Name memakai semua jurus kakaknya itu, rupanya Shinoka mudah untuk dikalahkan. Shinoka sudah kalah.
"Lebih baik aku mati saja.." kata Shinoka.
Shinoka hendak menusukkan pisaunya ke dadanya sendiri, tetapi Name menahanya. Name menarik pisau itu.
"J-jangan!" Kata Name.
Shinoka bingung dengan kelakuan Name.
"Aneh kamu, seharusnya kamu menbiarkan musuhmu terbunuh saja." Kata Shinoka hendak menusuk dadanya sendiri.
"J-jangan!" Kata Name lagi.
"Mengapa? Mengapa aku tidak boleh menyusul orangtuaku? Mengapa aku tidak boleh mati? Padahal kamu adalah musuhku.. teman-temanku saja tidak begitu memperdulikanku." Kata Shinoka.
"Pokoknya jangan!" Kata Name.
Shinoka melihat Name. Ia membaca pikirannya.
"Baiklah.." kata Shinoka.
Shinoka melemparkan pisaunya jauh-jauh.
"Kamu terlalu mudah percaya pada orang lain, Name. Bagaimana jika aku mengambil piasuku dan menusukmu tepat di dada sehingga kamu mati? Bagaimana jika aku bangun lagi dan melawanmu?" Tanya Shinoka.
"Gampang kok. Aku kan sudah mengalahkanmu sekali, tinggal aku kalahkan lagi." Kata Name.
Shinoka terkagum dengan cara pikir Name yang sangat positif.
"Kamu sangat baik, Name. Kamu peduli dengan kehidupanku ternyata.." kata Shinoka memegang kedua tangan Name.
Tatapan Shinoka yang tadinya tajam, kejam, dan mengerikan, sekarang berubah menjadi sebuah tatapan penuh kasih sayang.
"Terimakasih, Name." Kata Shinoka.