Télécharger l’application
76.76% Kebencian Yang Penuh Cinta / Chapter 109: Tak Terbaca

Chapitre 109: Tak Terbaca

Yusuf merasa begitu terharu akan sikap Farhan, selama ini dia memang menilai Farhan orang yang baik, dan mengenai kesalahan Farhan, setiap orang berhak mendapatkan maaf dan tentu kesempatan kedua, kini Yusuf semakin merasa kakak nya beruntung mendapatkan cinta begitu tulus dari Farhan, dan Raihan dia tak bisa mengabaikan pria itu, dia ingat saat itu dia masih SMP tapi Raihan selalu baik dan sopan kepada orang tuanya, dan Raihan lah yang mengurus rumah sakit Kirana, di tambah Raihan juga ayah kandung keponakan nya. Yusuf benar benar merasa kakak nya di penuhi dengan cinta sebenarnya, namun takdir seolah selalu mengujinya, kesalahan Farhan dan kemarahan Raihan, membuat semua masalah menjadi rumit, sehingga Kirana kini membenci hal yang bernama 'Cinta', dan merubahnya , wanita yang ceria, disenangi semua orang, kini menjadi wanita yang dingin, angkuh, dan tertutup.

~~~~~~~``~~~~~~~

Hari sudah berganti, Sudah waktunya untuk kembali beraktivitas , Kirana dan Raka sudah bersiap , Kirana akan kekantor dan Raka ke sekolah. Ketika akan membuka pintu rumah nya untuk keluar kehalaman, betapa kaget nya Kirana melihat bunga Lily putih yang cukup banyak di rangkai begitu besar di halaman rumah nya dan diantar oleh seorang kurir.

"selamat pagi mba," sapa kurir

"pagi,, ada apa yaa ini?" ucap Kirana bingung.

"mbaa, mba Kirana bukan?" tanya kurir

"iyaa, saya Kirana" sahut Kirana

"ada kiriman bunga untuk anda mba" ucap kurir,

"untuk saya, dari siapa?" tanya Kirana

"disini ada kartu nya mba, saya hanya mengantar, mohon tanda tangan nya mba" ucap Kurir,. Kirana pun menandatangani nya. "terima kasih mba, permisi" ucap Kurir dan meninggalkan rumah Kirana. Raka, Yusuf, dan ibu nya yang berada dibelakang Kirana, bingung namun bercampur senang, pasalnya lama sekali Kirana tak mendapatkan bunga seperti ini dan ini bunga kesukaan Kirana.

Kirana pun membuka kartu Ucapan nya.

' Selamat pagi '

'maaf jika kau tak suka, tapi ini pengganti bunga di hari itu, dihari kau melihat nya sebagai sebuah kebencian, maaf jika itu menyakiti mu, semoga hari mu penuh dengan tawa dan senyuman seperti dulu'

♡♡

by: R.

Ya itu lah isi kartu ucapan itu.

Kirana memikirkan satu nama 'Raihan' batinnya , tapi dia enggan untuk mencari tahu lebih. Saat Kirana masih memikirkan dan menerka nerka siapa pengirimnya , mobil Farhan datang memasuki halaman rumahnya. Entah mengapa, hati nya seolah takut Farhan melihat bunga itu. Benar saja, Farhan terlihat murung melihat bunga kesukaan Kirana yang begitu indah berada dihalaman rumah nya pagi-pagi. "papaa," teriak Raka, "lihat paa, ini dari papa kan?" ucap Raka polos yang membuat Kirana kaget, "ohhh, bukan sayang, mungkin dari teman mama" sahut Farhan dengan nada yang tak bisa ditebak. Farhan pun melirik kearah Kirana, dan melihat Kirana memegang kartu berwarna pink, sedikit ada emosi diwajah Farhan, tepat nya kecemburuan, tapi dia memilih berpikir positif, 'jika itu membuat Kirana bahagia, maka aku bahagia' itu lah batin Farhan, dia pun pamit ke ibu Kirana dan tentu juga ke Kirana dengan sopan dan senyum hangat nya.

Sepeninggal Farhan, ibu Kirana bertanya mau di apakan bunga itu, Kirana hanya menjawab "terserah ibu". Dia pun masuk kedalam mobilnya, sebelum menjalankan mobilnya dia melihat kembali bunga itu, dan teringat senyuman Farhan. Ekspresi Kirana begitu sulit terbaca saat ini. Dia pun menarik nafas panjang dan menjalankan mobilnya.

Kirana Sudah berada diruangan nya. Bersiap untuk kembali ke rutinitas nya, bekerja, dan bekerja. Karena fokus bahkan sangat fokus bekerja dia sering kali melupakan atau bahkan sengaja mengabaikan makan siang nya, seperti hari ini, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 , Lidya tentu mengingat kan nya namun lagi lagi dia mengabaikan nya. hingga jam menunjukkan pukul 13.00 , Kirana masih berada didepan komputer nya, hingga suara ketukan pintu ruangannya , mangalihkan perhatian nya.

"masuk" ucap Kirana

Dia pun menarik pandangannya untuk melihat siapa yang datang, dan itu Farhan , kaget dan ntah mengapa ada rasa bahagia di hati nya. Tapi tentu rasa itu tak akan dia tunjukkan.

"Farhan,, ada perlu apa kemari?" ucap Kirana datar. "apa kamu sudah makan siang?" tanya Farhan lembut.

"bukan urusan kamu" sahut Kirana cepat

"baik lah, ini aku bawakan makan siang untuk mu, tadi aku habis mengantar Raka, dan membeli ini untuk mu" ucap Farhan seraya meletakkan sebuah bungkusan kemeja di dekat sofa didalam ruangan Kirana.

"...." Kirana tertegun , diam, dan tak tahu harus mengatakan apa.

"baik lah, selamat bekerja, permisi" ucap Farhan seraya tersenyum meski tak mendapatkan respon dari Kirana.

"Farhan" panggil Kirana ketika Farhan hendak melangkah keluar.

"Terima kasih" lanjut Kirana ketika melihat Farhan berhenti melangkah.

"sama sama" balas Farhan lembut.

Saat Farhan akan membuka pintu, pintu ruangan sudah terlebih dahulu di buka oleh seseorang.

"selamat siang" ya ternyata Evan yang masuk kedalam ruangan Kirana.

"Siang Pak Evan" balas Kirana Formal

"permisi" ucap Farhan ke Kirana dan melihat ke Evan dengan tersenyum sopan sebelum meninggalkan ruangan Kirana.

"apa aku mengganggu kalian" ucap Evan merasa tak enak.

"tidak pak" sahut Kirana datar

"ada perlu apa anda mencari saya Pak?" lanjut Kirana sopan.

"ohh, begini mengenai kerja sama dengan Kaviandra Group, lusa adalah waktu pelaksanaan nya, jadi mereka ingin kamu memantau detail persiapan nya." jelas Evan profesional ke Kirana.

"saya pak?" tanya Kirana bingung. "iya kamu" sahut Evan ringan, "kenapa bisa saya pak, mereka memiliki banyak orang di perusahaan nya kan untuk mengurus persiapan promosi, dan launching setiap properti mereka, dan saya, bukan maksud ku Perusahaan kita sudah menyerahkan Konsep nya jadi tidak ada lagi tanggung jawab saya didalam nya pak" ucap Kirana menolak permintaan Evan. "benar, tapi pihak mereka ingin yang membuat Konsep lah yang mengatur semua persiapan nya, agar Konsep itu sesuai dalam pengimplementasian nya" jelas Evan. "jangan membantah, maaf, tolong kesempingkan urusan pribadi mu, bagaimana pun dia klien kita" ucap Evan yang sempat membuat Kirana terdiam. " baik,, saya profesional pak, tapi jika pihak Kaviandra mengusik saya, maka mohon maaf saya akan melepas tanggung jawab itu, dan jika perusahaan ingin memecat saya , saya tidak keberatan" balas Kirana tegas. Evan tentu kaget mendengar ucapan Kirana, 'benar benar wanita berhati Es, dan angkuh, tapi dia sangat bersinar' ya itu lah batin Evan. "oky" sahut Evan ringan dan meninggalkan ruangan Kirana.

Sepeninggal Evan Kirana melepas nafas leganya begitu kasar. "hufffftttt, orang punya kekuasaan selalu bertindak sesukanya" gumam Kirana. Dia ingat dengan makanan yang di bawa Farhan, dia pun menuju sofa membuka bungkusan itu, dia tersenyum dan melahap makanan itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C109
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous