Hampir tengah Malam saat Lalin kembali ke apartement lampu-lampu tetap tidak menyala saat card room sudah di tempelkan, sikap curiga dan menyelidik langsungsung dilakukan.
"Rey..." BukanRey datang melainkan serangan dari belakang gerak refleks yang bagus membuatnya berhasil menghindar dan menyerang balik lawan sayangnya lawanya bukan cuma satu Mereka trus bermunculan entah dari mana.
setengah jam berlalu Lalin jelas sudah sangat lelah beberapa kali Ia terkena pukulan telak belum sempat berdiri serangan lainnya bermunculan sampai sebuah tembakan meletus, sebuah jarum suntik menancap dikakinya hingga merasa hilang keseimbangan dan terjatuh lemas.
"Ayo bawa kemarkas dan bereskan teman-temannya yang Lain"
"Dia Cantik Bos"
Lalin masih bisa merasakan ada yang menyentuh wajahnya, meremas payudaranya bahkan yang Memegang organ intimnya. jika tenaganya masih ada mungkin beda lagi perkaranya hingga ia Merasa prustasi dan tak sadarkan diri.
saat Lalin sadarkan diri matanya langsung menemukan sinar caya yang terang membuat matanya menyipit membiasakan. Ia tidurkan terlentang kaki dan tangan diikat, dan sorotan lampu-lampu kamera tertuju padanya.
"Jadi Kamu agent khusus yang menghancurkan bisnis Saya di singapore, ini akibat dari perbuatan Kamu. selamat datang Di Neraka nona Lalin Meliana" Seorang Lelaki Tua berbadan tegap tertawa senang dan angkuh.
"Mulai pembuatan film ini anak-anak" titahnya dengan suara yang memenuhi ruangan hingga bergema.
beberapa lelaki berbadan besar mendekat tertawa-tawa senang, sementara Lalin sudah mulai gelisah brontak berharap tali itu lepas dari tubuhnya.
Mereka mulai menjamah tubuhnya, tubuh yang selalu Ia jaga, seorang lelaki pelontos menjenjilati kaki jenjangnya, ada juga yang menciumi lehernya.
"Hay apa yang kalian lakukan Menjauh dariku bodoh..." Lalin berteriak prustasi Air matanya sudah mengalir begitu saja entah kenapa dalam kondisi sepeti ini Ia ingat Mamanya ingat Rey si tunangan dan teman-temannya. seandainya Ia dapat memilih Ia ingin mati saja dari pada melakukan seperti ini.
Saat itulah Saat Lalin mulai pasrah, saat para lelaki itu akan mulai menjamah bagian sensitifnya, Mereka berjatuhan satu persatu terkena pukulan seseorang entah pingsan atau mati Lalin melihat semua terkapar dan seseorang lelaki tinggi berbadan tegap dengan wajah tampan menghabisinya seorang diri.
"Tuan muda apa yang Kamu lakukan disini, Tuan besar akan marah sekali"
"Siapkan Aku privat room, segera Waner!" Lelaki itu berteriak Marah
Waner tau itu adalah perintah mutlak tidak ada yang bisa menghentikan keinginan Tuan mudanya itu resikonya terlalu bahanya untuk diabaykan.
Lelaki itu melepaskan ikatan yang mengekang Lalin menggendongnya pergi
Lalin sendiri hanya terperangah tak mengerti wajah yang begitu familiar untuknya lelaki yang selalu memenuhi pikirannya.
"Gilang!"