Télécharger l’application
55.55% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 15: - 14 -

Chapitre 15: - 14 -

Felica yang kini tengah bersandar di bawah pohon menatap langit biru di atasnya, mendesah kasar saat para bodyguardnya itu tidak berada di sekitarnya. Tidak ada hiburan menarik untuknya jika tidak ada ketiga lelaki tampan itu.

"Hei, kaukah yang bernama Felica Gremory?" tanya seseorang entah dari mana datangnya membuat gadis itu menoleh.

"Ya, dan kau?" jawab Felica sambil menatap anak lelaki tampan yang berada tak jauh darinya.

"Namaku Jimmy Alexon," jawab anak lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

Felica terperangah menatap anak lelaki itu, ketampanannya memang tidak melebihi ketiga bodyguardnya. Akan tetapi, entah mengapa hatinya menjadi berdetak lebih kencang daripada biasanya. Lelaki itu tersenyum saat Felica tidak membalas uluran tangannya, bahkan gadis itu hanya menatap terkejut ke arahnya.

"Maaf, aku hanya ingin berteman denganmu, jika itu tidak mengganggumu," ujar Jimmy sambil kembali menarik tangannya.

"Ahh, maafkan aku. Aku tidak bisa menjelaskannya padamu, tetapi terima kasih jika kau ingin berteman denganku," jawab Felica dengan senyum manis di wajahnya.

"Benarkah kau tidak keberatan?" tanya anak lelaki itu.

"Tentu saja tidak," jawab Felica membuat anak lelaki itu merona.

"Kau ... cantik," gumam Jimmy membuat Felica tersenyum kecil.

"Aku sering mendengarnya," jawab Felica sembari menoleh ke arah lain.

Dilihatnya gadis bersurai pirang tengah membawa makanan di tangannya dan menghampiri Felica dan Jimmy.

"Jimmy, apa kau sedang menggoda Felica?" tanya Alice sinis.

"Tentu saja tidak, aku hanya ingin berteman dengannya," jawab Jimmy saat menoleh dan mendapatkan Alice di sebelahnya.

"Felica, berhati-hatilah dengannya, ia suka sekali mempermainkan hati para gadis," cibir Alice sambil memberikan sebuah roti pesanan Felica.

"Hei, aku tidak seperti itu, ayolah." Felica hanya tersenyum sambil memandang wajah Jimmy.

Mereka kembali bercakap-cakap layaknya teman lama, hingga akhirnya bel masuk berbunyi dan mereka meninggalkan taman dan kembali masuk ke dalam kelas masing-masing. Jimmy yang diketahui berada di kelas 3 - A3 itu, mengantarkan kedua gadis itu terlebih dahulu ke kelas mereka yang berada di kelas khusus yaitu 3-S.

"Felica, apa kau ada waktu setelah pulang sekolah?" tanya Jimmy setelah mereka sampai di depan kelas.

"Maaf, tapi Lica tidak memiliki waktu untuk pergi bersama siapa pun," sahut Xavier yang tiba-tiba sudah berada di belakang Jimmy.

"Xavier, aku tidak melihatmu sedari tadi." Felica mengerucutkan bibirnya membuat Xavier ingin sekali menciumnya.

"Maaf, aku harus membersihkan beberapa tikus nakal," jawab lelaki bersurai putih itu sambil mengusap kepala Felica.

"Lalu di mana Nero dan Vicente?" tanya Felica sambil mencari-cari keberadaan dua bodyguardnya yang lain.

"Tenang saja, kedua orang bodoh itu sedang mengawasi kita dari radius 200 meter dari sini," jawab Xavier sambil tersenyum manis ke arah Felica.

"Baiklah." Felica lalu menatap Jimmy yang masih terdiam menatap tidak mengerti. "Ohh Jimmy, ia adalah Xavier yang akan menjagaku selama di sekolah. Maaf, sepertinya aku tidak boleh pergi kemana pun," lanjut Felica dengan tatapan menyesal.

"Tidak masalah, kalau begitu sampai jumpa besok," jawab Jimmy sambil berlalu meninggalkan mereka bertiga.

"Masuklah, aku akan berjaga di luar," ujar Xavier, gadis bersurai merah itu hanya mengangguk patuh.

Setelah mereka berdua duduk di kursi mereka masing-masing, Alice mendekat lalu berbisik.

"Mengapa kau patuh sekali padanya? Bukankah mereka hanya bodyguardmu?"

"Mereka bertiga adalah keluargaku, dan lagi pula aku harus mematuhi kata-kata mereka jika aku sedang di luar rumah," jawab Felica sambil membuka buku catatan miliknya.

"Jika kau tidak mematuhinya?"

"Aku akan dikurung di mansion dan tidak diperbolehkan bersekolah lagi," jawab Felica tanpa menoleh. "Lagi pula mereka tidak ingin aku terluka."

"Dan jika kau terluka?" tanya Alice lagi.

"Mereka akan langsung menembak orang itu di tempat, kau tidak akan percaya. Kau hanya melihat mereka dari satu sisi, tampan nan rupawan, berwajah bak malaikat, tapi di sisi lain mereka adalah iblis," jawab Felica yang sebenarnya pun ia tidak mengerti dengan ucapannya.

"Menembak? Itu tindakan kriminal, kau tahu?" desis Alice menatap tidak percaya pada Felica.

"Ya, bahkan Xavier pernah menembak seorang wanita cantik di depanku," jawab Felica dengan santainya.

"Astaga!" pekik Alice membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.

"Nona Alice, ada apa kau terpekik seperti itu?" tanya sang guru yang ternyata sudah berada di dalam kelas.

"Maaf, Miss. Aku hanya mendengar kabar buruk dari keluargaku," jawab Alice gugup.

"Apakah ada masalah?"

"Hanya masalah kesehatan kakekku yang menurun."

"Apa kau ingin izin untuk pergi?" tanya sang guru dengan nada khawatir.

"Sepertinya tidak, Miss," jawab Alice dan guru wanita itu pun mengangguk mengerti.

Alice kembali duduk di kursinya dan Felica hanya tertawa kecil, membuat Alice memutar bola matanya jengkel. Gadis itu kembali mendekat ke arah Felica dan mencoba mendengarkan kembali cerita yang sangat mengejutkan untuknya.

"Lalu, ada apa lagi?" tanya Alice membuat Felica kebingungan tidak mengerti pertanyaan temannya itu.

"Bicarakan yang lain, aku ingin bertanya padamu satu hal," jawab Felica dan Alice hanya mengerutkan keningnya.

"Apa?" bisik Alice.

"Kau tahu apa yang terjadi padaku? Saat aku melihat Jimmy rasanya begitu nyaman dan tidak ingin melepaskan pandanganku darinya." Kini Alice mencoba mati-matian menahan tawanya.

"Sebenarnya selama ini kau tinggal di dunia belahan mana?" tanya Alice gemas.

"Tentu saja di LA, memangnya di mana lagi?" jawab Felica sedikit kesal.

"Itu tandanya kau menyukai Jimmy," jawab Alice sambil terkekeh.

"Menyukai? Jadi begitu?" gumam Felica tanpa sadar.

"Sebenarnya kau itu polos atau bodoh? Sepertinya polos dan bodoh hanya berbeda tipis," gumam Alice yang hanya mendapatkan tatapan malas dari Felica.

***

Keesokan harinya...

Hari yang terlihat damai di mata gadis bersurai merah yang kini sedang asik duduk di taman buatan dalam gedung sekolah bersama temannya, Alice. Tawa dan canda menghiasi taman sekolah itu dengan beberapa murid yang terlihat lalu lalang tanpa merasa terbebani.

Tetapi di sisi lain,

Dor

Dor

Dor

"Ini akan semakin sulit melindungi Lica," ujar Xavier setelah membunuh penembak jitu yang akan menembak Felica.

"Kita harus memanggilnya untuk menjaga Felica," saran Nero sambil menggigit cerutu di mulutnya.

"Apa tidak apa-apa? Dia harus berjaga di markas, bukan?" tanya Vicente yang kini memainkan pistol di tangannya.

"Kita akan membicarakannya dengan Papa, saat ini Felica tidak mengetahui bahaya yang mengancamnya. Jadi, kita harus benar-benar menjaganya."

Doorr

Xavier kembali menembak tepat di kepala musuhnya yang ingin menembak Felica yang kini berada di dalam gedung sekolah. Suara tembakan di luar tidak akan terdengar sampai dalam sekolah itu karena Nero telah menciptakan sebuah alat yang dapat meredam sementara suara kegaduhan di luar, alat itu akan menutupi bagian gedung dengan kubah gelombang mikro yang telah direkayasa sedemikian rupa.

Hal itu dibuatnya karena Nero menyadari jika dia tidak membuatnya maka semakin lama terjadi peperangan di tempat itu maka Felica dan seluruh orang di dalam gedung akan mengetahui peristiwa yang sebenarnya terjadi di luar.

"Musuh semakin banyak, kita harus memanggil lelaki menyebalkan itu." Xavier menerima saran Nero.

"Ya, karena lelaki itu pasti dengan mudah membunuh para tikus itu," jawab Vicente.

"Kita akan kembali memanggilnya untuk berada di samping Felica," sambung Nero sambil melempar belati kecilnya hingga menancap di kepala musuh.

"Rival terberat kita mendapatkan Felica, Alucard Gremory Roulette," gumam Xavier.

***


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C15
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous