"Di mana kesenangannya kalau begitu?" jawabnya singkat, ia tersenyum kecil.
Ingin rasanya ia melempari lelaki itu dengan apa pun yang bisa diraih dengan tangannya sekarang, sayangnya tubuhnya yang lemah saat ini sama sekali tak mendukung ide itu. Terlebih lagi ketika matanya melirik David yang tertidur di sisi kiri tempat tidurnya, membuat Milena terkejut.
"Aku memberinya obat tidur." Akunya tanpa ada rasa bersalah, kalimat itu diucapkan begitu datar tanpa emosi.
"Apa?"
Milena nyaris memekik, dadanya terbakar oleh api amarah, sungguh tega ia memperlakukan temannya seperti itu! Teman? Omong kosong!
"Untuk tidak mengganggu percakapan kecil kita." Suaranya berubah lembut, serak, dan dalam. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan kasara—Milena menautkan kening melihatnya, tak suka melakukan tindakan tak sopan seperti itu. Mata Max melihat sekilas pada David, lalu beralih ke Milena, dingin dan tajam.
"Kau tak perlu mengancamku segala! Begitu aku tahu cara untuk kembali—" Milena menghela napas, mata terpejam, dan melanjutkan perkataannya, "aku akan pergi! Dan aku tak butuh ancamanmu sebagai motivasi kecilku."
Max tersenyum mengejek, senyum yang sangat merendahkan, terkesan menghina. "Kapan, huh? Saat dirimu berbalut tanah dingin?"
"Jika aku kembali ke duniaku, dengan senang hati akan kutambahkan jenis manusia sepertimu ke dalam buku sejarah manusia!" ucap Milena menggebu-gebu, ia menahan sakit kepalanya.
"Memangnya aku seperti apa?" Bibirnya mengejang, ekspresinya kaku.
"Arogan! Munafik! Penipu! Manusia sampah! Dan yang terpenting dari semuanya kau itu seorang psikopat!" semua kata-kata itu diucapkan penuh tekanan dan kebencian.
Bola mata Max membesar, api yang menjilat-jilat seolah-olah mengamuk di bola matanya. Kedua tangannya mengepal, sudut bibirnya berkedut, mata memicing tajam.
Milena tertegun. Apa ia baru saja mengusik iblis dalam diri Max? Ia mengkhawatirkan David yang tertidur di sisinya, Max bisa saja menjadi gelap mata dan melukai lelaki yang dicintainya itu. Dicintai? Lucu sekali ketika menyadari perasaanmu pada seseorang di saat-saat genting seperti ini! Pikiran Milena kacau, rasa sakit di kepalanya menambah buruk keadaan. Keringat dingin mulai membuatnya merasa tak nyaman dan makin gelisah.
Max berdiri menghampirinya, sekuat tenaga Milena berusaha fokus untuk melihat tindakan lelaki sinting itu.
"Kau tak tahu apapun mengenai diriku!" Ia menempelkan dahinya ke dahi Milena, dadanya naik turun, hidung kembang kempis.
"Aku... tak akan kalah darimu—" suara di sekitar sang wanita sayup-sayup mulai menghilang, pandangan matanya mulai gelap, dan penglihatan akan perempuan sebelumnya kembali terlintas di pikirannya. Alih-alih menyebut nama Max, ia menyebut nama lain yang membuat Max tercengang. "Katrina..."
Detik berikutnya kepalanya tergolek lemas, pingsan.
***
Hari sudah siang saat Milena terbangun. Dengan sigap, David menghampiri, mengelus puncak kepalanya dan berkata penuh perhatian, "kau baik-baik saja?"
Halo!
Nat-chan here!^^
Milena hobi banget pingsan segala.
Kayak Misaki aja.
Hahaha~~
Btw, cover novel ini udah ganti.
Pengen kasih aura lain dari novel ini, soalnya bakal rada sweet-sweet gitu sebelum masuk perang supernatural. Hahaha~~
Ayo vote novel ini dengan batu kuasa!