Saat Naija sampai di kelas , ia di kerubungi banyak temannya. "Naija , cowok manis tadi siapa???" Tanya Abercrombie. "Pacarmu kah , Naija?" Tanya Collyn. "Hush , ngawur kamu." Kata Deani dengan senyumnya , seolah berkata 'mana mungkin Naija yang aneh dapat memiliki pacar?' , tetapi Naija hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan yang mereka sampaikan. "Naija , jawab dong! Pantes di bilang hati batu , kaku , orang kita nanya ga di jawab." Ujar Flitch. Naija menatap tajam mereka dan berkata , "kalau aku menjawab tidak tahu , kalian pasti akan tidak percaya. Makanya aku diam , yang berarti aku tidak tahu. Aku saja baru pertama kali di tolong olehnya. Kalau kalian masih mau tanya lagi soal dia , aku ya mana ngerti? Tau namanya aja tidak." Semua kembali terdiam. "Oh , kalian tadi ngikutin aku ya waktu aku ke kantin? Kaya paparazi dong. Padahal dulu mengejekku dan menjauhiku. Sekarang malah jadi paparazi ," sindir Naija dengan halus. Semua semakin terdiam. "Kalau kalian kepo dengan laki-laki itu , ya cari tahu sendiri lah , dengan cara kalian cari kelasnya dimana , lalu tanya-tanya soal dia. Kalau kalian mau nggebet alias ndeketin , ya sana." Dan Naija pergi meninggalkan mereka.
"Naija jadi terlalu batu dan kaku sekarang. Apa karena kita dulu keterlaluan padanya?" Tanya Kyila. "Halah orang dari lama dia udah kaku ," ujar Deani. "Heh , tidak boleh gitu. Kita , kita tu sebagai teman harus menerima ," ujar Noah. "Kamu juga sama saja , Noah!!!!!!" Balas Deani dan Kyila. Noah hanya tersenyum malu. "Ya dia emang batu kan. Sudah batu , kaku , terlalu diam lagi ," sindir Aunaloa. "He , Auna , Auna , jangan gitu ," ujar Bharadewy dengan senyum khasnya. "Terus sekarang , cara agar Naija kembali percaya kepada kita gimana? Dia pasti udah sakit hati sekali dengan kita ," ujar Kyila. "Caranya adalah , dekati saja Naija dengan perlahan ," ujar Noah. "Ide bagus!"
"....." Naija memandang langit. Ia berada di halaman , dan ia melihat cuaca yang menjadi mendung. "Sepertinya akan hujan. Dan bodohnya lagi , aku tidak membawa payung. Terpaksanya pulang cepat ," ujar Naija. Angin yang tadi sepoi-sepoi , kini berubah menjadi angin kencang. "Aduh , kembali ke kelas deh , walau aku sebenarnya malas menghadapi para mantan pengganggu." Saat Naija hendak kembali ke kelas , tiba-tiba turun hujan deras disertai angin yang kini semakin kencang. Naija pun berlari ke area dalam sekolah. "Crap , baju ku basah semua. Mana tidak bawa handuk mini lagi.... ," keluh Naija. Tiba-tiba , laki-laki yang sama pun datang. "Kamu...?" "Oh , kamu yang tadi menolongku. Terimakasih sekali ya atas pertolonganmu tadi. Tapi , seharusnya kau tak perlu melakukan pada gadis kaku sepertiku ," ujar Naija.
Laki-laki itu melihat ke arah Naija yang dalam keadaan basah. "Kamu hujan-hujanan?" Tanya dia. "Aku kehujanan. Bukan hujan-hujanan ," ujar Naija. Laki-laki itu pergi , dan kemudian kembali dengan membawa handuk kering yang halus dan jaket. "Nih , " ujar laki-laki itu sembari memberikan handuk dan jaket. "Eh , steril tidak ini?" Tanya Naija. "Ya steril lah! Ya kali aku memberi perempuan sebuah handuk yang udah ku pakai ," ujar laki-laki itu. Naija pun menerimanya. "Terimakasih banyak. Seumur hidup , baru pertama kali aku melihat ada orang yang mau menolongku ," ujar Naija. "Yah , karena , aku suka menolong dan , ada alasannya mengapa aku lebih suka menolong perempuan sepertimu. Suatu saat aku akan memberitaumu , secara langsung maupun tidak. Ya sudah , aku permisi ," ujar laki-laki itu. "Kau bahkan pergi , tanpa memberitau namamu , sungguh aneh ," ejek Naija. "Ohhh kmu mau tau namaku , kepo juga kamu.... Namaku adalah Niel Nirwana Anubis. Senang berkenalan denganmu ," ujar laki-laki itu. "Aku tidak kepo , tapi aku tanya namamu karena , siapa tau aku bisa membalas budi...., namaku Hwang Naija Akirani. Senang berkenalan denganmu ," ujar Naija pelan. "Ya sudah , kau boleh kembalikan jaket dan handuk itu kapanpun kamu mau. Aku pergi ," dan Niel pun pergi meninggalkan Naija. "Baik sekali orang itu..." batin Naija , sembari kembali ke kelasnya.
~~~~~******~~~~~