Télécharger l’application
100% Gairah Biseks / Chapter 4: 4. Bergumul

Chapitre 4: 4. Bergumul

Yoga dan Ardi terus bergumul. Beradu bibir dan mulut. Saling mengulum dan melumat. Saling mengigit dan menjilat. Beradu lidah. Bertukar ludah. Mereka tak berhenti sebelum napas mereka terengah-engah. Hampir habis. Kembang kempis.

''Ar ... mau nggak, kamu jadi pacarku?'' ucap Yoga. Mata beningnya menatap syahdu ke wajah manis Ardi.

Ardi menatap haru ke wajah Yoga. Kemudian perlahan-lahan dia menganggukan kepalanya. Tanda mau. Tanda setuju. Tanda bersedia.

''Terima kasih, Sayang ...'' Yoga tersenyum girang dan segera memeluk erat tubuh Ardi. Lalu dengan sigap dia mencumbui pemuda tampan yang satu itu. Mencium bibirnya. Menggigit kupingnya. Mengecup pipinya dan menjilat lehernya. Hingga Ardi menggelinjang. Seperti tubuh cacing kepanasan.

Kedua laki-laki itu saling berhadapan. Memasang wajah yang bahagia. Hari itu mereka jadian. Resmi menjadi sepasang kekasih impian. Tanpa basa-basi mereka berpelukan. Saling merangsang dan menggerayang. Sambil berciuman mesra, tangan mereka menjelajah ke sekujur lawan. Mengusap-usap dada. Mengelus-elus paha. Meremas-remas organ vital. Hingga tubuh mereka bergelora. Terbakar api asmara. Mereka sange. Mereka horny. Kontol mereka tegang. Ingin beradu pedang. Ngaceng sempurna. Ingin segera melampiaskannya.

Satu per satu mereka membuka pakaiannya. Seluruhnya. Hingga mereka telanjang bulat. Sebulat-bulatnya. Memamerkan tubuh jantan mereka. Dada yang sama bidang. Membusung seperti roti bantal. Padat dan berisi. Gempal. Perut yang datar dan rata. Berbulu halus nun menggoda. Membentuk garis lurus dari pusar hingga bermuara di pubis dan bergerombol di area alat kelamin kelelakian mereka. Jembut mereka sama lebatnya. Seperti padang rumput savana. Hitam legam, keriting dan kasar.

Bentuk kontol mereka sama-sama besar dan panjang. Sama-sama tebal dan berurat. Namun, kontol Yoga lebih keras dan mengkilat. Kepalanya membengkak seperti jamur. Benar-benar sangat memikat. Kontol Yoga bengkok ke atas seperti gagang ulekan. Sedangkan kontol Ardi lurus seperti penggaris. Kepala kontol Ardi lebih merona. Kemerahan. Khas kepala kontol bujang pada umumnya. Kontol yang masih jarang terkena gesekan. Mengkilat dan tersunat ketat. Biji-biji peler mereka menggantung indah. Seperti dua buah salak yang mengkal. Kontol mereka sama-sama menarik. Sama-sama menggelitik. Sama-sama bikin bergidik.

''Bang ... tubuhmu benar-benar sangat menggiurkan ...'' desah Ardi. Jakunnya naik turun. Sesekali dia menelan ludah. Tak tahan. Melihat keindahan tubuh Yoga yang nyaris sempurna. Dia ingin menjamahnya. Ingin menikmatinya.

''Tubuhmu juga sangat menggoda, Sayang ... Abang jadi tak tahan ...'' balas Yoga. Dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Ardi.

Mereka kembali berpelukan. Saling mencengkram dan merejam. Saling merampas dan menghempas. Saling menggesek dan meringsek. Saling menyerang dan berpetualang. Seperti dua bola api yang bertemu. Saling bertubrukan dan menyatu. Saling membakar dan berkobar. Hingga mereka lunglai. Tercerai berai. Pecah dalam rasa kenikmatan yang mendalam.

Yoga menjilati sekujur tubuh Ardi. Se-inchi demi inchi. Tak satu pun yang terlewati. Seperti induk kucing yang memandikan anaknya. Hingga Ardi menggeliat manja. Keenakan. Merasakan nikmat yang tak terlukiskan.

Ough ... ackh ... Ardi mendesah. Saat lidah basah Yoga menyapu halus di permukaan kulit pahanya. Membuat pemuda tampan itu menggelinjang tak karuan. Menikmati setiap jilatan lidah Yoga yang mengalirkan sensasi kenikmatan yang hakiki.

Ough ... ackh ... lagi-lagi Ardi mendesah. Ketika tiba-tiba ujung lidah Yoga meliuk-liuk di kedua biji pelernya. AAAACCKKKHHH ... Ardi merancau dahsyat, tatkala Yoga menggigit satu persatu telur-telur Ardi dengan gigitan sayang. Membuat tubuh Ardi melayang jauh tinggi ke awang-awang.

Tangan Ardi mencengkram kuat kain sprei hingga kain itu berantakan. Tubuhnya menggeliat kesana-kemari, ketika Yoga mulai menjilati batang kontolnya yang penuh ukiran urat-urat halus berwarna kehijauan.

''Ough ... enak, Bang ...'' rancau Ardi tak tertahankan.

Yoga tersenyum lebar. Melihat tubuh Ardi terkapar. Menggelepar seperti anjing lapar. Dengan penuh semangat. Yoga mencaplok seluruh batang kontol Ardi hingga laki-laki berkulit putih itu menggeliat. Seperti orang sekarat. Merasakan nikmat. Setiap mendapatkan sensasi hangat. Mulut Yoga yang sedang melumat. Uuhh ... dahsyat.

Yoga terus mengulum dan menyedot-nyedot kontol Ardi. Seolah ingin menguras habis isi kantong pelernya. Dengan gerakan memompa. Mengurut dan menghisap. Hingga sekujur tubuh Ardi mengejan. Otot-ototnya menyembul kuat. Ada yang mengalir deras dari biji-biji kontolnya dengan gerakan nikmat. Semakin lama gerakan itu semakin memuncak. Hingga pejuh Ardi pun muncrat. Serr ... Croot ... Croot ... Croot ....

AAAACCKKKHHH ... Ardi menjerit. Merasakan lubang kontolnya ngecrit. Menyemprotkan cairan sperma seliprit demi seliprit. Hingga membanjiri mulut Yoga yang masih menjepit.

Sebagian cairan putih nan kental itu tertelan ke tenggorakan Yoga dan sebagian lagi luber. Jatuh bercecer. Di atas lantai dan langsung melumer. Encer.

Yoga tersenyum bahagia melihat Ardi sudah klimaks berorgasme. Kini giliran dia yang akan menuju rasa puncak kenikmatan itu.

''Ardi ... gimana? Enak, nggak?'' tanya Yoga.

''Enak, Bang ...'' jawab Ardi pelan. Bibirnya tersungging. Matanya merem-melek.

''Puas, nggak, Sayang?''

''Puas, Bang ...''

''Mau lagi?''

''Hehehe ...'' Ardi hanya meringis.

''Sekarang giliran aku ya, Sayang ...'' Yoga mengarahkan kontolnya ke mulut Ardi. Dan pemuda berambut ikal ini langsung melahapnya. Menjilatnya. Mengulumnya. Menghisapnya. Kuat-kuat. Hingga tubuh Yoga terperanjat. Menggeliat. Merasakan sensasi nikmat. Berlipat-lipat.

Puas Yoga mengentoti mulut Ardi. Tiba-tiba dia mengeluarkan kontolnya dari mulut laki-laki rupawan itu. Kemudian dengan cepat dia menyusun tubuh Ardi sedemikian rupa sehingga posisi tubuh Ardi jadi ngangkang. Seperti seekor kodok jantan.

''Ardi ... aku boleh ngentoti bool kamu, nggak?'' ujar Yoga sopan.

''Aku belum pernah, Bang ... boolku masih perawan. Aku takut, Bang ... nanti boolku robek dan akan merasakan sakit.''

''Tenang aja, Ar ... aku masukinnya pelan-pelan kok, dijamin tidak akan sakit ... kamu rileks aja!''

''Baiklah, Bang ... aku akan coba.''

''Oke, kamu udah siap?''

Ardi mengangguk pelan.

Yoga tersenyum simpul. Kemudian laki-laki bertubuh gempal ini memasukan jari-jarinya ke lubang bool Ardi. Pelan-pelan. Sedikit demi sedikit. Hingga lubang bool Ardi terbuka. Menganga kemerahan seperti mulut bayi. Membentuk huruf O. Sebelum beraksi, Yoga mengolesi liang anus Ardi dengan cairan pelumas hingga becek sesuai yang dia inginkan. Kemudian dia mengolesi seluruh batang kontolnya dengan cairan yang sama. Dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri hingga keras sekeras kayu. Tegang maksimal. Berdenyut-denyut. Kedat-kedut. Seolah tak sabar ingin menelusup ke dalam liang.

Yoga menuntun kepala kontolnya untuk memasuki liang bool Ardi yang sudah menganga lebar seperti mulut goa. Kemudian dia mulai mengesek-gesek di area itu. Perlahan tetapi pasti, dia menekan lalu menusuk tajam. Sret ... sret ... Jleb! Kontol Yoga berhasil membobol gawang pertahanan Ardi.

Sejurus kemudian, Yoga merobohkan tubuhnya di atas tubuh Ardi. Dia melumat dan mengulum bibir Ardi sebagai obat bius mujarab, sebelum Yoga memulai menggoyang pantatnya maju-mundur. Naik turun. Mengobrak-abrik dinding bool Ardi.

Sambil mencumbui Ardi, Yoga mulai beraksi. Memaju-mundurkan bokongnya. Geal-geol. Ke kanan dan ke kiri. Naik turun, seirama dengan keluar masuknya kontol Yoga di lubang kenikmatan Ardi. Sehingga tercipta gesekan nikmat yang tiada tara. Kulit bertemu kulit. Kontol bertemu bool. Jembut bertemu jembut. Semakin rapat semakin nikmat.

Ough ... ah ... ah ... desahan demi desahan yang keluar dari mulut mereka. Mengekspresikan rasa persenggamaan yang menggetarkan jiwa. Meraka bagai tornado bertemu dengan angin lesus. Saling menggulung dan menghunus. Saling mencabik dan membidik. Saling merapat dan menjerat.

Plok ... plok ... plok!!!

Bunyi gesekan dua benda di tempat becek mencipta harmonisasi nada keintiman mereka. Lengkuhan dan rancauan mereka menambah suasana panas yang mengganas.

Yoga terus mengentoti bool Ardi. Tanpa kenal lelah. Tak mau menyerah. Melakukan penetrasi demi penetrasi. Menghujam hingga dalam. Hingga menyentuh prostat. Hingga tergapai rasa nikmat. Baik Yoga maupun Ardi. Keduanya merasakan betapa indah perkelaminan ini.

Uugh ... mereka terus bergelut. Hingga tercapai kemelut. Merasakan kenikmatan yang berlarut-larut. Keduanya beringsut. Bersungut-sungut. Kemudian tanpa hati yang cemberut, mereka berselimut. Saling memberikan kehangatan yang absolut. Hingga sumbu dasar kenikmatan itu pun tersulut. Meledakan lahar panas yang mengerucut. Mancrut-mancrut. Crut .. Crut ... Crut ...

Sperma Yoga memancar deras. Seperti air mancur yang menghantam keras. Menciptakan rasa puas. Hingga tubuh mereka melemas. Lunglai dalam dekapan tubuh cadas. Penuh buliran keringat yang membasahi sekujur badan setengah waras. Dan inilah akhir dari gencatan senjata yang buas. Tanpa mengenal rasa waswas.


Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C4
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous