Télécharger l’application
93.33% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 42: Aku Mohon

Chapitre 42: Aku Mohon

Meskipun nafasnya terengah-engah, Yunsoul tetap meneruskan langkah kakinya yang cepat. Bahkan Yunsoul berlari demi mencari kakek misterus yang dilihatnya tadi. Tidak mungkin langkah kakinya kalah dengan kecepatan kakek itu berjalan.

Setelah melihat ke sekitar dan kejauhan daerah itu, tetap saja Yunsoul tidak berhasil menemukan kakek itu. Apa Yunsoul salah lihat? Tapi, jelas-jelas penglihatannya tadi mendapati kakak misterius yang berjalan di seberang jalan, di trotoar yang berbeda dengannya.

Di belakang Yunsoul, ada Taeil mengikuti. Pemuda itu mengabaikan perkataan Yunsoul yang melarangnya ikut campur.

Yunsoul terus menggerakkan kedua kakinya sampai tiba-tiba merasakan sangat sakit di bagian dada.

"Ah!"

Kaki Yunsoul tidak dapat menahan tubuhnya dan jatuh tersungkur. Taeil buru-buru mendekat. Ia melihat wajah Yunsoul seperti menahan sakit.

"Kau kenapa?" tanya Taeil, panik. Taeil juga menahan tubuh Yunsoul.

Tidak bisa menjawab. Yunsoul hanya bisa memegang bagian dada dengan telapak tangan yang menyentuh pakaiannya.

"Yunsoul, ada apa?" Taeil bertanya lagi.

Nafas yang tersendat-sendat menandakan kalau Yunsoul juga kesulitan bernafas. Selain sakit, dadanya juga terasa sesak. Yunsoul tidak tahu mengapa hal ini tiba-tiba terjadi. Ekspresi menahan sakit tergambar jelas pada wajahnya.

***

Ketika Taeil kembali ke tempat Yunsoul berbaring, ia mendapati gadis itu sudah bangun. Beberapa helaian rambutnya terbasahi peluh. Yunsoul mengatur nafasnya. Sakit yang dirasakannya tadi sudah menghilang. Ia memandangi sekitar dan mengetahui kalau sekarang ia berada di rumah sakit.

Yunsoul juga melihat Taeil berjalan ke arah tempat tidur yang dia tempati. Kelihatan sangat mencemaskan dirinya saat Yunsoul mengamati wajah Taeil. Tadi saat Yunsoul tidak sadarkan diri, Taeil segera membawanya kemari.

"Kau sudah baikan?"

Mengangguk lemah, Yunsoul menjawab pertanyaan Taeil.

Seorang dokter datang. Taeil membiarkan dokter tersebut memeriksa keadaan Yunsoul.

"Sejak kapan kau merasakan sakit seperti itu?" Dokter perempuan itu mulai bertanya.

"Mulai tadi pagi, itu pertama kalinya. Tapi yang kedua ini lebih sakit," jelas Yunsoul dengan nada lemah.

"Sebaiknya kau istirahat. Sakit itu ditimbulkan karena tubuhmu yang kelelahan. Tolong perhatikan kesehatanmu. Aku sudah memberi resep. Minumlah supaya tubuhmu kembali sehat dan harus banyak istirahat." Dokter itu berkata dengan lembut dan mengakhirinya dengan sebuah senyuman.

Yunsoul hanya mengangguk. "Sepertinya bukan karena itu." Yunsoul berucap dalam hatinya.

Sepeninggal dokter itu, menyisakan Yunsoul dan Taeil berdua. Taeil mendekat ke tepi ranjang. "Yunsoul, kau harus pulang. Ayo kita pergi dari kota ini bersama."

Agak menegadah, Yunsoul menatap laki-laki yang berada di samping tempat tidurnya. "Aku tidak pulang sekarang. Ada yang harus kulakukan. Pulanglah sendiri. Aku akan pulang ketika sudah menyelesaikannya."

"Apa itu? Aku tidak akan pulang sebelum kau memberitahuku." Saat ini Taeil menanyakan itu bukan karena penasaran atas apa yang dilakukan Yunsoul, melainkan ia sangat khawatir kalau yang dilakukan Yunsoul adalah hal yang berbahaya, seperti dugaannya.

Yunsoul menghela nafas. "Tolong jangan seperti ini, Taeil. Jangan menanyakan itu. Aku..." Menjeda sejenak, Yunsoul kembali melanjutkan. "Aku benar-benar tidak bisa memberitahumu."

Taeil terdiam, tanpa mengalihkan tatapannya pada Yunsoul. Bahkan saat Yunsoul meraih tangannya, Taeil tidak melakukan dan berkata apa-apa.

Yunsoul menyentuh tangan Taeil dan membuatnya sekarang memegang tangan laki-laki itu. Yunsoul baru tahu kalau tangan Taeil sangat hangat, awalnya merasa aneh. Namun, Yunsoul harus melanjutkan perkataannya. Ia pun lekat-lekat menatap Taeil.

"Aku mohon... jangan mengikutiku. Kembalilah. Anggap kita tidak pernah bertemu di sini," pinta Yunsoul. "Aku sangat memohon padamu, Taeil."

***

Sudah beberapa menit Taeyong bergeming, duduk di sebuah sofa putih panjang. Kedua tangannya sengaja saling terlipat. Sembari pikirannya menerawang jauh. Jika diizinkan memilih, Taeyong lebih baik menjadi werewolf tanpa mempunyai perasaan cinta. Atau jika perasaan itu harus dimilikinya, maka ia ingin menjadi manusia sepenuhnya. Tidak seperti sekarang. Ia merasa sangat tersiksa.

Perasaan cinta yang tumbuh memenuhi seluruh hatinya. Tanpa bisa mengungkapkan perasaan itu. Karena Taeyong tahu akhirnya akan seperti apa. Sekali pun ia berusaha sekuat apapun. Dua makhluk yang berbeda tidak akan bersama. Dunia mereka tidak sama.

Hal rumit yang berkelit dalam pikirannya itu terhenti tatkala Doyoung datang. Menghampiri tempat ia duduk. Taeyong melihat Doyoung segera duduk di tempat yang sama dengannya.

"Kau bilang sebelum Taeil pergi dia menghubungimu." Taeyong malah yang duluan memulai pembicaraan. "Dia bilang pergi ke mana?"

"Tidak. Dia hanya bilang akan pergi, tidak lama, jadi jangan mencarinya," jelas Doyoung. "Tapi, apa yang sedang kau pikirkan barusan? Terlihat serius sekali."

"Bukan apa-apa." Taeyong memberi jawaban yang tidak memuaskan Doyoung. Ia pun beralih topik. "Apa ada?" Taeyong bisa membaca wajah Doyoung yang tampak memikirkan sesuatu.

"Hmm..." Doyoung agak ragu mengatakannya. Namun, ia harus memberitahu Taeyong. "Kematian Sojin. Kurasa bukan karena bunuh diri."

Taeyong heran. "Kenapa kau tiba-tiba peduli pada manusia?"

"Bukan begitu maksudku," kilah Doyoung cepat. "Guru Cha mungkin terlibat."

"Lalu? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Taeyong. "Meskipun dia kaum yang sama dengan kita. Apa kita harus mengurusi perbuatannya?"

Doyoung menghembuskan nafas berat. Ia kecewa. Ternyata bicara tentang hal ini pada Taeyong adalah kesalahan. Taeyong tidak paham keinginan Doyoung.

***

Hujan. Yunsoul tidak bisa keluar dan harus tetap berada di dalam kamar motel. Dari balik kaca jendela, bulir-bulir air menempel. Yunsoul sedang memandangi keadaan luar lewat jendela kamar. Hujan sangat deras. Cukup membuat ia kesulitan melihat dengan jelas keadaan di luar sana.

Keluar dari rumah sakit, Yunsoul menyakinkan kalau ia sudah kembali sehat. Semenjak ia memohon tadi, Taeil sama sekali tidak mengeluarkan kata, sedikit pun. Taeil hanya mengantarnya sampai keluar bangunan rumah sakit dan membiarkan Yunsoul menaiki taksi menuju motel.

Saat itu, Yunsoul sulit mengartikan tatapan Taeil padanya.

Yunsoul juga berpikir permintaan yang dia katakan apakah akan Taeil lakukan. Ia tidak bisa yakin akan hal itu. Taeil tidak menanggapi ketika Yunsoul mengatakannya.

Tapi, yang Yunsoul benar-benar pikirkan bukanlah tentang permintaannya.

Ada hal lain yang juga menyita pikirannya. Yunsoul mengangkat telapak tangan dan memperhatikan bagian tubuh itu. Yunsoul mengingat lagi apa yang tangannya rasakan saat menyentuh tangan Taeil.

"Sangat hangat..."

***


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C42
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous