Télécharger l’application
7.11% Biarkan Mata Berbicara / Chapter 17: Pertemuan ini...

Chapitre 17: Pertemuan ini...

Papa ...

Akhirnya Antoni jadi mengajakku pergi ke Mall , membelikan ku baju dan semua kebutuhanku.

Aku hanya bisa terdiam melihat semua yang dilakukan oleh Antoni kepadaku.

Aku berjanji dalam dalam hatiku , bahwa ini semua akan kukembalikan dengan Uangku , Uang hasil jerih payahku , biarlah ini kujadikan Hutangku dulu kepadanya , karena mau tidak mau , aku memang membutuhkan barang barang ini semua.

" Anjani , ayuk kita makan dulu ,dari tadi perut gue dah keroncongan..." Antoni berkata kepadaku

Kulihat raut wajah Antoni terlihat pucat , mungkin memang benar dia sudah kelaparan . Karena dari tadi sepulang sekolah kita hanya makan kudapan dan minuman saja.

1

Karena lelah berjalan jalan di Mall , akupun merasakan perutku berbunyi sudah belasan kali.

1

Sontak aku terkejut , rasanya mataku tak asing melihat sosok laki laki yang duduk bercanda mesra di ujung ruangan.

" Astaga ...Tuhan, itu papa ! ku berkata dalam hati.

ingin rasanya ku lempar piring atau ku guyur mereka pakai air teh panas.

Rasa dada ini penuh amarah dan benci , ingin ku datangi mereka dan ku tarik papa pulang ... atau aku telpon mama , agar mama segera datang kesini.

Aku terdiam duduk di bangku urutan depan , sambil sesekali aku melirik ke arah papa.

Aku merasakan malu yang terangan sangat pada keluarga Antoni.

Sampai mati ayah Antoni tetap mencintai istrinya.

tetapi papaku....

papa sibuk bergonta ganti pasangan , Entah apa sebenarnya yang ada di pikiran papa.

Apa kesalahan mama sehingga papa menjadi seperti ini.

" Anjani , kenapa ?

1

Mukamu memerah seperti orang yang mau marah ? ada apa Anjani ?...

antoni pun bertanya kepadaku , dan aku bingung untuk menjawabnya.

dihatiku perasaan ini sangat membuat diriku malu.

Aku bingung apakah aku harus mengatakannya pada Antoni. Tentang apa yang sesungguhnya terjadi di tempat ini. tapi mata ini lama lama pun menjadi panas dan terbakar emosi.

Rasanya gelap mata dan jiwaku...tidak sabar lagi ku menahan semua ini. Akhirnya...

Aku berdiri dan berjalan menghampiri mereka.

papa

melihatku dan papa pun terkejut...

" A...anjani..! mau apa kau kemari ?

tanya papa yang terbata bata akibat kedatanganku

" waah... papa hebat sekali !

" Kupikir papa dah pulang daribtadi ,karena jam kantor kan pulang dari jam 4.30 tadi.

1

kenapa papa sekarang ada disini sedang apa...dan siapa perempuan ini.

tanya ku keras kepada papa.

" Hi.. aku Mala temannya papamu , senang bertemu denganmu...." dengan rasa percaya dirinya dia berbicara memperkenalkan dirinya kepadaku. di ulurkan tangannya dihadapanku

" Plak... " aku tepis tangannya di hadapanku.

seraya aku berkata kepadanya

" Kamu sudah berapa lama kenal papaku , dan sudah apa saja yang kamu dapat dari papaku ! "

Tiba tiba papa berdiri dan berkata kepada ku..

" Anjani.. ! kata katamu sungguh tidak tau sopan santun kamu ya... ! Papa pun membentakku.

" Papa ! apasih kesalahan mama kepada papa , sehingga papa berbuat ini kepada mama...!

Demi perempuan ini papa pergi meninggakan mama dan aku !

Rasanya mulutku mulai tidak terkendali dan aku akui aku semakin benci papa dan perempuan jalang itu.

Tidak lagi ku gubris Antoni yang berada di samping ku.

Dia menarik narik ku dan berusaha agar aku bisa tenang menghadapi papa.

" Anjani Sabar.. lebih baik kita duduk dan tenang , nanti kita malah di usir satpam ..."

Antoni berkata kepadaku dan menyuruhku agar aku diam dan tenang.

" Antoni...Tidak ada kata tenang bagiku sebelum aku mencabik cabik muka perempuan jalang ini....!!!

Aku berkata dengan penuh emosi , rasanya tanganku ini benar benar ingin meraih muka perempuan itu dan ingin merusaknya.

" Plaak...!" tangan papa dengan cepat, menampar pipi sebelah kananku.

" Om... !! jangan salahkan Anjani.

Dia harusnya di bela bukan malah terus disakiti !

Ayah macam apa kamu ini.

Antoni pun akhirnya berkata dengan nada keras kepada papa. karena dia melihatku ditampar oleh papa.

" Hei... bocah ! apa urusannya kamu dengan anakku !

aku papanya ! aku berhak menghukumnya kalo dia bersalah. bukan kamu ..bocah tengik !

papa mendorong Antoni yang berusaha menggadangnya.

1

" Aku Antoni Om ! Aku akan mengambil Anjani dan Tante dengan cepat kalo Om seperti ini .

Aku tidak menyangka... kalo aku harus bisa menghormati Om yang tingkah lakunya seperti ini.

Dengan gaya bagaikan seorang kesatria Antoni berkata kepada papa.

Ada rasa kagumku kepadanya . karena tidak pernah kusangka dia akan berbuat ini kepadaku dan mama.

" Apa maksudmu bocah tengik ...! mau ku gampar mulut mu yang lancang itu terhadap Orangtua HAH ...!

1

papa menarik baju Antoni dan berkata keras di hadapan Antoni.

" Om... Aku sayang sama Anjani . dan aku berjanji akan menikahinya. Aku berjanji akan membuatnya bahagia.

malam ini juga aku akan menjemput Tante Om .

jadi Om tidak perlu kuatir untuk memikirkan mereka lagi .....

" Tolong lepaskan baju saya , dan saya akan pergi meninggalkan Om , dari sini.. "

Antonipun memegang tangan papa , meminta agar papa melepaskan baju yang dari tadi ditariknya.

" Jangan harap kamu akan mendapatkan restu dari saya .... hahahahaah ...bocah TENGIK..!

papapun melepaskan baju Antoni dan mendorong badan nya hingga jatuh kebelakang .

membuatku terkejut dan berteriak kepada papa.

" Papa..!"

Mulai detik ini aku bersumpah !

Akan membencimu seumur hidupku..!

Dengan Air mata kebencian yang menetes dipipiku , akupun berkata kepada papa.

dan berharap ini adalah untuk yang terkahir kalinya.

Antoni menggandeng tanganku dan mengajakku pergi dari tempat itu.

aku melihat para Satpam berlarian menuju tempatku membuat keributan tadi.

Entah apa yang harus kukatakan pada Antoni.

aku malu dan takut , aku malu jika papaku di bandingkan dengan papanya Antoni.

dan aku takut jika aku menerima karma akibat perbuatan papaku.

Aku berjalan sambil menangis , sungguh rasa di jiwa ini sangat sangat membuat ku ingin berlari jauh meninggalkan semua orang orang ini.

" Anjani , kita langsung jemput mamamu ya , dan jangan bilang kejadian ini kepada mamamu.

cukup jadi rahasia kita berdua saja... ok !"

Aku hanya bisa terkesima mendengar kata kata yang keluar dari mulut Antoni . karena tidak pernah terpikirkan olehku bahwa dia akan mengambil sikap seperti itu dengan cepat.

Apa nanti yang akan dikatakan oleh si patung lilin itu...

atau apa nanti yang akan dilakukan oleh papanya Antoni. Pikiranku bingung tujuh keliling , karena aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain hanya berharap kepada Antoni saat ini.

" Anjani... kenapa kamu melihatku terus menerus , apakah wajahku ini terlalu ganteng hingga membuat kamu terpesona tanpa berkedip .…. hahaahahaa "

gurauan Antoni memecahkan pikiran ku yang sedang terkesima oleh tingkah lakunya tadi.

" HuH...! dasar so Ge ' eR ! kataku pada Antoni ,

ku palingkan mukaku sambil aku tersenyum ,

" Antoni .... terima kasih ya "

ku genggam tangan Antoni sambil ku menatap wajahnya.

Baru kali ini ku lihat jelas wajah Antoni.

ada tahi lalat di pipinya , Alis yang tebal , hidung yang mancung , dan bola mata yang berwarna kehijauan.

Antoni benar benar mempunyai wajah yang tampan , karena dia adalah anak blasteran.

pantas saja banyak anak perempuan yang ingin menjadi pacarnya.

tapi entah apa yang membuat dia tertarik kepadaku dan mencintaiku sampai seperti ini.

" Mba .. Mas.. kita bener lewat sinikan.."

Pertanyaan Bapak Supir Grap , membuat kami tersipu , karena hampir saja Antoni mencium pipiku.

" Iya pak... nanti ada gang didepan itu belok kanan ya pak.. " sahut ku kepada Bapak Supir Grab

" Pak , bisa tunggu ga pak ? , nanti antar kami pulang lagi, karena kami hanya mau menjemput seseorang pak..? tanya Antoni kepada Bapak supir Grab.

" Ooh.. bisa bisa... saya tunggu disini brarti ya Mas..?

ujar Bapak supir Grab kepada Antoni , dan aku pun menjawab...

" Iyaa pak.. tunggu sebentar yaa.. "

Kulihat pintu depan terbuka dan aku pun langsung masuk memanggil mama.

" Maaa.. mamaaa... Anjani pulang maa..."

Maa... mama dimana...?

aku mencari cari mama dari depan kebelakang dan disetiap ruangan mama tidak menjawab panggilanku.

Aku mulai was was.. dan kalut , pikiranku bercabang bertanya mama pergi kemana...

" Oh nak Anjani datang tepat waktu...!

tiba tiba tetangga depan rumahku datang menghampiriku. dan berkata tentang mama..

membuat airmata ku ini keluar deras tanpa henti dan ku berlari ke arah Antoni, kutarik tangan Antoni yang sedari tadi menungguku diluar .

" Ayo cepat pak... antar kami ke rumah sakit Siloam "

Akupun masuk kedalam mobil tanpa berkata sepatah katapun kepada Antoni.

Antara percaya atau tidak Antoni hanya bisa terdiam dan mengikutiku , diapun tidak berani bertanya apa apa kepadaku , hanya bisa merangkulku dan mengusap air mataku.

Dihatiku semakin terpatri rasa dendam kepada papa.

Ingin rasanya aku membuat papa bertekut lutut dihadapan mama. dan meminta maaf kepada mama sampai akhir hayatnya.

" Mba ...sudah sampai , apakah saya harus menunggu lagi disini mba ? tanya Bapak Supir Grab kepada kami.

" Tidak usah pak , terima kasih " ujar Antoni kepada nya.

" Anjani , kamu tau mamamu ada dimana ?"

Antoni melihatku dan bertanya kepadaku , aku hanya bisa menangis dan menangis , aku tak bisa menjawab Antoni . karena tadi aku langsung berlari ketika aku mendengar mama di bawa kerumah sakit ini.

" Ok ..ok.. jangan nangis terus..., ayo kita ke UGD dulu , jika tidak ada baru kita tanya di Informasi " diajaknya aku menuju ruang UGD, tangan Antoni selalu menggandengku , setidaknya aku bersyukur pada saat seperti ini dia ada disampingku.

Hatiku kini hanya bisa berharap ingin mengetahui keadaan mama dan bertanya kepada mama , kenapa maa... kenapa mama melakukan ini semua..

========== °°° ==========


Chapitre 18: Jangan Pergi Mama...

Aku Butuh Pelukan Mu...

Antoni mengajakku mencari mama di ruang UGD , satu persatu pasien yang kulihat , aku belum menemukan mama , rasanya gelap sudah mataku ini , tak kuat lagi aku menangis jiwaku meronta , aku ingin memanggil manggil mama dengan sekencang kencangnya...

" Anjani...!! " tiba tiba ku dengar suara , seseorang memanggil namaku. kulihat Oman di koridor rumah sakit . Tanpa ragu akupun berlari menghampirinya .

" Omaaan.... mama mana Maaan....? mama dimanaaa !!! luapan emosiku pun mulai tak terkendali bersamaan dengan adanya Oman di rumah sakit ini.

ku rangkul Oman dan ku tarik tarik baju Oman.

Kulihat mata Oman pun bengkak seperti habis menangis , akupun semakin menjadi jadi , hati dan jiwaku mulai kalut entah apa yang akan ku perbuat, laksana orang yang kehilangan arah aku menarik narik tangan Oman dan Antoni untuk segera mencari mama.

" Anjani .... sabar dulu ya " Antonipun marangkul tubuhku dengan erat dia dekap kepalaku dalam bahunya , rasanya aku hanya ingin berteriak teriak dan terus berteriak. memanggil manggil mama.

" Maaamaaa manaa Maaaan....Mamaaa dimana??? aku memohon mohon kepada Oman

" Antoni... mama dimanaaaa...." Isak tangisku memohon kepada mereka , aku ingin bertemu mama.

Oman pun mengusap muka ku dan berkata .

" Anjani , gue yakin lo anak yang hebat , mama lo mendidik lo menjadi anak yang kuat. jangan nangis lagi ya.. " nada Oman seolah memberiku semangat , aku semakin kehilangan kendali , karena mereka tidak ada satupun yang memberitahukan tentang mama.

Antoni terus merangkul ku dan memegangi tubuhku , mungkin jiwaku sudah gila bila tidak ada mereka,

akhirnya aku menangis lemas dan mulai pasrah.

terduduk aku dibangku tunggu yang ada di koridor Rumah Sakit , dan hanya bisa menangis pelan memanggil mama...

" Anjani mama lo lagi di ruang ICU , lo musti tenang yaa.. jaga emosi lo untuk stabil , karena sekarang mama lo butuh doa dan dukungan dari lo "

Oman pun dengan tenang berbicara padaku .

" Anjani kamu dah tenang , ayuk kita liat mama mu "

Antoni pun memapah tubuhku dengan sabar dia menuntunku , tubuhku ini rasanya sudah tak bernafsu lagi untuk hidup ,penyesalan penyesalan mulai bermunculan dalam jiwaku . pikiranku kalut dan rasanya ingin aku mengulang kembali ke kejadian awal saat aku pergi meninggalkan mama.

" Tadi memang sengaja gue didepan karena gue yakin lo pasti datang kesini " Ujar Oman kepadaku.

" Man , sakit apa tante man , sehingga dibawa keruang ICU ? " tanya Antoni kepada Oman.

Oman hanya bisa menggelengkan kepala , dan mengisyaratkan sesuatu ke Antoni .

Aku pun mulai curiga melihat tingkah laku mereka.

Tatapan mataku tajam melihat ke arah Oman karena aku yakin Oman menyimpan sesuatu dari ku tentang mama.

" Oman , gue anaknya , ngomong aja depan gue !"

bentakku kepada Oman.

Akupun berdiri dihadapan Oman dan Antoni.

" Jangan buat gue membenci kalian berdua !"

Aku memberikan Ultimatum keras terhadap Oman dan juga Antoni. karena aku benci kenapa mereka tidak bercerita tentang mama.

" Anjani gue antar lo ke tempat mama lo , tapi janji jangan berbuat yang diluar kendali ya.." Oman memegang tanganku dan berkata kepadaku .

" Iya aku janji , antar aku liat mama sekarang " sahut ku kepada Oman. Jiwaku benar benar bisa merasa tenang saat ini , tangisanku mulai berhenti dan aku mulai mengikuti Oman pergi ke ruang ICU , dimana mama sedang dirawat.

Kamipun tiba diruangan kecil dimana didalamnya terdapat ruangan lagi yang agak besar seukuran

4 x 3m , yang hanya bisa diliat dari kaca pembatas dinding antara ruangan.

" Anjani itu yang sedang terbaring disana itu Nyokap lo"

Oman memberitahuku dengan nada pelan dan tertunduk.

Antara percaya dan tidak aku terdiam kaku , mataku tajam melihat mama terbaring kaku disana , entah peralatan apa yang dipakai oleh mama , dan segala penjuru tubuh mama dimasuki oleh selang , tak satu patah katapun keluar dari mulutku.

tangan ku hanya bisa meraih kaca penghubung dan mataku tertuju pada satu mesin yang dimana di mesin itu aku bisa mengetahui mama masih dialam sadar.

Aku tepis tangan Antoni yang merangkul ku .

Ku tatap wajah Oman yang dari tadi melihatku tanpa berbicara apapun.

" Oman.. jawab gue jujur ! Kenapa mama bisa jadi begini !" Aku membentak Oman agar dia berkata jujur tentang mama.

" Mulanya gue juga ga ngerti kenapa ? terus gue tanya sama mba depan yang ada depan rumah lo , katanya , pada saat dia lagi bersih bersih teras , bokap lo datang tapi dia engga sendiri , di ajaknya turun dari mobil seorang cewek !"

mendengar kata kata cewek yang Oman ceritakan , Mata Antoni dan mata ku saling bertatapan.

Aku dan Antoni satu pikiran tentang cewek ini.

mungkinkah cewek yang aku temui di Mall kemarin ,itu adalah dia yang dimaksud dalam cerita Oman.

" Terus setelah itu , nyokap bokap lo kedengaran ribut besar , hingga akhirnya bokap lo membanting pintu rumah lo dan pergi neninggalkan nyokap lo , tapi nyokap lo mengejar mereka dan mengahadang mereka , dan akhirnya ....

bokap lo menabrak nyokap lo "

" APAAA !!!! " PAPA !! akupun berdiri dari dudukku.

Sontak aku terperanjat ketika mengetahui semua ini gara gara papa !

" Anjani sabar dulu..." Oman mengajak ku duduk kembali.

" Bukan masalah hanya ditabrak Anjani , tapi ketika dokter memeriksa , kata dokter sebelumnya Nyokap lo sudah minum racun serangga "

Oman berkata pelan seraya menunduk , Antoni pun terdiam tidak dapat berbicara .

Dan aku... aku hanya memulai dendam ku kepada papa semakin menjadi.

" Ma , aku bersumpah akan membuat papa membusuk di PENJARA !! dengan menatap tubuh mama yang sedang berbaring , aku berjanji kepada Mama.

Tidak ada lagi air mata yang keluar dari mataku , kini yang tersisa di darah ku dan jiwaku adalah Dendam .

" Antoni , kamu mau mengantar ku ke ke Kantor POLISI ? aku mau buat laporan untuk kejadian mama "

Tanyaku kepada Antoni , aku tidak mau lagi membuang waktu mama dengan sia sia.

" Man.. tolong jaga mama sebentar , nanti gue balik lagi , gue akan jaga mama disini " aku berkata kepada Oman.

" Anjani , sudah bener tekad lo ini ? tanya Antoni kepadaku.

" Jangan sampe ada penyesalan dalam sikap dan tujuan hidup lo ini ".

Antoni merapikan rambutku , dan menatapku .

Aku hanya bisa tersenyum sinis , dan berkata kepada Antoni.

" Anjani yang baru telah lahir , Anjani tanpa ada belas kasih "

Aku pun melangkah keluar ruangan , meninggalkan Oman dan mama disana , dengan perasaan dendam aku pun melangkah keluar dari Rumah Sakit tersebut.

" Anjani mobil ada disini , kita tunggu Mang Ali dulu ,untuk ambil kunci " Antoni memberhentikan langkahku tepat di pintu gerbang keluar RS.

seperti biasa Antoni sigap mengatasi masalah , dia tau apa yang musti dia lakukan.

" Mang seperti biasa ya " ujar Antoni kepada Mang Ali .

supir keluarga yang khusus untuk Antoni.

" Iya den , ga papa, tapi hati hati yaa dijalan " pesen Mang Ali kepada Antoni.

" Ok mang , kutinggal dulu yaa... " Antoni pun meninggalkan Mang Ali di depan gerbang RS.

dan dia mengantar ku ke Kantor POLISI .

" Anjani , kita makan dulu ya... ini sudah larut malam, gue ga mau lo jatuh sakit , kalo lo sampai sakit , semua yang sudah lo rencanain bakal berantakan , yang ada nanti penyesalan akhirnya " ku lihat Antoni tampak mengkhawatirkan diriku , tapi perut ini belum terasa lapar sebelum aku melaporkan papa , karena aku tidak mau papa bisa tidur tenang malam ini .

Kini yang bermain di pikiranku ini hanyalah dendam , entah berdosa atau tidak , yang ku tahu saat ini aku hanya ingin melihat papa tersungkur memohon ampun kepada mama. Aku ingin membuat papa menderita dari Mama.

Kutatap lampu satu persatu yang menyala disetiap pinggiran Jalan,

yang dilewati oleh Antoni , dan ku pandang Malam yang terang dan cerah .

Malam yang penuh dengan bintang , aku pun tersenyum sinis sendiri , di malam malam sebelumnya ku ukir dengan kenangan indah bersama Antoni.

tetapi mulai malam ini ....

yang ada hanyalah malam yang kelam penuh dengan ambisi ku akan dendam.

Ku lihat wajah Antoni yang sedang menyetir , kuamati wajahnya yang begitu terlihat dingin tapi hatinya seperti kapas, dia dengan sabar menemaniku , dan selalu setia berada disampingku , dia tau keadaan keluarga ku tapi tidak pernah sekalipun dia mengungkit itu di hadapanku , terbersit inisiatif di hatiku , Suatu saat nanti...

Sambil ku pegang tangan Antoni , aku berkata dan berjanji dalam hatiku.

" Antoni... jika masalah ini semua sudah selesai , aku mohon.. maafkanlah aku "

============= °°° ============


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C17
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK
    " class="_close">

    obtenir plus de pièces