"Sepertinya kamu cukup mengenal Haris?" Aku menarik kepalaku ke belakang dan menatap wajah tampan Ali , entah mengapa aku merasa tidak nyaman pada kedekatanku dengan Haris sebelum ini walau aku tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadapnya tapi sebagian orang menganggap ada hubungan istimewa di antara kami.
"Iya, kami cukup akrab, banyak pemikiran kami yang sama," Ali menghentikam mobilnya di lampu merah, "Kenapa? Dia naksir kamu? Aku percaya padamu, Wife."
Ali tertawa menatapku, "Haris pernah cerita tentang kamu, awalnya aku gak tahu kalau gadis yang dikejarnya adalah kamu."
Aku meletakkan telapak tanganku ke dahi, aku merasa sangat malu pada Ali, kalau tahu begitu mending dulu Haris aku biarkan saja menghadapi Azalea sendirian. Ali melepas tanganku yang memegangi dahi dan menatapku dengan senyumnya.
"Oh, ya? Apa katanya?" tanyaku penasaran
"Apa ya? Dia merasa putus asa karena kamu sama sekali tak menanggapi perasaannya." Ali tersenyum.