Ursulla hanya mengaduk-ngaduk makanan itu tanpa menyentuhnya. Tangannya gemetaran, Ursulla berpikir tuan R baik juga dengan mengajak seorang butler makan semeja bersamanya. Jarang sekali orang kaya melakukan hal itu. Tapi dirinya juga takut, sungkan, grogi sampai rasanya tak bisa menelan sarapan itu. Aura tuan R begitu mengintimidasi apalagi dirinya hanya seorang pelayan dan harus sadar diri tidak boleh lancang.
Lambat-lambat Ursulla mencuri pandang ke arah tuan R yang sibuk makan dengan tenang tanpa risih akan kehadiran dirinya.
"Apa kau akan terus mengaduk-aduk makanan itu?" tiba-tiba tuan R berseru membuat tubuh Ursulla menegang.
"Sa... Saya hanya merasa tak enak tuan."
Tuan R meletakkan sendoknya, menatap Ursulla dengan tajam, "Tak usah merasa tak enak. Hmmm... " Tuan R lalu bertopang dagu, "Apa kau perlu aku suapi?"
Seketika itu juga Ursulla menggeleng cepat dan segera menyantap sarapannya dengan rasa terpaksa.