Télécharger l’application
86.66% 1001 Horor Indonesia / Chapter 13: Bukan Salahku

Chapitre 13: Bukan Salahku

Waktu itu, warung sudah mulai sepi. Jam menunjukkan pukul 23.00. Suasana mulai hening karena letak warungku berada di pinggiran sungai, di depan makam desa dan jauh dari perumahan warga. Boleh dibilang, daerah ini terpencil kurang lebih 20 meter dari perkampungan.

Entah apa yang terlintas di benakku saat itu. Saya sadar, saat itu saya duduk di pinggir sungai dekat warungku. Saya masih dalam keadaan termenung dan belum tidur. Tapi, kenapa saat itu saya merasa bahwa saya sedang bermimpi. Tidak masuk akal. Belum tidur tapi bermimpi?

Dalam mimpi, saya melihat sebuah coretan takdir. Dimana saya merasa setelah mimpi ini, takdir saya akan berantakan. Bagaimana tidak???

Saat itu, paman saya masih hidup, tapi seakan dia sudah tiada. Seakan-akan saya akan menemui paman untuk terakhir kalinya.

Setelah kejadian itu, saya lebih memilih untuk menutup diri. Karena entah mau curhat kepada siapa dan bagaimana aku bisa bercerita sesuatu hal yang tidak masuk akal ini. Saat itu, saya yakin tidak akan ada yang menggubrisku.

Minggu demi minggu berlalu dengan saya menutup diri dan lebih memilih untukmenjadi gadis pendiam kala itu, dimana sebelumnya saya adalah gadis ceria yang memiliki banyak teman dan mudah bergaul.

Satu bulan sejak mimpi itu, konflik demi konflik mulai menghampiri. Seperti ada saja yang membuat keadaaan semakin panas. Entah karena apa dan bagaimana awalnya, saya mulai bertengkar hebat dengan istri paman saya . Akhirnya, pertengkaran tersebut membuat saya kabur dari rumah dan menghilang dari keluarga. Dari kejadian itu, saya menyadari apa yang terlintas di mimpi mulai menjadi nyata.

Dua minggu seusai kepergian saya, paman saya mulai jatuh sakit. Semakin hari semakin parah. Sampai, paman harus masuk rumah sakit berkali-kali. Saat itupun, saya masih bertahan pada pendirian saya. Saya tidak mau pulang dan menemuinya. Kabar tersebut saya dengar dari teman saya. Semua berlangsung hingga puncaknya.

Setelah tiga bulan saya kabur dan menghilang, hati saya mulai luluh. Saya menemui paman saya yang kala itu sudah kritis. Saya masih ingat dengan jelas. Sebelum kepergiannya, paman minta saya menyuapi es krim. Paman minta hal-hal aneh yang seharusnya tidak boleh dia makan. Tapi, waktu itu saya turutin saja. Saat itu, saya ingin menangis tapi saya menahannya demi kebaikan paman. Dia terlihat sangat kurus kering. Dokter berkata penyakitnya pun tidak terdeteksi secara medis. Sakit leher yang tampak seperti tumor ganas. Tetapi, dokter belum mengeluarkan hasil diagnosa.

Hari menjelang maghrib, saya harus mengantar nenek pulang yang sudah dua hari menunggi di rumah sakit. Entah kenapa, saya tidak bisa tidur di rumah. Hujan juga turun dengan sangat deras.

Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu, "Tok..tok..tok.. Assalamualaikum".

Saya pun menjawab sambil melihat dari jendela, "Wa'alaikumsalam".

Ternyata, saudara dari istri paman. Lalu, saya membuka pintu dan nenek saya pun ikut terbangun.

Tante saya yang baru datang tadi langsung merangkul saya dan nenek sambil menangis sejadi-jadinya.

"Yang sabar ya Mbah, anak laki-laki Mbah sudah tidak ada. Ikhlaskan saja. Serahkan semuanya kepada Tuhan," kata tante saya saat itu.

Saya langsung lemas. Entah apa yang kupikirkan saat itu. Pikiran saya langsung kosong. Inilah arti mimpi waktu itu. Terbukti sudah semuanya dengan jelas tanpa meleset sedikitpun.

Keesokan harinya adalah hari pemakaman paman, saya masih dalam keadaan berduka dan menangis. Dan saya masih menyimpan semua rahasia sendiri.

40 hari berlalu...

Waktu itu, saya sedang naik motor bersama ayah. Saya lagi berjalan-jalan dengan ayah dan tiba-tiba, kami berhenti karena ada kereta api lewat. Entah kenapa hal itu kembali berulang.

Ada suatu bisikan yang kala itu saya benar-benar tidak tidur, tapi serasa bermimpi. Bisikan itu mengatakan ada dua pilihan yang harus saya pilih. Seakan-akan saya harus memilih di antara tante saya atau suaminya.

Kala itu, saya menjawab bisikan itu "Ya tante lah".

Kereta sudah lewat dan saya seakan terbangun dari semua mimpi itu. Saya terus menerus berfikir hal apa lagi yang akan terjadi. Saya kembali menutup diri.

Sejak bisikan itu, entah kenapa saya lebih memilih diam dan mendekatkan diri pada Allah. Karena saya tahu ini hal yang mustahil untuk diceritakan. Orang- orang bisa mengira bahwa saya mendahului kehendak Allah.

Saya mengingat kembali kejadian pada tahun 2010. Mungkin semua ini berawal dari sana.

Saat itu, saya sedang menjalani magang selama tiga bulan dari tugas SMK. Saya magang di luar kota yang berinisial "K". Selama magang di kota K, saya harus pulang pergi dari rumah sakit ke tempat magang, karena saat itu saya juga mengemban tugas menjaga kakek buyut saya yang lagi sakit keras di rumah sakit. Setiap hari saya tidur di rumah sakit . Siang saya magang jika jam kerja saya sudah selesai, saya kembali menunggu kakek di rumah sakit.

Tepat dua minggu sebelum masa magang usai, saya yang biasanya pulang harus menginap di kos dekat tempat saya magang karena harus menyelesaikan tugas. Setelah dua hari menginap, tepat pukul 04.00 subuh, teman-teman membangunkan saya untuk sholat subuh,dan berencana pulang karena mereka akan libur selama tiga hari.

Usai sholat subuh, teman saya "H" berkata, "Kita pulang boncengan bertiga ae lah. Hemat ya, aku capek motoran sendiri".

"Iya gapapa. Hawanya dingin, enak boncengan bertiga," sahut temanku "L".

Karena mereka berdua memutuskan untuk bocengan bertiga, saya mengiyakan saja. Saat itu udaranya memang dingin. Untuk motoran sendiri memang malas.

Saya pun ganti baju santai dengan celana pendek. Teman saya "H" berkata, "Dingin-dingin begini, kok kamu pakai celana pendek toh?".

Dengan santai, saya menjawab "Iya biarin. Sayang celana panjang kalau buat jatuh pasti sobek".

Teman saya "H" berkata, "Heh, kamu bicara apa? Tarik omonganmu".

Kemudian saya melamun sambil bingung.

Pukul 04.15, kita sudah siap untuk berangkat pulang. Teman saya "L" ada di depan yang menyetir motor. Kita memakai motor teman saya "H" dan saya berada di tengah karena lebih hangat, dong.

Di tengah perjalanan, saya tertidur. Tiba-tiba, teman saya teriak-teriak, "Awas...Awassss".

Itulah yang terakhir saya ingat. Karena kita mengalami kecelakaan yang mengakibatkan saya koma tiga hari tiga malam. Teman-teman saya juga luka parah.

Dalam mimpi ketika saya masih masa koma, saya bertemu kakek saya yang selama ini sakit keras yang selalu saya jaga di rumah sakit. Beliau menghampiri saya, tanpa berkata panjang, beliau menyalami saya sambil tersenyum.

Seingat saya, waktu itu beliau menyalami saya sambil berkata "Nak, kamu yang hati-hati ya. Embah mau "pulang" duluan. Kamu disini apa ikut embah?".

Itulah pertanyaan terakhir beliau dan saya jawab, "Aku disini saja Mbah, nanti aku dicarii ".

Beliau perlahan melepaskan tanganku sambil memberikan sesuatu di genggaman tanganku.

Dan.....

Seketika itu, saya terbangun dari koma dan tidak mengingat apapun. Saya menoleh ke kanan dan kiri, tidak ada orang melainkan hembusan angin melalui jendela yang tiba-tiba terbuka. Dan saya melihat TASBIH di genggaman tangan saya. Pemberian terakhir si Mbah dalam mimpiku. Sungguh tidak masuk akal.

Lalu...

Suster datang memberikan suntikan obat tidur, hingga saya terbangun lagi keesokan harinya. Pagi-pagi sekali ada seorang pria datang memasuki kamarku.

Saat itu saya teriak-teriak, "Siapa kamu? Siapa kamu?".

Pria itu menjawab sambil memeluk saya, "Tenang nak, tenang. Ini aku bapakmu".

Saya kembali berteriak dan berkali-kali tanya, "Mana mbahku? Mana mbahku?".

Bapak kembali menjawab, "Ya Allah nak, jangan dipikir. Tenangkan dirimu dulu. Besok Bapak ceritakan, nak".

Saya berkata, "Pokoknya, aku mencari Mbah. Aku tidak kenal kamu".

Demikianlah, siapapun yang datang, saya tak mengenali kecuali yang kuingat hanya mbah yang ada di mimpiku.

Ternyata... Si mbah (Kakekku) telah meninggal dunia. Ketika saya mengalami kecelakaan dan koma, ketika itu pula si mbah tiada. Jadi selama di rumah sakit, saya hanya bersama suster dan pembimbing magang saya. Belum ada keluarga yang menjenguk, karena sibuk mengurus pemakaman si mbah.

Sejak pemberian TASBIH itu,semua firasat-firasat yang akan datang bisa ku rasakan.

Dan...

Kembali pada lanjutan cerita, ketika saya mendapat bisikan di rel kereta api tadi.

2 minggu setelah peristiwa "bisikan" itu terlewati.

Siang hari, teleponku berdering. Ada telepon dari tanteku yang mucul di firasatku tadi.

Dia menangis sambil bilang "Nak, belilah tiket dan kamu menyusul kesini. Ini pamanmu mendadak sakit, sekarang ada di ruang ICU. Tante tidak kuat disini sendirian".

Saya langsung lemas.

Apa yang terjadi? Apa akan hal buruk akan terulang kembali?

Entah saat itu, saya kembali memilih untuk diam dan mendekatkan diri kepada Allah sembari meminta petunjuk. Tetapi, takdir Allah tidak bisa di rubah.

Akhirnya, paman kedua saya meninggal dunia. Paman meninggalkan seorang anak yang masih belia. Kini , dua anggota keluarga saya telah kembali pada sang Pencipta.

Dari semua kejadian itu, saya tak pernah bercerita kepada siapapun tentang firasat yang pernah saya alami. Yang pasti semua itu berat untuk dijalani. Mungkin semua sudah menjadi takdir.

Pakpoh saya meninggal usai 100 hari meninggalnya paman saya. Kenapa saya diberi ujian seperti ini?

Apa salahku???

Author Facebook : Elpri Dewi Wulaningtyas


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C13
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous