"Selamat datang, Felica Gremory Roulette," sapa lelaki tampan yang sedang duduk di tengah sofa.
"Selamat datang, Felica Gremory Roulette," sapa lelaki tampan yang sedang duduk di tengah sofa
"Perkenalkan aku adalah Elliot, teman AG." Felica tersenyum mendapati keramahan pria yang mungkin seusia Alucard.
"Felica Gremory," jawab Felica sambil tersenyum kaku.
"Aku tidak tahu jika keponakanku mengenal dirimu, Nona Felica," lanjut pria bernama Elliot itu sambil mempersilakan Felica duduk di hadapannya.
Lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum kaku, Jimmy mulai berinisiatif membuka pembicaraan lain hingga Felica tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Waktu semakin berputar dan Felica mulai merasa resah, pria bernama Elliot itu tersenyum lalu menawarkan untuk mengantar gadis itu pulang.
"Bagaimana jika aku mengantarmu pulang? Karena ini sudah cukup malam dan pastinya AG akan memarahimu jika pulang sendiri." Elliot menawarkan sambil bangkit berdiri.
"Apa tidak masalah, Tuan?" Suara lembut Felica mulai mengusik pendengaran Elliot.
"Tidak, lagi pula aku ingin bertemu dengan AG," jawab Elliot sambil tersenyum lembut.
Begitu lembut hingga Felica tidak menyadari apa yang akan dilakukan pria itu nantinya. Felica mengangguk sedangkan Jimmy pamit untuk pergi karena ada urusan lain dan meninggalkan Felica bersama Elliot yang kini menuju mobil hitam milik pria yang lumayan tampan itu.
"Felica." Elliot memanggil dengan nada lembut membuat Felica menoleh.
Seketika Elliot membekap hidung dan mulut gadis bersurai merah itu dengan sapu tangan yang sudah ia baluri obat tidur terlebih dahulu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat Felica tidak sadarkan diri, sedangkan Elliot langsung saja menggendong tubuh Felica dan masuk ke dalam mobil miliknya.
"Kita kembali, hapus semua jejak yang tertinggal," ujar Elliot pada mafioso yang sudah datang mengikutinya.
Para mafioso itu mengangguk mengerti dan langsung mengerjakan tugas mereka. Elliot membawa Felica ke markas yang ia huni selama ini, tanpa Diego tentunya. Ketua mafia Salvador itu tidak mungkin hanya tinggal diam saat melihat mangsanya sudah di depan mata. Karena itu Elliot akan menanganinya.
Selama perjalanan Elliot menatap wajah Felica, ia sudah mengenal ribuan wanita cantik, tetapi tidak seperti gadis di pangkuannya. Entah mengapa gadis di pangkuannya itu memiliki aura yang berbeda daripada wanita kebanyakan. Senyum tersungging di bibir Elliot, tanpa sadar tangan kanannya mulai menyentuh wajah Felica dengan lembut.
"Pantas saja mereka melindungimu apa pun caranya," celetuk Elliot.
Sesampainya mereka di sebuah mansion yang sangat besar, Elliot menggendong tubuh Felica tanpa ingin ada yang menyentuhnya. Tubuh ringan Felica tidak membuat Elliot heran, tubuh gadis itu bukan tubuh gadis biasa. Tubuh Felica sudah terlatih dengan beberapa otot yang pas di tempatnya tanpa terlihat dengan jelas.
"Kau menyembunyikannya dan menjadi gadis yang tanpa tahu apa pun?" gumam Elliot yang tanpa sadar kagum dengan putri dari musuh bebuyutannya itu.
Sesampainya di sebuah kamar, Elliot membaringkan Felica di atas kingsize miliknya. Tentu saja ia membawa gadis itu ke kamarnya. Akan berbahaya jika gadis itu berada di kamar lain dan tewas tanpa sepengetahuannya.
Pria itu membuka jas hitam miliknya hingga yang tersisa hanyalah kemeja hitam yang membalut tubuhnya. Lengan kemeja itu ia gulung hingga siku dan ia kembali menyalakan cerutu yang sempat ia matikan sebelumnya. Mengamati wajah Felica yang tertidur entah mengapa membuatnya begitu tenang. Hingga tanpa sadar fajar mulai menyingsing, Elliot yang belum istirahat selama 3 hari itu mulai merasa mengantuk.
Saat matahari mulai merangkak naik dan sinarnya mulai memasuki celah jendela kamar, gadis bersurai merah itu terbangun. Kepalanya yang terasa pening itu mulai membuatnya semakin sadar, jika ia sedang tidak baik-baik saja. Felica memejamkan kedua matanya kembali, lalu mulai mengatur napasnya perlahan hingga rasa pening itu mulai menghilang.
Kedua iris matanya kembali mengerjap menatap langit-langit yang tentu saja berbeda dari kamar miliknya. Felica mulai mengedarkan pandangannya hingga menemukan pria yang mengaku sebagai teman Alucard itu sedang tertidur di sofa beludru hitam dengan keadaan duduk.
Gadis itu kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi yang ia ingat hanyalah jika ia disekap oleh seseorang yang sedang tertidur di sofa. Felica memijit pangkal hidungnya perlahan sambil bangkit dari atas ranjang.
"Paman Elliot," panggil Felica sambil duduk di pinggir ranjang menatap pria yang lumayan tampan itu yang mulai membuka kedua matanya.
"Bulu matamu indah." Entah apa yang dikatakan Felica membuat Elliot mengerutkan keningnya.
"Shit!" Elliot mengumpat saat ia baru saja tersadar apa yang sedang terjadi.
Felica tertawa kecil melihat Elliot yang mulai salah tingkah dan menutup wajah tampannya. Entah apa yang salah dengan perkataannya akan tetapi, ia benar-benar jujur dengan bulu mata Elliot yang begitu indah.
"Kau menggodaku, Gadis kecil?" tanya Elliot yang langsung bangkit dari duduknya.
"Mengapa kau menculikku?" Pertanyaan Felica membuat Elliot tersenyum miring, ternyata gadis bersurai merah itu tidak sebodoh yang ia pikirkan.
"Balas dendam ... mungkin," jawab Elliot yang mulai mendekati Felica yang masih terlihat tenang di tempatnya.
"Baiklah, sekarang apa yang ingin Paman lakukan?" tanya Felica yang terlihat masih santai dengan situasi yang seharusnya membuatnya ketakutan.
Elliot tersenyum kala Felica tidak takut dengan tatapan membunuhnya, bahkan gadis itu terlihat biasa saja saat Elliot sudah di hadapannya. Elliot sedikit menunduk lalu berbisik di depan wajah Felica.
"Apa kau lapar?"
"Apa Paman ingin membuatkanku sarapan?"
"Aku bisa membuatkanmu sarapan asal kau memangilku dengan namaku."
"Baiklah, Tuan Elliot, apa Anda bersedia membuatkanku sarapan?"
Elliot menegakkan tubuhnya, entah mengapa ia merasa aneh dengan gadis di depannya. Gadis itu benar-benar tidak takut padanya. Bahkan, ia bisa senyum lebar seperti sudah mengenal dirinya sejak lama.
"Kau tidak takut padaku?" Pertanyaan Elliot hanya mendapatkan gelengan pelan dari gadis bersurai merah itu.
"Kau tidak berencana menyakitiku saat ini, bukan?" Elliot menggeleng pelan tanpa sadar.
"Kalau begitu kapan kau akan membuatkan kusarapan? Aku sudah lapar," tanya Felica sambil tertawa kecil.
"Apa kau ingin aku membantumu memasak?" Felica bangkit lalu menggandeng tangan Elliot menuju pintu.
"Tidak, tetap di sini aku akan memasakkan sesuatu untukmu," jawab Elliot sambil melepaskan rangkulan Felica.
Elliot langsung saja meninggalkan Felica dengan mengunci pintu dari luar, Felica yang mengetahui jika saat ini ia tidak akan bisa mudah kabur memilih untuk pasrah meski hatinya sudah berdebar-debar. Gadis itu mengalihkan pandangannya melihat seisi ruangan yang cukup dikatakan megah. Gadis itu memilih untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, langkah kaki menuntunnya ke sebuah walk in closet yang begitu banyak pakaian pria.
"Tidak ada pakaian wanita?" gumam Felica saat melihat-lihat isi ruangan itu.
"Padahal Elliot cukup tampan, seharusnya ia bisa membawa wanita seperti Xavier ke dalam kamarnya," lanjutnya sambil mengambil kemeja yang cukup besar dari ukuran tubuhya.
"Tidak ada pilihan lain." Gadis itu membawa kemeja itu keluar dan memasuki sebuah pintu yang ia sudah pastikan jika ruangan itu adalah kamar mandi.
Sedangkan Elliot tanpa sadar memasak sesuatu di dapur, ia bahkan tidak menghiraukan koki yang selama ini selalu memasakkan makanan untuknya.
"Tuan, apa kami bisa membantu Anda?" tanya sang koki dengan raut wajah khawatir, pasalnya pria tampan itu tidak pernah menginjakkan kedua kakinya ke dalam dapur.
"Diam, aku sedang memasak!" jawab Elliot kesal.
Pria itu kembali fokus ke hadapannya tanpa sadar para mafioso sudah memperhatikannya dengan aneh. Seorang Elliot memasuki area dapur, jika tidak ada pembunuhan di dalam sana sudah pasti atasan mereka sedang terbentur di bagian kepala.
Tidak menunggu lama dua porsi pancake dan roti sandwich tersaji di atas nampan beserta dua gelas air mineral. Elliot membawa makanan itu naik ke atas dan segera menuju kamarnya, para mafioso hanya bisa menatap takjub pada bos mereka yang terlihat aneh dengan memasak dan membawa makanan ke dalam kamarnya.
Daun pintu terbuka dan Elliot sudah mendapati Felica yang sedang menyisir surai merah indahnya dengan tangan. Melihat pakaian yang dikenakan Felica, ia yakin gadis itu sudah membuka walk in closet miliknya.
"Kau menemukan sesuatu di walk in closet milikku?" tanya Elliot dengan tatapan tajam, pasalnya ia meletakkan semua senjata api miliknya di dalam sana.
"Kemeja, jas hitam, dan celana bahan yang seperti kau pakai," jawab Felica sambil terlihat sedang berpikir.
"Kau yakin?" tanya Elliot dan wajah Felica dengan cepat memerah.
"A-aku tidak sengaja melihatnya. Sungguh, aku tidak sengaja melihatnya saat mencari pakaian wanita," jawab Felica sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.
Elliot tidak semudah itu percaya, ia meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja lalu mulai memeriksa tubuh Felica. Ia takut jika wanita itu menemukan beberapa pisau dan senjata api lalu mencoba melarikan diri.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Felica saat Elliot selesai memeriksa tubuhnya.
"Aku tidak ingin kau menemukannya dan mencoba kabur sambil membawanya," jawab Elliot sambil berbalik untuk mengambil makanan miliknya.
"Astaga, Elliot. Aku tidak semesum itu!" jawab Felica sambil melipat kedua tangannya ke depan dada.
"Apa maksudmu?" tanya Elliot tidak mengerti.
"Aku tidak mungkin membawa dalaman milikmu sambil mencoba melarikan diri!" jawaban Felica membuat Elliot membelalakan kedua matanya.
"Jadi yang kau maksud dengan tidak sengaja melihatnya itu ...."
"Dalamanmu, sudah jangan membahasnya. Aku tidak semesum itu membawanya sambil melarikan diri," jawab Felica sambil mengambil sepiring pancake dan sandwich di atas nampan.
"Astaga," gumam Elliot sambil tertawa kecil.
"Gadis ini benar-benar unik."
***