Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam.Tapi Reno belum menampakan dirinya,dan makan malampun telah usai.
Lina masih dengan setia menunggu kedatangan Reno dengan berbincang bincang dengan ibu mertuanya.Yang terus saja meminta seorang cucu darinya.Lina sebenarnya sudah kehabisan alasan untuk menjawab itu.
" Apa kamu mau ikut program kehamilan." rengek ibu ratih.
" Nggak perlu bu,mungkin belum waktunya aku dikasih rezeki sebesar itu saat ini." jawab Lina dengan berhati hati merangkai kata kata,takut melukai hati mertuanya itu.
" Kalian juga harus usaha donk,mmm bagaimana kalo kalian bulan madu.Kan kalian belum melakukan perjalanan bulan madu.Kamu mau kemana,Bali,apa mau jalan jalan ke Eropa."saran ibu Ratih yang terdengar sangat menaruh harapan akan menantu kesayangan nya ini.
" Gak perlu bu,bikin anakkan gak harus dengan itu." Ucap Reno yang baru saja pulang dari malasan malasannya di apartemen.
" Ya makannya buatin ibu cucu segera donk." ibu Ratih kini merengek pada putranya yang terlihat sangat lelah.
" Aku dan Lina belum siap untuk itu mah." Bayu terduduk disamping Lina yang membuat Lina diapit oleh mertua dan suaminya.
" Kalo nunggu siap,Kapan kalian akan siap hah."
" Segeran bu,kita akan segera siap ko." Bayu merangkul Lina,menunjukan seolah olah mereka pasangan yang sangat romantis dan harmonis.
" Sayang aku laper." rengek Reno yang terdengar manja ditelinga.
" Ya sudah makan dulu gih,ibu akan kekamar untuk tidur." Ibu Ratih meninggalkan pasangan itu berdua diruang tamu.
" Apa kaka gak mau mandi dulu." Lina menggeser tangan Reno yang masih merangkul pundaknya itu.
" Boleh juga.Apa bisa siapkan airnya juga." Reno menyerahkan jas dan tas kerjanya pada Lina yang sedikit terlihat menjauh dari dia.
Lina hanya mengngangguk memberi tanda dia mengerti.
Lina dan Reno berjalan menuju kamar mereka yang berada dilantai atas.Ya mereka tidur satu kamar jika sedang berada ditempat lain kecuali rumah mereka.
Ketika Reno mandi Lina menyiapkan makan didapur.Lina sebenarnya masih kepikiran akan permintaan sang mertua yang tidak bisa lakukan itu.
Tapi bukan berarti dia mau untuk melakukan hubungan itu dengan Reno.Sungguh dia tak mau sampai itu terjadi.Baginya laki laki yang berhak menyentuhnya adalah laki laki yang bukan seperti Reno yang seorang playboy.Dia hanya ingin disentuh oleh pria yang ia cintai dan mencintainya.Menjadikan dia wanita satu satu satunya yang pria itu sentuh.
" Masak apa Lin." tanya Reno begitu ia sampai didapur dan mendapati istrinya itu tengah memasak semalam ini.
" Sop ayam ka.Karna masakan yang aku buat tadi habis." Jawab Lina masih tetap fokus dengan masakannya.
" Emang kamu masak apa tadi."
" Ikan bakar ka ."
" Ouh pantas aku tidak disisakan." Reno menarik kursi dimeja makan untuk duduk.Reno memang tak pernah menyangkal jika istri kontraknya itu memang pandai memasak,wajar karna ibunya Lina mempunyai warung nasi yang cukup terkenal enak didaerahnya.
" Ini udah mateng." Lina membawa masakannya keatas meja dan menhidangkannya disana.
" Apa kamu ikut makan."
" Nggak aku sudah makan tadi,tapi aku akan temenin kaka disini." Lina menarik kursi didepan Reno untuk ia dudukki.
" Sungguh aktor yang hebat." pikir Lina memperhatikan Reno yang tengah lahap makan.
" Entah sampai kapan,aku akan ikut berakting dengan dia.Brengsek." Lina terlihat menyunggingkan bibirnya sambil terus memperhatikan suaminya itu,sebelum ia beralih kepada handphone nya yang terdengar beberapa kali berbunyi nyaring.
" Iya bu maaf untuk beberapa hari ini mungkin saya tidak terima pesanan karna ada acara keluarga bu.Maaf ya bu saya mohon maaf sekali." Lina sedikit menjauh dari meja makan untuk menjawab telpon dari salah satu pelanggan kuenya itu.
" Iya bu maaf,saya belum memberi pengumuman tentang ini karna belum sempat,sekali lagi saya mohon maaf ya bu." Lina menutup telponnya dan terduduk kembali dikursi tadi.
Lina masih berkutat dengan handphonenya dia tak memperhatikan Reno yang sudah selesai makan dan menatap Lina dengan tatapan tak sukanya.
" Pelanggan apaan nelpon selarut ini,emangnya mesen kue gak bisa dari siang." Ucap Reno ketus membuat Lina melongo tak percaya.
Ini yang tak Lina sukai dari Reno,sekalinya suaminya itu banyak bicara,ujung ujungnya ya pasti berakhir pada hal yang tak suka ia dengar.Menurut Lina sebagai suami kontrak dia terlali posesif akan dirinya yang sungguh taat akan kontrak yang mereka buat itu.
" Lagian udah malem kenapa juga masih diladenin,seharusnya kamu sebagai penjual harus jual mahal dikit dong sama pembeli.Jangan menomor satukan pelanggan terus." sambung Reno yang sama ketusnya itu.
" Aku baru megang hape ka,dari siang hapeku mati.Lagian yang jualan kan aku,aku merasa gak keganggu dengan mereka kok." Jawab Lina sambil merapikan piring kotor dan mencucinya.
" Aku yang keganggu ." ucap Reno kesal karna omongannya dibantah oleh Lina.Mungkin lebih tepatnya selalu dibantah.Setelah tak ada tanda tanda Lina akan menjawabnya dengan sengaja Reno menjatuhkan gelas minumnya kelantai sebelum ia pergi meninggalkan Lina yang tak terkejut dengan kelakuan suaminya itu yang bersikap sangat kekanak kanakan.
" Oh sungguh jika dia bukan suami dan malaikat penolongku,aku sudah ukhhh." Lina gemas dan kesal sendiri akan kelakuan suaminya itu yang sungguh tak sejalan dengan umurnya yang bisa dikatakan dewasa itu.