"Yuyao, jangan marah. Aku tadi salah bicara, aku tidak benar-benar berpikir begitu." Ye Yan menjelaskan sambil menggenggam tangan Gong Yuyao, "Aku terlalu mencintaimu sehingga tidak ingin menyakitimu. Bukan masalah hamil atau tidak hamil, tapi melakukan itu akan sangat menyakitkan."
Gong Yuyao masih terus menangis. Dia selalu begitu lemah, sedikit saja tidak berhati-hati maka akan membuatnya menangis.
Begitu melihatnya menangis, hati Ye Yan langsung kacau, kesabarannya pun hanya tersisa sedikit saja. Dia tidak tahu bagaimana harus membujuknya. Keningnya berkerut dan dia pun mulai merasa sedikit resah.
Pada saat itu ponselnya bergetar. Ye Yan pun teringat dengan perintah Tuan Besar Ye. Dia melihat jam, sudah lebih dari sepuluh menit. Kalau dia tidak pergi sekarang maka waktunya tidak akan cukup. Tapi saat ini Gong Yuyao sedang menangis tersedu-sedu, bagaimana dia bisa pergi meninggalkannya?
Setelah cukup lama, akhirnya tangis Gong Yuyao berhenti. Dia duduk memunggungi Ye Yan di atas tempat tidur dengan marah.
Ye Yan berputar ke hadapannya lalu memegang wajahnya dan berkata dengan sabar, "Yuyao, kamu masih kecil, kamu tidak mengerti sifat dasar laki-laki. Dalam hal yang berhubungan dengan itu, laki-laki tidak akan rugi. Makanya tidak akan ada pria yang bisa menolak wanita yang dicintainya. Sekarang ini aku tidak melakukannya kepadamu karena aku terlalu menyayangimu."
Gong Yuyao menangis sedih lalu berkata, "Lalu mengapa kamu berkata seperti tadi?"
"Aku salah bicara, bukankah aku sudah minta maaf kepadamu? Bagaimana kalau kamu menghukumku? Pukul aku!"
Ye Yan menarik tangan gadis itu dan memukulkannya ke wajahnya sendiri. Gong Yuyao pun bergegas menarik tangannya, "Sudahlah, kali ini aku memaafkanmu. Lain kali tidak boleh berkata seperti itu lagi!"
"Iya, iya, lain kali aku tidak akan melakukannya lagi." Ye Yan tersenyum, lalu berkata dengan hati-hati, "Yuyao, kakek meneleponku. Aku harus pulang."
Begitu mendengarnya, wajah Gong Yuyao langsung berubah. Dia pun menatap Ye Yan dengan matanya yang memerah dan berkaca-kaca.
"Ya Tuhan, mengapa air matamu begitu banyak?" Ye Yan menepuk dahinya dengan kebingungan, "Aku juga ingin tetap tinggal dan menemanimu, tapi kakek sudah tahu kalau kamu berada di sini. Kalau aku tidak pulang, dia akan datang mencariku di sini, nanti itu akan menyulitkanmu…"
Gong Yuyao membalikkan badannya dan tidak mau mendengar penjelasannya lagi.
"Yuyao!" Ye Yan menarik bahunya, namun gadis itu mengacuhkannya. Ye Yan tidak punya kesabaran lagi untuk merayunya, dia berkata dengan tidak berdaya, "Aku benar-benar harus pergi. Besok aku akan pulang ke Amerika dengan kakek. Aku akan menyuruh Si Qin membawamu pindah ke tempat lain. Kira-kira seminggu lagi aku akan kembali, nanti kita akan bisa bersama setiap hari."
Mendengar kata 'bersama setiap hari', Gong Yuyao pun melunak. Dia menoleh dan menatap Ye Yan lalu berkata dalam bahasa isyarat, "Benarkah?"
"Tentu saja." Ye Yan berkata tanpa ragu, "Kalau aku sudah menikah, kakek tidak akan terus mengawasiku lagi. Setiap malam aku bisa datang dan menemanimu."
Gong Yuyao melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ye Yan dengan gembira. Sejak dulu dia terus mengharapkan datangnya hari itu. Asal bisa bersama dengan Ye Yan setiap hari, dia rela melakukan apa saja.
"Tunggu aku pulang, ya!" Ye Yan mengangkat wajah gadis itu dan mencium lembut dahinya, lalu melepaskannya dengan hati-hati. Kemudian dia pergi dengan langkah cepat. Setelah keluar dari kamar, dia pun menghembuskan nafas lega. Dia terkejut, mengapa sepertinya ada perasaan lega ketika dia keluar dari sana? Dan bukannya perasaan tidak rela seperti dulu…
Mungkin hal itu disebabkan karena kakek yang terlalu mendesaknya. Intinya, semua yang saat ini dilakukannya adalah demi agar dapat bersama dengan Yuyao di masa depan.
Memikirkannya membuat hati Ye Yan perlahan-lahan menjadi tenang. Namun entah mengapa, bayangan tubuh Lan Qianyu terus muncul di depan matanya…