"Abang yakin akan berhasil?" tanya Fadhil pada Diko setelah selesai makan malam.
"Semoga saja. Tidak ada salahnya mencoba kan? Harus sabar, Dhil. Yang namanya berumah tangga itu tidak seperti pacaran. Kalau tidak cocok bisa putus. Keputusan untuk menikah itu keputusan yang besar. Bahkan termasuk perjanjian besar. Karena setelah ijab qabul, kamu punya tugas besar menjadi seorang imam bagi istri dan anakmu. Membimbing istri dan anak adalah tugasmu. Wanita itu paling tidak suka jika mendapat saingan. Kecuali jika Aqila memang bukan tipe seperti itu. Maka dia tidak akan tergerak hatinya untuk berubah." jawab Diko yang memang sudah merencanakan acara malam ini sebelumnya.
"Aku sangat mencintainya, Bang. Hingga aku selalu takut kalau menyakiti hatinya. Aku takut menegurnya." Fadhil duduk bersebelahan dengan Diko di teras rumah sambil berbincang ala lelaki.