Malam ini begitu sunyi, Gibran duduk sendiri di tepi ranjang, sambil menatap langit-langit, pikirannya menerawang entah kemana, yang terlihat hanyalah bayang-bayang istrinya yang telah tiada, Gibran merasa begitu hampa diambilnya piyama terakhir yang dipakai oleh istrinya, dihirupnya dalam-dalam aroma istrinya, yang masih ada tertinggal disana. Lelehan Air Mata tak terasa membasahi pipi Gibran, "Mengapa kau meninggalkan aku sendiri,, rasanya aku tidak sanggup melanjutkan hidupku,, tanpa kamu disampingku,, "Gumam Gibran dalam hati, Rasa sakit Begitu Terasa,, semakin hari rasa kehilangan semakin dirasakan oleh Gibran.
Apalagi jika sudah menjelang malam, Gibran akan mengalami insomnia, dia akan kesulitan untuk tidur, dia akan selalu mengingat setiap tingkah laku istrinya di tempat tidur, bayang-bayang Istrinya selalu ada di pelupuk matanya, sikap manjanya, maupun lemah lembut nya, Gibran menangis pilu. Aryani tidak tega melihat anaknya seperti itu.