalan jauh seperti ini?

"Lebih baik kita kabari Oh Sehun. Mana tau orang-orangnya sudah berhasil menemukan Jesper." Ujar Lucas. Merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya dari sana.

Setidaknya mereka berdua sudah berusaha untuk mengejar Jesper. Hanya Jespernya saja yang sok jual mahal dengan tidak mau di kejar.

"Ya?"

"Oh uncle, kami minta maaf. Kami tidak bisa mengejar Jesper."

"Oke tak masalah, mungkin dia masih butuh waktu."

"Kami benar-benar minta maaf."

"Tak masalah, kalian lebih baik pulang. Istirahat. Dan jangan lupa untuk makan."

"Baik, terima kasih uncle."

"Sama-sama."

Tut... tut... tut...

Mengendikan bahunya dan mengisyaratkan Xukun untuk kembali masuk kedalam mobil. "Kita pulang. Jesper butuh waktu sendiri sepertinya."

Xukun mengangguk dan membuka pintu mobilnya, "aku menginap di tempatmu Cas."

"Cas Cas pantatmu petak." Sungut Lucas. Kesal dia itu. Sudah jelas namanya bagus, benar-benar bagus, Wong Lucas, Wong Yukhei, dan apa itu tadi? Cas?

Menjijikan!

"Santai saja, panggilan kesayangan dari Jesper juga seperti itu bukan?" Goda Xukun. Mereka bertiga itu benar-benar dekat dan sudah bukan masalah lagi untuk nama panggilan kesayangan. Sudah maklum itu.

"Enyah kau Cap Cai!"

"Si brengsek..."

**

The member of Zoo.

Lucas Kingkong pt.1 : jangan lupa makan Jesjes.

Xukun Beruk : Jesjes pantatmu petak?!

Lucas Kingkong pt.1 : berisik kau Cap Cai Thailand!

Xukun Beruk : diam kau manusia di laknat Bumi!

Xukun Beruk : Jangan lupa makan dan istirahat sayangnya Xukun.

Lucas Kingkong pt.1 : sayangnya Xukun apa maksudmu?! Kau ingin perang?!

Lucas Kingkong pt.1 : beraninya kau Merebut Jesper dariku?!

Lucas Kingkong pt.1 : dasar biadab!

Xukun Beruk : berisik kau!

Xukun Beruk : kembali ke Wakanda sana!

Lucas has changed the name of grup 'The member of Zoo' to be 'Tikungan tajam.'

Xukun Beruk : remaja labil!

Xukun Beruk : mati saja kau sana!

Lucas Kingkong pt.1 : yakin tidak akan merindukan aku?

Xukun Beruk : HARAM besar aku merindukanmu. Cuih!

Lucas Kingkong pt.1 : eeyyy, tidak usah malu-malu Anjing begitu.

Xukun Beruk : berisik!

Jesper tersenyum kecil menatap layar ponselnya, resiko orang tampan ya seperti ini. Di perebutkan.

"Apa itu tadi? Kesayangan Xukun?" Ulang Jesper dengan kekehan gelinya. Aneh saja, biasanya juga manusia itu yang paling menolak. Bahkan belum selesai Jesper berucap pria paling pendek itu sudah berteriak nyaring duluan di sebelah telinganya.

"Dasar manusia, suka malu-malu Babi begitu." Gumam Jesper tanpa sadar. Efek samping dari berteman dengan Xukun dan Lucas ya seperti ini. Suka kehilangan jati diri Jesper itu.

Tok... tok... tok...

Jesper menoleh singkat. Menatap kaca mobilnya yang memang kebetulan gelap. "Dia pikir ini mobil nenek moyangnya apa?" Sungut Jesper.

"Keluar kau!"

Nah, like Jesper ini. Padahal Jesper tidak berniat main tangan, tapi jika sudah ada yang memancing ya apa boleh buat? Layani saja. Emosinya juga belum hilang.

"YAA! Kau tidak punya telinga?!"

Ceklek.

Blam.

"Ada masalah brengsek?" Tanya Jesper tanpa basa-basi. Bukan hal baru jika ia harus di keroyok preman berbadan besar macam manusia-manusia di depannya ini.

Sebelum tinggal dengan Sehun, Jesper memang sudah menjadi anak jalanan juga bukan? Bukan masalah besar ini.

"Kau punya nyali juga ya? Cadangan nyawa banyak?" Pria dengan badan besar di depannya ini mulai tertawa remeh.

"Memuakan! Ada masalah apa sialan?!" Ujar Jesper. Hidupnya sudah terbiasa keras jadi tidak apa.

"Brengsek."

Bugh.

Jesper sudah terlambat menghindar, satu pukulan telak melayang mulus di pipi kanannya. Jesper rasa sudut bibirnya sudah berdarah dan itu tandanya mereka memang benar-benar mencari perang.

Bugh.

"Brengsek enyah kau sialan!"

Tak ada lagi yang bisa di lakukan kecuali menyelesaikan masalah ini. Dan juga Jesper sudah kembali tersulut. Kepalang tanggung ya tuntaskan saja dengan masalahnya yang tadi sore.

Toh mereka sendiri yang mengumpankan diri pada Jesper jadi terima saja imbalannya.

"Enyah kalian sampah!"

Bugh.

**

Jinyoung mendesah malas. Matanya benar-benar berat, tapi rasa hausnya lebih berat lagi. Mengerang malas, Jinyoung menghentakan badannya untuk bangun lalu kembali mengerang. Lagi.

"Hyung, Jethper hyung sudah pulang?" Tanya Haowen. Si bungsu tiba-tiba saja merengek untuk tidur dengannya entah karena apa.

"Tidak tau. Hyung mau ke dapur. Ikut?" Tawar Jinyoung. Sekalian saja karena si kecil sudah bangun di ajak sekalian.

"Ikut." Merentangkan tangannya kedepan meminta agar Jinyoung mengangkatnya. Terlalu malas berjalan karena Haowen ikui ia masih terlalu mengantuk.

"Okee, mari kita turun."

"Okee."

Menyandarkan kepalanya pada bahu Jinyoung dengan tangan yang mengalung erat di leher sang kakak.

"Masih sangat mengantuk?" Tanya Jinyoung seraya mengusap-ngusap punggung Haowen.

"Hmm." Bukan hanya mata, tapi mulutnya juga terlalu berat untuk berbicara. "Kemana Jeth-"

Ceklek.

"HYUUUUNG!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DAP.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C145
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous