Lina mengambil tas secara acak dia tak peduli dengan model warna dan harga pada tas tas yang dia ambil,yang jelas dia sangat marah sekarang dia menahan rasa dihatinya yang sungguh sangat sakit,mengetahui apa yang Reno lakukan hari ini kepadanya.
Tak butuh waktu lama untuk Lina mengambil tas itu,karna Lina mengambilnya secara acak.
"Nih mba...."Lina membawa 5 tas kemeja kasir dengan berbagai ukuran dan model.
"Ini semua yang bayar suami saya yang sedang duduk disana..."Lina menunjuk Reno yang tengah duduk ditempat yang tadi mereka berdebat.
"Semuanya 250 juta bu..."ucap sang kasir dengan wajah ramahnya atau hanya pura pura ramah.
"Cheknya bisa tolong diantar saja sama suami saya mba..."Lina berkata ramah.Lina menunggu sang kasir yang sedang menghampiri Reno disana.
Terlihat Reno mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya dan memberikannya pada sang mba kasir,wajahnya terlihat murung dan sesekali melirik Lina yang tengah menatapnya tajam dari arah meja kasir.
"Nih tasnya mba..."Sang kasir menyerahkan tas yang tadi dipilih oleh Lina plus dengan kartu kredit Reno.
Lina tersenyum ramah membalas senyuman sang kasir,dan langsung mengalihkan pandangannya menuju Reno yang tengah menundukan wajahnya dengan lesu kebawah.
Lina berjalan kearah Reno dengan anggun tapi dengan tatapan tajam penuh kebencian.Sedangkan Reno menyadari Lina yang berjalan kearahnya langsung menundukan wajahnya kebawah lebih dalam sungguh saat ini ia tak bisa berkata kata dan menatap langsung mata Lina.
"Nih..."Lina menaruh tas belanjaannya tepat dibawah kaki Reno yang masih menundukan wajahnya kelantai.
"Aku memang suka uang,tapi aku lebih suka menggunakannya untuk hal yang lebih berguna.Jika kakak perlu seseorang untuk menghabiskan semua uang kakak jangan minta sama aku,karna aku masih punya kegiatan yang lebih berguna daripada itu."Lina mengembalikan kartu kredit Reno ketangannya.
"Terimaksih untuk hari ini."ucap Lina sebelum dia pergi melangkahkan kaki dari hadapan Reno,Lina berjalan seperti biasa sampai dia keluar dari toko tas tersebut.Tapi begitu jaraknya sudah cukup jauh Lina berlari dengan air mata yang telah lolos dari pelupuk matanya.
Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang menangis seperti biasa,terkadang disaat saat seperti ini Lina merasa sangat menyesal karna telah menikah dengan Reno,karna yang ia dapat jauh dari yang cerita yang selalu baca dibuku novel.
Pernikahan kontraknya hanya menjadi sarang kesepian untuknya,tak ada kebahagian disetiap harinya.Dia seakan menyerahkan diri untuk dikurung dirumah yang mewah tapi tak ada hiburan didalamnya.Yang ada hanya sunyi dan sekali pun sang tuan masuk hanya menyisakan rasa sakit untukknya.
Lina menaiki taksi untuk mengantarnya pulang,sebenarnya jika ia masih punya tempat untuk ia datangi selain rumah sialan itu ia akan lebih memilih untuk pulang.
Tapi apa daya dia tak mau pulang kerumah orang tuanya apalagi mertuanya dia tak mau.Sedangkan rumah teman dijakarta dia tidak punya.
Lina dengan berat langkah keluar dari taksi yang mengantarnya.Sungguh saat ini dia sangat malas untuk pulang,apalagi sampai bertemu Reno.
Akhirnya Lina memutuskan untuk berjalan jalan sebentar ke taman dekat apartemennya.Dia mengambil tempat duduk yang agak jauh dari keramaian,walaupun disana hanya ada beberapa orang.
Air matanya belum berhenti semenjak ia berlalu meninggalkan Reno,bahkan supir taksi yang mengantarnya tadi dibuat heran karna Lina yang terus menangis selama perjalanan.
Kali ini pun sama Lina menangis dalam diam ditaman itu.Lina adalah tipe orang yang selalu diam ketika dia punya masalah,yang bisa dia lakukan hanya menangis.
Karna sedari kecil dia selalu seperti itu,apalagi semenjak ayahnya meninggal.Dia dilarang meminta apa yang ia inginkan,dia dilarang berkeluh kesah,dan dia dilarang bermalas malasan.
"Dia tak tau apa apa,..."ujar Lina untuk kesekian kalinya.
Lina pikir Reno yang tak tau apa apa tentang hidupanya,terlalu kasar memperlakukannya.Walaupun Lina sadar dimata Reno dia hanya seorang cewek murahan,matre dan melakukannya semua demi uang.
Tapi dengan sikapnya satu tahun belakangan bukankah sudah cukup menjadi bukti kalo dia bukan orang yang Reno tuduhkan.
Selama satu tahun kemarin Lina tak pernah meminta apapun dari Reno,bahkan waktu luang untuknya pun ia tak pernah minta.
Disaat Reno menghamburkan uangnya untuk wanita diluar sana.Lina mencoba menghasilkan uang untuk dirinya sendiri dengan berjualan kue.
Bukan uang bulanan dari Reno tidak cukup tapi Lina lebih memilih menabung uang yang Reno kasih untuk ia gunakan dimasa depannya.
Ketika Reno membelikan perhiasan permata untuk pacar pacarnya,Lina hanya pernah dibelikan satu perhiasan oleh Reno yaitu cincin nikahnya.Adapun satu set perhiasan dilemarinya itu pemberian mertuanya sebagai hadiah pernikahan.
Lina bercita cita ketika dia sudah bercerai dari Reno.Uang yang ia kumpulkan dari uang bulanan yang Reno kasih plus uang bonus yang Reno janjikan.
Lina berencana akan membeli rumah,melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah dan membuka usaha kue untuk menyambung hidup untuk kedepannya.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam,tapi Lina belum beranjak dari taman.Air matanya telah berhenti keluar karna mungkin sudah kering,yang tersisa hanya matanya yang sembab bahkan bisa dibilang bengkak.
Lina pun sudah tak sesedih tadi,suasana hatinya terasa sudah lebih baik karna menangis.Sekarang dia tengah menikmati siomay yang ia beli diabang sepeda ditaman.Hampir semua jajanan yang ada ditaman itu sudah Lina beli mulai dari minuman sampai makanan.
"Aku berharap manusia itu tidak selamanya..."Lina memantapkan dirinya untuk pulang ke apartemen.Dengan langkah malas Lina meninggalkan taman.
Cklek....
Lina membuka pintu rumahnya secara perlahan,dia takut kalo Reno sudah pulang.Tapi ia benapas lega karna keadaan didalam yang masih gelap gulita karna lampu yang belum dihidupkan,itu berarti tandanya Reno yang belum pulang.
"Aku berdoa semoga dia takkan pulang setahun kedepan..."ucap Lina senang karna apa yang ia khawatirkan ternyata tidak terjadi.
Karna ia belum ingin melihat wajah Reno dalam waktu dekat ini.Walaupun ada rasa aneh yang menjalar kedalam dirinya.
Rasa sepi yang sekarang seakan asing untuknya,rupanya dengan mereka tinggal bersama beberapa bulan ini membuat Lina merasa memilik teman dimalam hari.
"Asik tempat tidurnya lega..."Lina kini tengah membaringkan dirinya ditempat ranjang yang terasa lebih luas karna Lina akan kembali tidur sendiri malam ini.
Tapi matanya tak mau terpejam walaupun dirinya merasa mengantuk.Entah ada perasaan didalam dirinya yang tak membuatnya merasa nyaman dirumah sendiri .
Mungkin karna Lina yang sudah terbiasa berbagi ranjang dan hidup berdampingan didalam satu atap bersama suaminya.Yang mungkin biasanya Reno akan memberi kabar begitu dia pulang telat ataupun tidak akan pulang.
Tapi hari ini Reno sama sekali belum menghubunginya semenjak kejadian tadi siang,dia tidak memberi kabar apakah dia akan pulang atau tidak.
Jam empat pagi Lina baru bisa menutup matanya untuk tidur,entah mengapa ketika dia berharap Reno tidak pulang tapi dia merasa tidak tenang.Lina tertidur didepan tv bukan dikamar,sepertinya kini dia merasa kasur yang luas untuk ia tiduri sendiri merasa tidak nyaman saat ada Reno yang selalu memeluknya.
Drrrtt....drtt...
Suara telpon membangunkan Lina yang baru saja tertidur dua jam saja.Ya jam baru menunjukan pukul enam pagi tapi dia sudah dipaksa bangun dengan suara telpon yang tak kunjung berhenti dari tadi.Terlihat dilayar nama Leo tertera disana.
"Ya kak ada apa..."tanya Lina dengan malas karna masih mengantuk.
"Apa..Iya kak aku segera kesana sekarang..."mendengar apa yang diucapakan Leo seketika wajah Lina berubah menjadi orang yang sedang panik.
Maaf kakak semua yang suka baca novel ku.
Aku punya kesibukan baru...
Jadi updatenya agak lama...
Karna dari IRT jadi pekerja,jadi waktu luangnya gak banyak buat nulis