"Marino!" Esme kembali memanggilnya ketika ia melihat Marino begitu saja sudah berjalan menjauh, beberapa langkah darinya.
Marino menghentikan langkahnya tanpa berbalik untuk menatap Esme yang masih mengharapkannya.
Jauh di dalam hatinya, ia masih merindukan sosok wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya dan membuatnya merasa menjadi lelaki yang paling berbahagia di muka bumi ini.
Tapi, nyatanya?
"Aku hamil!"
Sebuah informasi dari gadis yang pernah sangat ia cintai dan juga ia benci sekaligus.
Petir seakan-akan baru saja menyambar telinganya ketika Marino mendengar kabar itu.
Perlahan-lahan, Marino menoleh dengan kikuk, ia hendak berbalik untuk melihat wanita itu. Namun, ia mengurungkan niatnya.
Dulu, ia pernah amat sangat berharap untuk mendengar kabar itu dari mulut wanita cantik itu. Namun, ternyata wanita itu jauh lebih memilih untuk meningkatkan karirnya dibandingkan dengan memiliki anak bersama dengannya.