Télécharger l’application
7.48% Menikahlah denganku / Chapter 45: Merencanakan Honeymoon

Chapitre 45: Merencanakan Honeymoon

Mumut mengetuk pintu ruangan Bian, kemudian memasuki ruangan itu setelah dipersilahkan. Mumut melihat Bian sedang duduk berhadapan Randy. Saat melihat Mumut memasuki ruangannya wajah serius Bian melembut. Tadinya Bian mengira yang mengetuk pintu adalah Via, sekretarisnya, Bian bahkan tak menyangka Mumut akan datang sepagi ini. Bian tersenyum bahagia dan mengisyaratkan Mumut mendekat dengan melambaikan tangannya.

Randy menoleh dan menatapnya sambil tersenyum, satu-satunya cara untuk meredam emosi Bian adalah dengan mempertemukannya dengan Mumut.

Mumut mendekat hendak bertanya kenapa Bian memanggilnya sepagi ini tapi Bian langsung menariknya ke atas pangkuannya. Mumut merasa malu karena ada Randy di depan mereka tapi Bian tidak perduli dia bahkan langsung mencium pipi Mumut yang membuat pipinya terasa panas dan warnanya berubah kemerahan. Randy hanya mendehem kemudian pamit pada keduanya. Bian mengingatkan Randy untuk segera memproses keputusan tadi. Randy mengangguk kemudian keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua.

Bian segera menghujani Mumut dengan ciuman, hingga nafas keduanya sesak.

"Mengapa memanggilku sepagi ini?" tanya Mumut saat Bian melepaskan ciumannya.

"Aku tidak memanggilmu." jawab Bian dengan cuek.

"Tapi kata Pak Randy..."

"Tapi aku suka kamu berada di sini, hehe." Bian mengusap-usap kepala Mumut.

"Sayang, bisa tidak kita tidak terlalu sering bertemu di sini?" tanya Mumut setelah nafas mereka normal lagi.

Bian menatapnya, "Kenapa?"

"Teman- temanku takut sesuatu terjadi padaku karena aku selalu membuat kesalahan akhir-akhir ini."

"Bukankah memang terjadi sesuatu diantara kita?" Bian menyipitkan matanya, senyumnya begitu menggoda membuat Mumut merasa malu dengan apa yang mereka lakukan tadi.

"Maksudku bukan itu," Mumut cemberut.

"Hahaha," Bian tidak bisa menahan dirinya untuk mencium bibir Mumut yang sedang monyong.

"Uh!" Mumut melepas bibirnya dari mulut Bian. "Mereka mengira aku dalam masalah karena pekerjaanku tidak beres."

"Kenapa tidak bilang ke mereka kalau kamu istriku? pasti gak akan ada yang berani melarangmu ke sini tiap hari bahkan meskipun seharian disini.," Bian tersenyum nakal yang membuat Mumut menjadi jengah. " Atau kamu bisa

"Aku belum siap,"

"Tapi aku tidak tega melihatmu melakukan pekerjaan berat seperti itu, Sayang." Mata Bian menatap manik mata Mumut membuatnya bergetar. Ini pertama kalinya Bian memanggilnya dengan kata 'Sayang'.

Bian meraih tangan Mumut dan meletakannya di dada, Mumut bisa merasakan debaran jantung Bian yang meloncat-loncat sama seperti debaran di dadanya.

"Aku harus kembali ke pantry dulu supaya teman-temanku tidak cemas sebelum melakukan tugasku bersih-bersih," Mumut segera berdiri dari duduknya dan mengecup bibir Bian dengan ringan kemudian bergegas keluar dari ruangan Presdir. Mumut harus menekan hasratnya sekarang atau mereka akan bercinta seharian seperti yang baru saja mereka lakukan. Mumut tidak mau ada kehebohan di sini karena dia terlalu lama berada di ruangan ini dan mereka pasti akan menganggap hal itu sebagai suatu skandal.

Sementara Bian justru terpana melihat keberanian Mumut untuk menciumnya lebih dulu meski hanya sebuah ciuman ringan di bibir, dia bahkan sampai tidak sadar saat berlalu darinya. Bian hanya tersenyum-senyum mengingatnya. Rasanya dia ingin bersama Mumut sepanjang hari. Tiba-tiba dia memikirkan untuk melakukan bulan madu. Senyum makin mengembang di wajahnya

"Pak Bian," suara Via membuat Bian terkejut. Via justru heran melihat Bian yang tersenyum-senyum sendiri dengan dandanan yang sedikit kusut.

Via meminta maaf karena sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tak ada jawaban sementara pintu terbuka lebar. Tadi Mumut lupa menutup pintu karena tergesa-gesa menuju pantry. Via menyodorkan setumpuk dokumen untuk ditandatangani Bian. Bian membaca kembali dokumen-dokumen itu dan menandatanginya satu per satu.

"Tolong jadwal ulang semua kegiatanku selama seminggu mulai lusa besok. Aku akan mengambil cuti." kata Bian sembari memeriksa dokumen.

"Ya, Pak." jawab Via penuh tanda tanya. Bian tak pernah mengambil cuti selama dia menjadi pimpinan di sini bahkan ketika menikah beberapa waktu lalu.

Setelah Bian menandatangani semua dokumen, Via berjalan keluar ruangan sambil membawa semua dokumen yang dibawanya tadi. saat sampai di pintu Via mendengar Bian berkata. "Selama aku cuti, atur agar Mutiara membantu bersih-bersih di rumahku."

"Baik, Pak." Via mengiyakan meskipun sebenarnya benaknya penuh tanda tanya mengapa Bian ingin Via membantu di rumahnya. Tapi Via dapat memakluminya karena Mumut memang yang terbaik meski akhir-akhir ini Bian selalu mengeluhkan ruangannya kurang bersih. Tiba-tiba Via ingat senyum bahagia Mumut saat meninggalkan ruangan ini, Bisa jadi karena Mumut mendapat tawaran untuk bekerja di rumah Bian meski cuma seminggu.

***

Catatan:

Ternyata selelah sampai hotel, author mesti mengikuti serangkaian acara yang berakhir pukul 23.00 dan mohon maaf mata tidak bisa di atas kompromi lagi.

Semoga lanjutan cerita ini cukup memuaskan readers semua.

Kalau nanti sempat, aku akan buat satu bab lagi untuk hari ini, tapi gak janji ya... karena masih dalam perjalanan dan juga tempatnya sulit sinyal.

Mohon dukung terus novel ini dengan batu kuasa, bintang dan komen ya. Terimakasih buat semua readers. Love you all


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C45
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous