Sejak Arumi menyuruhnya menjauh dan tak memperbolehkan menemui perempuan itu lagi, Keenan berubah murung. Sifat dingin dan pendiamnya kini kembali lagi. Dia lebih banyak berada di kantor atau di ruang kerja ketika di rumah. Dia tidak tahu kalau rasanya akan sesakit ini ketika harus kehilangan orang yang benar-benar ia cintai.
Bu Ema yang setiap akhir pekan ke Bandung, merasa ada yang tidak beres dengan putranya. Sejak sampai di rumah Keenan, Bu Ema hanya sesekali saja menegur Keenan. Dan hanya dijawab singkat oleh putranya itu. Tantenya Rayyan itu ingin tahu apa yang terjadi dengan Keenan. Karena sejak tadi dia berada di ruang kerja, hingga jam makan siang sudah lewat lelaki itu belum juga keluar.
"Ken, bukain pintunya, Nak. Mama bawakan makanan untukmu."