"Hah?" Jean bukan tidak mengerti, tapi dia hanya mencerna ucapan Dominic.
"Mau yang mana dulu yang dikuliti? Yang mengajak, atau yang menikmatinya?" Ucapnya lagi.
"Hah?! " Jean bingung menjawab apa. Dia sudah mengerti apa yang dimaksud.
Dominic mengetahui jika kemarin Jean pergi pemotretan dengan Chanyeol. Lalu apa salahnya? Lagipula assisten pribadinya yang mengajak. Jean pun tersadar, dari mana Dominic mengetahui jika dia pergi pemotretan, sedangkan dia beberapa hari tidak di rumah.
"Dari mana kau tahu?" Entah karena sudah terbiasa dengan ancaman Dominic yang menyeramkan, atau memang sudah terbiasa dengan keberadaannya, Jean sekarang tidak marah ataupun takut.
"Aku memiliki banyak mata." Jawabnya sambil mendekatkan wajahnya pada Jean.
Jean segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Nanti ada yang lihat." Jean takut jika mereka terpergok oleh orang rumah.
Dominic tetap mengejar dan mencium punggung tangan Jean. "Kita sudah menikah, memang kenapa kalau terpergok." Jawabnya enteng. Dan amal sekarang menyingkirkan tangan Jean.
Awalnya Jean menahan, tapi karena tatapan tajam Dominic, ia pun menurunkan tangannya. Tanpa menunggu waktu lama, Dominic langsung mencium Jean dengan lembut, sangat lembut sampai Jean dengan cepat terbuai dengan permainan bibir Dominic. Jean mengalungkan tangannya di leher Dominic, dan mengimbangi ciumannya.
Mereka saling memangut bibir. Menghisap menjilat tanpa memperdulikan dimana mereka berada. Jean tahu Dominic memang gila, tapi dia menyukai semua kegilaan suaminya.
"Ehmm!!" Suara deheman menginterupsi dua pasangan yang sedang saling memangut.
Jean yang terkejut sampai berdiri dari pangkuan Dominic. Dengan malu-malu Jean menundukan wajahnya yang memerah.
"Maaf mengganggu waktu romantis kalian. Tapi kami mau izin pergi dulu." Ayah Jean terkekeh melihat anaknya yang sedang malu-malu karena sudah tepergok.
"Daddy mau kemana?" Tanya Jean.
"Ingin ke supermarket membeli bahan untuk makan siang. Kalian jangan kemana-mana ya, kita makan siang bersama. Awas kamu pergi saat daddy tidak ada." Ayah Jean memperingati.
"Iya benar nak Dominic, kalian makan bersama kita saja." Ucap wanita itu masih sama dengan tingkah centilnya.
Jean kesal melihat wajah wanita itu. Kekesalan pada saat dirinya dijual ditempat terkutuk itu masih belum hilang dan mungkin akan terus berbekas sampai kapan pun.
"Dad biar aku saja yang pergi. Daddy dirumag saja ya." Jean meminta ayahnya untuk tidak pergi.
"Bagaimana bisa tamu yang pergi belanja. Biar daddy saja yang pergi." Ayah Jean tetap kekeh tidak mau Jean yang pergi.
"Daddy pokoknya di rumah." Jean pun sama tidak mau kalah.
"Tidak, pokoknya daddy harus pergi." Dan terjadilah seperti itu terus menerus.
Dominic memperhatikan kedekatan antara ayah dan anaknya. Sudut bibirnya terangkat seperkian centi, bahkan tidak terlihat seperti terangkat. Hatinya merasa hangat melihat kedekatan Jean dengan ayahnya.
"Biar kami saja yang pergi." Dominic berdiri dan menggenggam tangan Jean.
"Hah?" Jean selalu terpaku dengan yang diucapkan Dominic.
Dominic mengedipkan satu matanya. Jean malah membuka mulutnya karena aku saking terkejutnya dengan yang dilakukan Dominic. "Kalian di rumah saja, aku dan Jean yang akan pergi berbelanja." Dominic menarik tangan Jean untuk keluar. Jean pun hanya patuh dan menuruti apa yang Dominic lakukan.
"Tunggu." Panggil Ayah Jean. Dominic dan Jean yang sudah di ambang pintu pun berhenti.
"Ini." Ayah Jean memberikan beberapa lembar uang kepada Jean.
"Tidak perlu, biar dia saja yang bayar." Jean menolak untuk mengambil uang yang diberikan ayahnya. Dompet Dominic cukup tebal hanya untuk membeli bahan makanan, bahkan bisa membeli satu supermarket.
"Pokoknya ambil, jangan membantah." Ayah Jean mengambil tangan Dominic dan memberikannya kepada Dominic.
Dominic hanya terdiam terpaku, matanya melihat uang yang diberikan Ayah Jean. Bibirnya terangkat penuh "kami akan berbelanja dengan uang ini." Dominic pun kembali menggandeng tangan Jean.
Jean memperhatikan tingkah Dominic, senyumnya mengembang untuk waktu yang cukup lama. Ini hal yang paling langka yang pernah Jean lihat.
"Sekarang kita pergi ke supermarket mana?" Tanya Dominic.
"Hah?!" Jean yang masih melamun memperhatikan Dominic, Lagi-lagi hanya menjawab seperti itu.
"Kau ini kenapa? Setiap kutanya jawabnya hanya hah." Kesal Dominic.
"Kau bertingkah aneh sekarang." Jujur Jean.
"Aneh?" Dominic malah bertanya balik.
"Lupakan. Kau yakin ingin pergi ke supermarket bersama?" Tanya Jean ragu, tentu saja. Jean masih tidak percaya Dominic mau pergi berbelanja bersamanya.
"Ada apa? Apa tidak boleh?" Tanya Dominic.
"Aku tanya, apa kau pernah pergi ke supermarket?" Jean bertanya serius.
Dominic menyentil dahi Jean kembali.
"Kenapa senang sekali menyentil dahi si.. " Kesal Jean sambil mengelus dahinya bekas di sentil Dominic.
"Aku punya mall, tentu saja pernah ke supermarket." Jawabnya lagi.
Jean merasa memang pertanyaannya konyol, Dominic memiliki mall, tentu saja dia pernah ke dalam supermarket. Tapi bukan itu maksudnya dari pertanyaan Jean.
"Maksudku, apa kau pernah berbelanja sebelumnya?" Jean mulai kesal kepada Dominic.
"Belum, untuk apa berbelanja jika sudah ada yang mempersiapkan." Jawabnya sombong.
Sepertinya Jean benar-benar salah bertanya. Dia pun memilih diam.
Dominic dan Jean sudah sampai di supermarket. Jean sedang memilih-milih bahan seperti sayur, daging dan bumbu-bumbu. Sedangkan Dominic hanya melihat dengan tangan masuk kedalam kantung.
"Kau mau makan apa?" Tanya Jean.
"Memakan dirimu saat ini juga." Goda Dominic. Jean memilih meninggalkan Dominic yang sudah kumat mesumnya.
Dominic lagi-lagi tersenyum tanpa sepengetahuan Jean. Bibirnya selalu reflek terangkat saat bersama Jean, menggodanya, atau terkadang tingkah polosnya membuat dominic terhibur. Terkadang Dominic tidak menyadari perubahan dirinya sendiri, tidak tahu kenapa.
Tiba-tiba datang dua wanita berpakaian ketat menghampiri Dominic. Jean memperhatikan kedekatan Dominic dengan kedua wanita itu dengan perasaan campur aduk. Apa lagi saat salah satu wanita itu mendekati Dominic dan bergelantungan manja.
"Dasar buaya rawa." Jean menggerutu tidak jelas.
"Hei.. Lihat, dia sengaja menempelkan payudaranya." Tanpa sadar Jean meremas bayam yang sedang dia pegang. Salah satu petugas mendatangi Jean.
"Sorry Ms, anda harus mengganti sayur itu." Ucap petugas itu. Jean pubg menyadari jika tangannya meremas-remas bayam sampai tidak berbentuk.
"Maaf Pak." Jean pun meminta maaf, dan diangguki oleh petugas itu.
Dengan langkah lebar, Jean mendatangi Dominic, dan setelah sampai, Jean sengaja menghadang wanita.
"Excuse me. Saya ingin membawa pergi suami saya. Bisa kalian menyingkir sebentar." Jean dengan sengaja menekan kata suami di depan kedua wanita itu.
Wanita itu hanya diam dan malam memperhatikan penampilan Jean dari atas rambur sampai bawah kakinya. Lalu mereka terkikik pelan seolah sedang mengejek.
"Ternyata seleramu sudah turun ya. Kau memungutnya di mana, beib? Hei kau, berapa banyak yang sudah kau terima dari Dominic?" Salah satu wanita dengan wajah penuh make up itu dengan terang-terangan mengekek Jean.
Jean tidak menjawab, karena memang tidak tahu apa yang ingin dia ucapkan untuk wanita itu. Lagipula perkataannya ada benarnya juga. Dominic membayarnya. Jean Jean memilih untuk diam. Tapi di luar dugaan, Dominic menggenggam tangan Jean dan membawanya ke samping nya.
"Hai ladies, apa kalian lupa, wanita yang kalian pandang rendah ini adalah istriku. Dengan kata lain kalian lebih rendah dari dia, karena aku mau menikahinya. Apa kalian lupa kalian siapa? Mau aku buat kalian menjadi wanita rendah serendah-rendahnya? Wanita seperti kalian bahkan tidak pantas untuk di samakan dengan wanitaku ini. Menyingkirlah dari hadapanku sebelum aku lindas kalian dengan mobil sport ku." Kata Dominic membela Jean di hadapan dua wanita itu.
Dominic menggandeng Jean dan dengan sengaja menubruk bahu wanita itu dengan kencang sampai mengaduh sakit. Menghina Jean, sama saja dengan menghinanya. Bagaimana pun juga sekarang Jean adalah istrinya, tidak ada yang boleh berani menyentuhnya jika tidak mau berurusan dengan Dominic.
Jean hanya diam saja tanpa menjawab apapun. Jantungnya berdetak dengan cepat setelah mendengar Dominic membelanya. Jean tidak menyangka jika Dominic akan membelanya dengan sebegitunya.
'Ada apa dengan diriku, apa aku benar-benar sudah jatuh kedalam pesona seorang Dominic Archer? Jika iya, aku tidak akan menyambutnya.' ucap batin Jean.
Jika memang yang dirasakan oleh Jean adalah sebuah cinta. Lalu apakah cintanya akan membuat mereka menjadi satu? Atau malah menjadi petaka untuk mereka?
_________________________
Aku nepatin janji nih:** jangan bosen kasih aku Power stone, review, komen, bintang dan gift ya <3<3<3