" terima kasih tuan. " mereka berlebihan berterima kasih ke Izuna dan teman-temannya.
" ya sama-sama. Tapi, mungkin tak bisa menaklukkan dungeon itu.. " kami pesimis jika bisa menaklukkan dungeon itu, karena tak memiliki info yang cukup banyak mengenainya.
Dalam berpetualang yang paling utama adalah info, jika kita memiliki info yang cukup mengenai tempat itu, maka kemungkinan besar kita pasti akan bisa menaklukkannya. Tapi sekarang, kami tak memiliki info yang cukup mengenainya, jadi...
" oh, kalau mengenai informasi, kami tak terlalu tahu. Tapi ada seorang di desa ini yang pernah menjelajahinya cukup jauh, sampai lantai kelima... " dia mulai menjelaskan orang itu. "lebih baik jika anda sekalian menemuinya saja!! "
Mendapat arahan dari kepala desa, membuat kami segera mencari orang yang dimaksud. Kami diarahkan kepala desa dan beberapa orang menuju kediaman orang itu.
Setelah mencari beberapa saat, kami sampai di depan sebuah rumah. Cukup sederhana rumah itu, hanya saja memiliki halaman yang cukup luas dan berisi berbagai tanaman seperti bunga dan pohon buah.
Setelah mengetuk pintu rumah itu, beberapa saat kemudian keluarlah seorang laki-laki. Dengan perawakan yang cukup kekar, berambut hitam keperakan dan berumur kira-kira 35 tahunan.
" oh ada apa nak?? ... " katanya saat melihat kami, di kemudian melihat sekitarku dan mendapati kepala desa dan beberapa orang. " oh kalian, ada apa sebenarnya ini?? "
"maaf, sebenarnya maksud kedatangan kami kesini.. " aku angkat bicara mewakili semuanya dan mengatakan maksud kedatangan kami kesini adalah untuk meminta informasi mengenai dungeon crim.
" oh dungeon itu.. " ia menghela nafas setelah mengetahui yang sebenarnya. "aku ingat saat aku dulu menjelajahi dungeon itu, didalam sana banyak sekali monster.
Hampir semuanya berjenis undead atau mayat hidup. Satu saran dariku, jika kalian ingin menjelajahinya lebih baik kalian membawa mage dan cleric. Kelemahan monster disana adalah sihir dan juga sihir suci." katanya.
Kami mengangguk mendengar setiap perkataannya. " tapi, saat kalian masuk nanti, kalian akan dihadang wolfdamon. Dia juga undead, memiliki level 45 dan juga skill nya yang merepotkan. "
" skill?? "
" skillnya adalah mengurangi jumlah HP musuhnya setiap setengah jam sekali. Kalau kalian ingin mengalahkannya, dia harus dikalahkan dalam waktu kurang dari setengah jam! " jelasnya
" mengurangi HP?? Berapa?? " mengurangi HP itu skill yang merepotkan, salah sedikit saja kita bisa mati karenanya.
" tak banyak, paling hanya 250-500 poin "
"" gila!! Itu hampir setengah jumlah HP ku saat ini "" teriak Synd dan Ken bersamaan.
Wajar, sebagai assasin maupun mage mereka tak memiliki jumlah HP yang cukup tinggi, kebanyakan mereka menaikkan poin kecepatan dan int. Yah, jumlah segitiga sudah sangat besar tapi tak sampai setengah jumlah hp ku saat ini.
Sekarang di level 31 aku sudah mempunyai 2500 poin HP. Itu jumlah yang sangat besar, mengingat job yang memusatkan serangan di level yang sama mungkin hanya memiliki 1500 HP.
Orang itu hanya tersenyum melihat kedua temanku kaget. " karena itu kalian harus membawa potion cukup banyak. Kalau menurutku satu orang paling tidak membawa 200 potion. "
"" 200 ""
200 potion bukanlah angka yang sedikit, rata-rata seorang alchemist hanya mampu membuat 1500 potion perhatian. Dan itu untuk memenuhi kebutuhan 30 orang, dab sekarang masing-masing orang harus memiliki 200 potion. Bercanda yaa!!!
" Izuna, persediaan mu tinggal berapa?? " tanya Synd.
" hanya 1000 potion, awalnya aku berencana menjual semuanya, tapi.. " aku masih sering membuat potion di perjalanan, jadi masih memiliki persediaan. Aku berniat menjual semuanya di kota berikutnya, tapi ternyata sekarang dibutuhkan.
" tapi?? "
" tapi awalnya mau kujual... " kataku lirih.
" kita butuh sekarang. Tak bisakah kau membuatnya lagi nanti??" kata Synd
" kubeli semuanya, berapa?? " Ken yang sedari tadi mendengarkan dalam diam, sekarang mulai angkat bicara.
" tak perlu. Kita kan membutuhkannya, jadi kita gunakan saja. Masalah uang, nanti saat misinya berhasil kita pasti juga mendapat bayaran!! " kataku sambil tersenyum lebar.
" benar kan. Sudahlah bagianku nanti kamu ambil saja!! " ucap Ken
"... " aku sampai terkejut dengan kata-katanya, kenapa ia. Apa ia tak butuh uang??
" eh, tak perlu!! "
" tak usah sungkan. Aku masih punya cukup banyak gold!! " katanya sambil menepuk dadanya.
" aku juga, ambil saja bagianku, aku hanya ingin fame dan equip itu!! " katanya sambil senyum tipis.
Kami mengobrol sampai lupa jika masih berada di depan rumah orang lain, semua yang mendengar percakapan kami menjadi terkejut. Siapa sangka seorang petarung juga punya skill produksi!!
" Ehmm, kalian bisa bicarakan itu nanti, sekarang yang terpenting kita harus memiliki info yang cukup mengenai tempat yang akan didatangi!! " kata kepala desa mengingatkan kami.
Kami semua sadar jika masih ada banyak orang di sekitar kami, dan langsung tertunduk karenanya. ""maaf"" ucap kami bersamaan.
Setelah cukup mendapat info, kami segera meninggalkan rumah itu, tapi.. "hey nak, kalian butuh cleric?? " orang itu menghentikan kami yang mulai pergi dari sana.
" memang!! "
" kalau kalian mau, kalian bisa membawa putriku, tapi aku harus ikut dengannya. " putrinya seorang cleric??
Ia segera memanggil putrinya, tak berapa lama kemudian muncullah seorang gadis 16 tahunan. Memiliki rambut pirang dan mata biru, ia juga membawa sebuah tongkat dengan batu berwarna biru di ujungnya.
" ini putriku, ia bernama Rika " katanya mengenalkan putrinya.
Ia segera menceritakan keadaan kepadanya, terlihat ia mengangguk beberapa kali. Kelihatannya ia setuju dengan hal itu, walau awalnya sempat ragu, tapi saat ayahnya bicara jika ia akan ikut juga, ia mantap mengangguk.
*****
Setelah semuanya siap, kamu berlima segera memulai perjalanan ke dungeon yang dimaksud. Orang yang kami mintai info bernama Gola, seorang petarung yang memakai senjata kapak.
Ia memakai zirah lempengan besi, sedangkan anaknya mengenakan zirah rantai yang ditutupi bajunya.
Kami akan melakukan perjalanan selama dua hari menuju utara, awalnya semuanya terasa baik-baik saja, tapi beberapa monster mulai menyerang di hari kedua perjalanan.
Kami harus membunuh mereka semua untuk melanjutkan perjalanan, semuanya berlevel tak lebih dari 30 jadi kami cukup mudah mengalahkannya, tapi sayangnya walau telah mengalahkan seratus lebih monster, level kami tak naik satupun.
Tak berapa lama kemudian kami sampailah di tempat yang dimaksud. Pintu Goa itu tertutup tembok kayu yang sudah berlumut dan ada banyak tulang belulang disana. Dengan perasaan yang campur aduk, kamu mulai memasuki dungeon itu.
*****
Jangan lupa like dan tinggalkan komentar :-)