Télécharger l’application
30% the physicist KINEMATIKA hati / Chapter 3: TITIK GARIS BIDANG RUANG (2)

Chapitre 3: TITIK GARIS BIDANG RUANG (2)

Safiya...

Lima tahun berlalu Fiya telah menjelma menjadi ruang bagi banyak orang, menjadi tempat bersatunya garis, bernaunganya titik. Gadis dengan ambisi dan kerja keras yang luar biasa. di usianya yang belum genap 23 tahun ia sudah menjadi seorang manager mengalahkan ratusan kandidat lain yang bahkan usianya lebih tua darinya.

Hukum Newton selalu berlaku. Seberapa besar aksimu sebesar itu pula reaksi yang akan kamu dapatkan. Fiya yang pekerja keras mendapatkan hasil yang maksimal pula. Fiya yang tegas dan berjiwa kemimpinan sangat berbeda dengan wajanya yang masih sangat muda.

Dunia fiya terasa berjalan dengan indah dan selalu undercontrolnya sampai semuanya mulai terusik.

Sekitar Enam bulan yang lalu Fiya bertemu dengan Indra Yahya. dosen sekaligus pembimbing yang sangat Fiya kagumi. Jika Pak Indra punya fanbase mungkin ia yang akan menjadi ketuanya. Bahkan Fiya pernah merasakan jatuh cinta pada dosennya ini. Entah itu memang cinta atau hanya kekagumannya saja.

Flashback On

Tin...Tin...Tin.. suara klakson mobil bersahutan.

"Ah shit pake acara macet segala." teriak seorang gadis muda mengendarai mobil berwana biru.

suasana Intitut S pagi itu sangat ramai. banyak kendaraan sedang menuju gedung pertemuan kampus tersebut

SELAMAT DATANG PESERTA

PEKAN KREATIFITAS MAHASISWA DAN PENELITI MUDA

Beberapa spanduk tertulis slamat datang. Fiya mendesah. 5 menit menuju pembukaan acara dan ia masih di dalam mobil.

Fiya butuh hampir 20 menit untuk sampai di gedung pertemuan. Fiya belari menuju both bertuliskan Bank M,

Bug.....Aw.....

Suara memecahkan keheningan saat pidato pembukaan. Fiya menabrak sesorang pria...

"Maaf...maaf...permisi." Fiya segera berlari karena malu.

Acara peneliti muda tentunya banyak pemuda, mulai dari mahasiswa sampai para lelaki yang mulai dewasa. Sedari tadi Fiya dan Anggi teman sekantornya cengar cengir memandangi para pemuda. Sesekali mereka akan bertanya tentang produk kantor Fiya.

"Anggra." sebuah suara mangagetkan Fiya. Ia menegang nama itu sudah lama tidak didengarnya. ingin rasanya Fiya menoleh tetapi badanya serasa beku.

Seorang Pria berusia awal 40 an berjalan mendekat. langkahanya tegas. Dengan tubuh yang atletis dan wajah yang tampan hampir semua pasang mata kaum hawa mengincar.

Fiya mencoba mencerna apa yang dilihatnya. nama itu, suara itu, Fiya mengenalnya tapi entah kenapa neutron di otaknya tidak dapat mengirimkan signal dari memorinya. Pria itu berhenti tepat 1 meter di depannya sangat dekat sampai Fiya harus melangkah mundur.

" Hai Ang" sapanya lagi.

" Tadi saya ragu waktu awal lihat kamu. ternyata meang kamu." ucap pria itu dengan wajah yang sumringah sambil menarik tangan Fiya menariknya kepelukan. Fiya tersentak dan mendorong pria tersebut. "Maaf." ucap fiya dengan memberikan tatapan tajam.

Dengan awas Fiya memperhatikan pria tersebut. hingga seorang pemuda dengan jas almamater berwana biru langit menghampiri.

"Pak kami sudah selesai presentasi." pemuda itu berkata pada sang pria.

Jas Biru langit membuat fiya tersentak. fiya melirik ID Card yang menggantung di dada pria itu. Logo kampusnya, Fakultas MIPA, Jurusan Fisika dan namanya Indra Yahya.

Fiya menatap pria itu. entah apa expresi yang ditampilkan fiya tapi pria itu tersenyum memandang Fiya. Ia tau Fiya telah mengingatnya.

"Kamu sudah menikah?" tanya Indra

Fiya Menggeleng

"Kamu punya pacar?" tanyanya lagi

Fiya mengangguk. Fiya dan Indra sama- sama menghela nafas dalam.

menyadari apa yang meraka lalukan sama mereka tertawa.

" Kamu masih sama Fi. Masih imut." tambah indra sambil mengacak ujung kepala Fiya.

" Saya sudah dewasa. Bedalah pak." jawab Fiya dengan sedikit menyombongkan diri.

" Yang Pasti kamu makin cantik." indra menyela. Fiya tersipu pipinya memerah.

" Mau makan siang?" tanya Indra

"nggak pak lagi diet." jawab fiya sekenanya. dia ingin segera lepas dari dosennya ini. Fiya takut semua kenangan yang berusaha ia kubur akan bangkit kembali.

" Mbak Safiya kan?" sapa seorang gadis dengan jas almamater yang sama. dan hanya di jawab dengan senyuman.

" Ah mbak kamu ini legenda di lab lho. Pak Indra selalu membanggakan kalian. udah ayo kita makan bareng. nanti ceritain tentang risetnya mbak y. aku penasaran banget. Pak Indra selalu cerita tentang mbak. " tambah gadis itu sambil menarik tangan Fiya.

Mereka berjalan beriringan berdelapan menuju ke kantin di seberang gedung pertemuan. Mereka memilih duduk di meja dekat jendela.

Mereka menceritakan perjuangannya hingga bisa ikut acara ini. Betapa beratnya pejuangan mereka. Riset hingga tidak tidur masih harus membuat laporan dan tetap harus mengikuti perkuliahan. Fiya tersenyum. teringat pejuangannya kala akan ikut seminar pertamanya di semarang. kala itu dia hanya berdua dengan Syafi'i.

" Huft." Fiya menghembuskan nafasnya kasar. ia rindu Pi'i.

Fiya memperhatikan semua celoteh mahasiswa adik tingkatnya itu. Rasanya sudah lama fiya tidak mendengar istilah - istilah yang mereka sebutkan. sesekali fiya menimpali omongan mereka dengan apa yang sudah pernah ia alami atau hanya meanyakan arti dari istilah yang mereka ucapkan

Fiya hanya bisa tersenyum. Pria itu yang membuatnya mencintai Fisika. Pria itu juga yang mengajarkan banyak hal pada Fiya.

Setelah pertemuan itu Indra sering menghubungi Fiya. Awalnya Indra hanya menanyakan kabar. Hampir satu bulan ini Indra selalu bercerita tentang reuni akbar yang akan diadakan di kampus. Indra meminta bantuan Fiya untuk menjadi panitia reuni dan koordinator alumni wilayah timur. Karena ini reuni universitas dibutuhkan banyak bantuan. Dengan segala wejangan dan sedikit hasutan Fiya mengiyakan apa yang diminta Indra.

Satu jam Berlalu dengan cepat. Rasanya sudah lama Fiya tidak ngobrol lepas dan menyenang kan ini.

" eh mbak balik dulu y. see you soon. kalo ke surabaya contact y. ntar kita jalan - jalan." akhir fiya berpamitan pada rombongan kampusnya. setelah jam makan siang Fiya harus bertemu tim penyelenggara untuk evaluasi.

Fiya melambaikan tangannya tetapi seketika tangannya di raih oleh Indra dan fiya tertarik di pelukannya.

"Seandainya saja kita ketemu sebulaan lebih awal. " Bisik Indra

" Maaf aku terlambat untuk mencari. Aku sayang kamu." huft terdengar suara nafas di buang kasar " sebagai wanita." tambah Indra.

" sekarang sudah terlambat. seandainya usiamu saat itu tidak terlalu kecil." Indra melepaskan pelukannya.

" Saya menikah minggu depan. Saya harap kamu bisa datang." Ucap Indra sambil melangkah mundur.

Fiya yang tadinya akan pergi kini terdiam. keluruh sel di otaknya fiya sedany bekerja untuk mengeluarkan ekspresi tapi gagal. pandangan fiya kosong. pandangan yang kosong Fiya melangkah pergi.

Flashback Off

-Just Call Me To-


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C3
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous