Viona terbangun saat hari sudah mulai sore cacing-cacing yang ada didalam perutnya demo minta diisi makan, dengan rasa lelah yang belum hilang Viona berjalan ke arah meja dan mengambil dompetnya untuk mencari makan di toko swalayan yang ada di ujung jalan. Dengan berjalan kaki Viona menyusuri jalanan penuh daun maple yang berguguran karena sudah masuk ke bulan oktober yang berati sudah masuk ke auntumn atau musim gugur. Viona tak begitu menyukai musim gugur karena udara mulai terasa dingin menjelang Winter atau musim salju, ia lebih menyukai musim panas dimana matahari bersinar dengan cantik membawa kehangatan.
Bagi sebagian orang, musim gugur atau Fall atau Autumn di Kanada adalah yang paling indah, di mana pohon Maple berubah warna dari Hijau menjadi Kuning, lalu Orange. Sehingga musim gugur memberikan warna yang sangat cantik dan tempat yang cocok untuk foto romantis seperti pre-wedding. Dan dalam perjalan menuju toko swalayan Viona sudah berpapasan dengan beberapa pasangan yang sedang melakukan pre-wedding dibawah pohon indah itu, daun-daun maple yang berguguran memberikan kesan makin romantis. Viona memperlambat langkahnya ketika melihat beberapa anak kecil nampak dengan riang bermain bersama anjing-anjing peliharaan mereka diantara tumpukan daun maple tiba-tiba saja mata Viona berkaca-kaca karena mengingat adik-adiknya yang sudah di adopsi oleh orang tua angkat mereka. Sudah enam tahun lebih Viona lost kontak dengan adik-adiknya itu dan ia bingung harus mencari mereka kemana, karena data orang tua yang mengadopsi mereka ada dirumah Fernando ketika ia bekerja disana untuk mengasuh Zevanya.
"Banyak sekali pekerjaan rumahku disini, aku harus mencari alamat rumah nyonya Lily yang baru, mengambil berkas yang tertinggal dirumah Fernando dan menjenguk Zeze dirumah barunya," ucap Viona lirih sambil berjalan pelan.
Sebelum belanja Viona mampir ke sebuah restoran fast food karena perutnya sudah tak bisa diajak bersabar lebih lama lagi, ia menikmati burger dan french fries lengkap dengan segelas soda sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang dihadapannya karena sudah jam pulang kantor hingga para pekerja terlihat sibuk untuk kembali kerumahnya masing-masing. Setelah hampir tiga puluh menit berada di restoran Viona kemudian melanjutkan perjalannya untuk membeli bahan makanan, saat Viona mengaktifkan ponselnya terlihat banyak pesan masuk dan salah satu diantaranya adalah pesan dari Jenni dan Amina di London yang melaporkan keuntungan toko bulan ini mereka juga sudah mengirimkan uang yang merupakan jatah Viona tiap bulannya.
"Kalian terlalu baik adik-adikku," ucap Viona lirih saat melihat uang masuk di rekeningnya, Viona kemudian meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas dan sibuk berbelanja.
Brukkk
"Akhh maaf saya tidak hati-hati, anda tidak apa-apa tu-,"
Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika melihat sosok yang baru saja ia tabrak , orang itu berdiri dengan tegap menatap Viona dengan tajam. Senyum manis tersungging dari bibirnya yang tipis dan merah.
"Fernando,"ucap Viona lirih.
"Ya ini aku Vio, susah sekali mencarimu. Sampai kapan kau akan bermain kucing-kucingan denganku Vio?"tanya Fernando dengan berbisik pada Viona yang terlihat sangat kaget itu.
"Apa maumu?Kenapa kau terus menggangguku,"ucap Viona berpura-pura tegar dihadapan pria yang ia takuti itu.
"Kau ini, kenapa harus tanya lagi Vio," jawab Fernando dengan tersenyum.
"Lebih baik kau ikut aku dan bicara baik-baik denganku sebelum aku lepas kontrol lagi seperti kemarin,"imbuh Fernando sambil menarik tangan Viona untuk berjalan mengikuti langkahnya ke sebuah ruangan di dalam toko swalayan itu.
Kereta belanjaan Viona diambil alih oleh pengawal Fernando yang sedari tadi sudah berdiri disamping Viona untuk berjaga agar Viona tak kabur atas perintah Fernando. Viona hanya bisa pasrah saat ditarik paksa oleh Fernando tapi ia yakin Fernando tak akan gila di tempat umum seperti ini karena itu Viona menurut saja ketika diajak oleh Fernando. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan milik manager toko, Fernando duduk di sebuah sofa sedang Viona memilih duduk di sebuah kursi yang ada di dekat pintu karena tak mau dekat-dekat dengan Fernando.
"Kenapa kau menghindariku Vio?" tanya Fernando membuka percakapan sambil memainkan ponselnya.
"Saya tidak menghindari anda, saya hanya ingin menjauhkan diri dari masalah saja," jawab Viona tanpa melihat ke arah Fernando.
"Jadi maksudmu aku sumber masalah begitu?"hardik Fernando dengan nada meninggi karena ucapan Viona yang kasar itu.
"Saya tak bicara seperti itu, Tuan," sangkal Viona dengan cepat, ia berusaha agar terlihat tegar dihadapan mantan majikannya itu.
"Lalu kenapa kau menolak tawaranku kemarin?"tanya Fernando sambil melempar berkas yang sudah ia tanda tangani kehadapan Viona, berkas perjanjian nikah kontrak antara Fernando dan dirinya.
Viona terdiam melihat berkas yang sudah ia buang kemarin ternyata kini ada dihadapannya lagi, rupayanya Fernando sudah mempunya banyak salinan berkas itu.
"Saya bukan pelacur!!" ucap Viona dengan lantang lalu berdiri dari kursinya dan bersiap pergi meninggalkan Fernando namun langkahnya dihadang oleh pengawal Fernando yang sudah bersiap di depan pintu.
"Anda bisa melakukan perjanjian seperti itu dengan orang lain tapi tidak dengan saya," imbuh Viona dengan berteriak, emosinya sudah benar-benar memuncak karena merasa benar-benar direndahkan oleh Fernando.
"Aku memberikan penawaran yang baik untukmu Vio, kau tak akan mungkin bisa mendapatkan lelaki kaya sepertiku di kota ini,"ucap Fernando kekuasaannya di kota.
Mendengar perkataan fernando membuat tawa Viona pecah hingga membuat Fernando merasa heran bercampur kesal.
"Lagipula bukankah kau juga harus bertanggung jawab atas kematian Zeze, kau menyebabkan anakku meninggal Vio dan kau harus membayarnya," ucap Fernando dingin.
"Bukankah semua orang tau pelakunya adalah Natasya yang sudah kau hukum sendiri lalu kenapa kau harus menyalahkan aku," tanya Viona dengan kesal karena tak terima disalahkan Fernando, apalagi dia juga menyanyangi Zeze kecil.
"Karena kau ceroboh, kau tak menjaga Zeze dengan baik," jawab Fernando datar.
"Kejadian itu terjadi disaat jam belajarnya sedang berlangsung disekolah bersama gurunya sedangkan saya ada diruang tunggu bersama dengan pengasuh lainnya. Dan pada saat kejadian Natasya sempat menelfon saya dia meminta saya keluar melalui pintu samping sekolah dan setelah itu saya tak bisa mengingat apapun lagi," ucap Viona membela diri.
"Jadi benar Viona dipancing keluar oleh Natasya waktu itu,"ucap Fernando dalam hati.
Fernando sebenarnya sudah tau kalau Viona saat itu juga diculik oleh dua pria bertopeng saat pihak kepolisian mengecek CCTV disekitar sekolah Zevanya. Setelah tau Zevanya mengalami kecelakaan Fernando langsung menghubungi anak buahnya untuk mengamankan rekaman CCTV disekolah Zevanya supaya tak terjadi perusakan barang bukti, saat ia sedang bersedih karena kehilangan putrinya hatinya juga kembali merasakan sakit sewaktu melihat rekaman yang menunjukan kalau Viona di culik. Maka dari itu ia mengerahkan anak buahnya untuk mencari Viona dalam keaadaan hidup atau mati saat itu, walau tak ada anak buahnya yang berhasil menemukan Viona sampai akhirnya sebulan terahir ini Viona muncul lagi dihadapannya.
"Lalu kenapa kau tak kembali ke rumahku waktu itu Vio!" hardik Fernando dengan kesal.
"Karena saya sudah tak punya kewajiban lagi disana," jawab Viona dengan singkat.
"Kau tak bisa melakukan ini Vio, kau harus bertanggung jawab atas lukaku selama enam tahun ini," ucap Fernando sambil berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu.
Saat berjalan melewati Viona yang berdiri disebelah pintu Fernando bisa merasakan kalau Viona sedang ketakutan berhadapan dengannya terlihat dari tetesan keringat dingin di kening Viona padahal ruangan sangat dingin dengan air conditioner yang menyala.
"Kau harus memberikan aku anak sebagai ganti Zevanya,"bisik Fernando pelan saat berjalan melewati Viona dengan tersenyum manis.
Bersambung