Télécharger l’application
100% Bangtan Over Flowers (BTS) / Chapter 39: Miss Right

Chapitre 39: Miss Right

(translation)

Yes you're my only girl, you're the best

I want to know about your day, I want to become your sighs

Yes you're my only girl, you're the best

You're someone who only exists in the movies

It's you

Ketika Jimin menyanyikan lagu "Miss Right" diberbagai konsernya. Wajah Suzy seperti terpampang diribuan penonton yang sedang berteriak mengelu-elukan namanya.

(translation)

Your sexy mind and your sexy body

You were even born with sexy brain wrinkles

Just in jeans, a white tee and converse high tops

That makes me wanna party on your body

At the end of of your long, shiny hair

Your gentle hips sing

You're like a forest, shining inside the city

With that unrealistic body, you embrace my reality

And I want you to be really really real for me

Sometimes like my mom, sometimes you're my energy

I'm an honest guy

I'm so nice on the outside that my enemies can't stop being honest

You're so different from the normal people outside

That's why you're called the ideal type

Yeah, when I think of you, my heart grows cold

You're my winter ocean, I want to walk by you

____

Jimin memeluk Suzy saat perempuan itu turun dari mobil jemputannya beserta sebuah koper mini berwarna merah. Suzy menahan nafasnya karena keadaann bandara ramai seperti biasanya dan Jimin sama sekali tidak menutup dirinya.

"Jimin, mengapa kau tidak memakai masker, topi atau apapun itu?", tanya Suzy saat Jimin melepas pelukannya. Suzy merasa banyak pasang mata melihat kearah mereka dan ia yakin banyak yang mengambil gambar mereka berdua.

"Karena aku Park Ji Min", Jimin tersenyum lebar, membuat matanya menghilang.

"apa sih maksudmu?".

Jimin menarik koper Suzy dan menggenggam tangan Suzy dengan erat. Beberapa body guardnya sudah bersiap untuk memberi jalan karena tidak sampai hitungan ke sepuluh, fansnya sudah mengerubungi mereka berdua entah datang darimana. Jimin mempererat genggamannya. Jimin jalan dengan penuh percaya diri. Ia melingkarkan tangannya dibahu Suzy. Rangkulannya membuat Suzy merasa nyaman. Jimin menebar senyuman saat banyak yang ingin melihat mereka berdua dan juga bahkan ingin menyentuhnya namun usaha itu tidak membuahkan hasil karena body guard mereka yang sangat sigap.

Akhirnya mereka sudah aman setelah berhasil masuk kedalam imigrasi. Mereka mengurus semua dan juga beberapa pemeriksaan. Suzy baru pertama kali pergi ke luar negeri. Jimin mengajaknya untuk ke Paris, menghabiskan waktu mereka selama berhari-hari hingga hari ulang tahun Jimin.

Setelah semua pemeriksaan, mereka masuk kedalam lounge yang diperuntukkan untuk orang-orang yang menggunakan first class. Mereka akan makan disini terlebih dahulu sembari menunggu penerbangan. Lounge ini sangat mewah dan menyediakan banyak sekali makanan yang terlihat sangat lezat.

Sedari tadi Jimin tidak melepas rangkulannya. Ia mengikuti kemanapun Suzy melangkah. Jimin benar-benar menggelendot dan sangat manja. Membuat banyak yang memperhatikan mereka.

"aku penasaran, bagaimana berita diluar sana", bisik Suzy sembari menaruh makanan dipiring yang dipegang Jimin.

Jimin tertawa, "Mereka harus tahu. Aku tidak mau dikira hanya berbicara omong kosong lagi saat dikonser waktu itu".

Suzy terkejut mendengar jawaban Jimin yang sama sekali tidak khawatir, "maka itu kau sengaja tidak menyembunyikan dirimu".

Jimin mengangguk, ia mengecup pipi Suzy yang terkejut. Jimin melepaskan rangkulannya dan pergi mengambil minuman. Sebenarnya ia tidak kuat menahan rasa malunya sehabis mengecup pipi Suzy. Ini pertama kali baginya bersikap terbuka ditempat umum. Siapa yang tidak tahu dirinya di sini bahkan ia tahu ada yang diam-diam mengabadikan moment mereka sedari tadi. Tapi Jimin tidak peduli. Ia merasa memang Suzy layak untuk diakui seperti ini.

Sekarangpun Jimin sudah diberikan kebebasan dari perusahaannnya selama itu tidak mencemarkan nama baiknya sendiri. Dan bermesraan di Korea bukanlah hal yang tabu asalkan masih dalam tahap wajar.

Suzy merasakan pipinya panas. Ia mengipas dirinya dengan tangan kosongnya. Berusaha mengatur pernafasannya. Ini benar-benar hal yang tidak ia kira akan Jimin lakukan.

Setelah menunggu selama kurang lebih dua jam. Jimin dan Suzy masuk kedalam pesawat dan menuju ke tempat mereka. Suzy takjub melihat mewahnya pesawat mereka berdua terutama karena mereka mengambil first class. Suzy tidak pernah berfikir akan naik pesawat pertama kali dengan Jimin dengan fasilitas semewah ini.

Suzy duduk dengan berusaha menyamankan dirinya namun ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia merasa canggung.

"Apa kau yakin ini tempat kita?", tanya Suzy dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Jimin mengangguk, "Nikmati saja dan buatlah dirimu dengan nyaman".

Seorang pramugari menghampiri mereka dan menawarkan minuman. Jimin meminta dua gelas untuk mereka berdua. Ia memberikan satu gelasnya untuk Suzy.

"mari bersulang untuk kencan pertama kita", mereka becheers ria dan meminum minuman alkoholnya dengan sekali tenggak.

____

Suzy membuka matanya. Setelah berjam-jam melakukan perjalanan. Saat mereka sampai hotel, hal yang pertama Suzy lakukan adalah tertidur. Ia ingat bahwa ia tertidur di sofa namun sekarang ia sudah berada dibawah selimut.

Suzy duduk diatas ranjang. Ia melihat pemandangan kota paris yang sangat indah. Menara Eiffel terlihat jelas dari hotel dimana Suzy dan Jimin menginap. Jendela terbuka lebar didepan mata Suzy. Suzy menyandarkan kepalanya. Ia tersenyum dan mengakui bahwa pemandangan didepannya sangat indah.

Jimin keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono putih bersih. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"kau sudah bangun. Aku juga belum lama bangun dan langsung mandi. Mandi sana".

Saat melihat Jimin minum, Suzy menelan ludahnya. Sudah berkali-kali Suzy terhipnotis dengan penampilan Jimin yang semakin hari semakin menakjubkan walaupun tanpa make up atau baju yang mendukung.

"Kau mau mandi sendiri atau aku yang akan memandikanmu?".

"ihhhh, jangan bicara sembarangan", Suzy buru-buru bangun dan bergegas masuk kedalam kamar mandi.

Jimin terkekeh melihat Suzy menghambur dengan cepat. Ia pun memilih baju yang akan ia pakai. Ia harus memakai yang hangat karena sekarang sudah malam.

"Jiminnnn, tolong ambilkan koperku. Aku lupa mengambil baju".

Jimin langsung merasa berdebar, pikiran lelakinya berjalan menyeruak difikirannya namun ia mengguncangkan kepalanya dan mengambilkan koper untuk Suzy.

"mengapa kopermu sangat kecil. Apa kau membawa baju yang sesuai?".

"iya. Aku bisa mencucinya nanti".

Jimin menahan tawanya saat mendengar ucapan Suzy yang langsung menutup pintu dan menguncinya.

.

.

.

Setelah Suzy sudah siap. Jimin menatap Suzy yang sangat imut dengan kupluk yang menutupi telinganya dan juga syal. Ia memakai baju sederhana dan juga sepatu kets berwarna putih. Jimin merasa Suzy terlihat keren dan cantik dengan style simple seperti ini.

"apa kau merasa hangat? karena sepertinya diluar cukup dingin".

Suzy mengangguk, "Aku aman".

"baiklah kita akan makan malam direstaurant yang sudah kupesan".

Suzy mengangguk dan mengikuti langkah Jimin. Lelaki ini semakin tampan dengan coat hitam yang menyampir hingga bawah. Jimin mengenakan syalnya yang terlihat mewah. Suzy merasa sedikit minder, penampilan mereka berdua sangatlah berbeda. Setiap ada cermin, Suzy menatap pantulannya untuk membandingkan dengan penampilan Jimin. Ia hanya mendesah pasrah, seharusnya Suzy lebih peduli dengan penampilannya. Semenjak kuliah dan membiayai hidup sendiri, Suzy terlalu hemat.

.

.

.

Suzy turun dari mobil yang sudah disewa oleh Jimin dan seorang penjaga pintu menyambut mereka berdua dengan ramah. Jimin berbicara dengan bahasa inggris namun Suzy tersenyum ketika mengetahui bahwa bahasa inggris Jimin tidak begitu fasih.

Seorang pelayan cantik dan berbaju formal menunjukkan jalan untuk Jimin dan Suzy. Banyak orang-orang berkuliat putih dan berambut pirang ataupun warna warni disini. Mereka semua menikmati waktu mengobrol dengan santai. Suasana restaurant sekaligus bar ini juga nyaman. Tidak ramai tapi juga tidak sepi karena ada alunan lagu yang menemani.

"Jangan meledek bahasa inggrisku. Aku sangat berjuang untuk mempelajari, setidaknya easy converastion", kata Jimin saat mereka baru duduk dimeja.

Suzy mengangguk tanda mengerti. Setelah ia membuka buku menu, kali ini ia tersenyum karena dirinya sendiri. Bahasa yang digunakan dimenu itu adalah bahasa prancis.

"tolong pesankan untukku", ucap Suzy dan Jimin mengerti maksudnya.

Setelah pelayan menerima pesanan mereka dan ia pergi. Jimin mendengar alunan musik yang sangat pas. Beberapa pasangan turun ke lantai dansa. Jimin berdiri dan memberikan tangannya untuk Suzy sambut.

Suzy menatap Jimin dengan bingung apa maksudnya. Ia melihat ke sekeliling bahwa banyak yang mulai pergi ke lantai dansa untuk menari bersama pasangannya masing-masing.

"Aku tidak bisa berdansa atau menari", Suzy tersenyum kaku, ia menghindari tatapan Jimin.

Jimin menarik tangan Suzy, ia tidak ingin melewatkan moment ini.

Suzy menahan nafasnya karena sekarang ia dan Jimin sudah ada dilantai dansa bersama beberapa pasangan yang sepertinya sudah siap untuk berdansa bersama.

Denting piano mulai mengalun dengan baik. Terdengar beberapa suara langkah dari heels-heels tinggi para perempuan. Sedangkan Suzy memakai sepatu kets. Ia melihat sekelilingnya dan tidak ada yang berpakaian sesantai dirinya.

Jimin mengerti bahwa perempuan didepannya tidak percaya diri. Ia sibuk melihat sekeliling daripada menatapnya. Suzy tidak tahu bahwa pipi Jimin memerah bukan karena rasa dingin, bukan pula karena alkohol yang belum sempat mereka minum tapi karena ia tersipu akan kecantikan Suzy yang alami.

Jimin tiba-tiba mengangkat Suzy dari pinggangnya. Suzy terkejut saat kakinya menginjak kaki Jimin.

"ikuti saja langkahku", bisik Jimin tepat ditelinga Suzy.

Perlahan-lahan Jimin menggerakan kakinya, membuat Suzy ikut melangkah kemanapun kakinya mau. Suzy melingkarkan tangannya dileher Jimin. Ia sangat hati-hati karena ia tidak mau terjatuh. Suzy menunduk untuk memperhatikan langkahnya.

Jimin mempererat pelukan tangannya dipinggang Suzy. Membuat tubuh Suzy semakin melekat padanya. Ia melihat mata Suzy membulat melihatnya.

"kau tahu Lee Suzy? Kau sangat pas dengan lagu ini".

"mengapa begitu?".

"Kulitmu lembut dan halus seperti alunan lagu ini. Wajahmu sangat tegas memperhatikan sekeliling seperti tempo pada lagu ini. Tapi yang kumau hanya satu".

"a-apa?".

"Tatap aku saat kita berdansa. Nikmati dan percayakan langkahmu padaku. Kau sangat cantik dengan penampilanmu yang berbeda dan sederhana", Jimin mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi, "aku tidak sabar membawamu kedalam pelukanku".

Suzy merasakan aliran panas yang merambat keseluruh tubuhnya saat ia jelas melihat tatapan menggoda Jimin. Ia sama sekali tidak tersenyum, melainkan wajahnya sangat serius, seperti menantang Suzy. Bibir Jimin terlihat begitu penuh. Suzy merasa keringatnya mulai keluar. Ia pun mengatur nafasnya dan menuruti apa kata Jimin.

Suzy tidak lagi menunduk, tapi ia menatap Jimin yang sekarang mulai tersenyum. Ia memang penari handal. Suzy benar-benar menikmatinya.

Mereka merasa seperti dunia milik berdua. Tidak ada yang mengganggu mereka. Hanya ada suara langkah sepatu Jimin, wangi parfum Suzy yang manis dan segar, serta alunan musik yang sangat indah. Suzy tidak pernah merasa sebahagia ini. Jimin pun merasakan jantungnya kian berdebar. Akhirnya ia bisa menikmati waktu seperti ini dengan Suzy. Biasanya ditempat seperti ini, Jimin hanya menikmati minuman hingga mabuk dan memikirkan Suzy sembari melihat pasangan-pasangan menikmati waktu mereka.

Namun sekarang, Suzy ada didepan matanya. Dengan penampilannya yang sempurna. Ia tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak membuat Suzy jatuh kedalam pelukannya.

Jimin membelai kening Suzy, turun ke pipi hingga tengkuknya. Ia mengusap dengan ibu jarinya. Membuat Suzy merasa agak merinding.

Jimin senang menggoda Suzy dan melihat perubahan ekspresi wajah Suzy yang suka panik.

Mereka sekarang berputar. Alunan semakin berada dipuncaknya. Langkah kaki Jimin bergerak mengikuti tempo lagu. Suzy tersenyum dengan ceria. Ia tidak pernah menari seperti ini sebelumnya.

.

.

.

Suzy benar-benar kelelahan membawa Jimin masuk kedalam kamar hotel dalam keadaan mabuk. Suzy tidak menyangka bahwa Jimin sangat gemar minum dan sekarang ia setengah sadar.

Suzy menaruh Jimin dikasur dengan kasar. ia benar-benar kelelahan. Suzy bersyukur memakai setelan yang membuat dirinya tidak kesulitan saat membopoh Jimin. Bulir-bulit keringat mengalir. Ia sangat kegerahan.

Suzy membuka syal, mantel dan juga sepatunya. Ia menggantinya dengan sandal hotel. Lalu Suzy menutup tirai jendela dan menara Eiffel menghilang dari pandangan mereka.

Suzy berusaha melepaskan sepatu dan juga kaus kaki Jimin. Ia melepaskan mantel Jimin. Suzy tidak sadar bahwa sedari tadi sepasang mata Jimin sudah terbuka, menatapnya yang sedang keribetan sendiri.

Suzy terkejut saat tangan Jimin memegang bahunya dan sepersekian detik Jimin berada diatas tubuhnya. Suzy sudah terbaring. Jantungnya terasa ingin meledak. Ia melihat wajah Jimin tepat berada diatas wajahnya. Mata Jimin menatapnya.

Jimin membelai keningnya dengan satu jarinya, turun kehidungnya lalu mengusap bibirnya perlahan. Suzy tidak tahu bahwa sentuhan ini benar-benar membuat kesadarannya seakan-akan tersedot entah kemana. Jari Jimin berhenti didagu Suzy lalu ia menarik dagu Suzy sedikit dan mengecup bibirnya perlahan.

Bibir mereka saling mengecup. Tangan Jimin menumpu badannya. Tempo ciuman Jimin semakin cepat. Suzy belajar dengan cepat, ia mengikuti tempo Jimin dengan cermat. Jimin merasa senang bahwa Suzy menikmati ciumannya. Tidak ada penolakan seperti yang biasa Suzy lakukan.

Lidah Jimin mulai menjelajahi bibir Suzy yang sangat sexy. Perlahan masuk kedalam dan mereka melakukan french kiss. Suzy berfikir ciuman ini sangat tepat dilakukan diparis. Benar-benar lelucon. Namun fikiran itu langsung menghilang saat Jimin menghentikan french kiss mereka, bibir Jimin bergerak menelusuri wajah Suzy.

Dari kening, hidung, bibir, dagu dan sekarang leher. Suzy tidak tahan dengan rasa yang baru ia rasakan. Sensasi yang berbeda. Ia menikmati setiap kecupan Jimin. Desahan nafasnya yang sangat terasa disetiap aliran darah yang Jimin sentuh.

Jimin sangat menyukai leher Suzy. Harumnya menari-nari dihidung Jimin, "kau sangat harum Lee Suzy", ucap Jimin saat bibirnya didekatkan ditelinga Suzy yang sekarang mulai mengusap tengkuk Jimin.

Jimin mengecup telinga Suzy. Tangannya mulai mengusap pinggang Suzy dengan lembut. Jimin kembali menyerang bibir Suzy. Mereka berciuman dengan berapi-api. Nafas mereka berdua memburu. Gelora yang selama ini belum pernah mereka rasanya akhirnya mengelili mereka berdua.

Perasaan ingin memiliki Jimin sudah tidak terbendung. Ia menghentikan ciumannya dan menatap Suzy yang sudah tidak dapat bergerak kemanapun. Jimin berhasil membuatnya jatuh dan mereka berdua mengerti apa yang harus dilakukan. Jimin mematikan lampu.

.

.

.

Park Ji Min dan Lee Suzy menikmati waktu mereka dengan baik. Mereka memutuskan untuk saling memiliki. Mereka memutuskan untuk menyatukan diri mereka. Jimin benar-benar memeluk Suzy, membuatnya jatuh kedalam pelukannya, membuat Suzy tidak dapat kabur darinya.

Jimin mencintai Suzy dengan seluruh caranya. Bagaimana Suzy berusaha memantaskan diri, bagaimana Suzy menunggu dengan sabar, bagaimana Suzy melarikan diri darinya karena tidak mempercayai bahwa Jimin didepannya. Namun sekarang Jimin akan membawanya bersamanya. Jimin bertekad membuat Suzy berbahagia bersama dirinya. Membuat Suzy lupa bahwa dirinya pacar seorang idol yang dibully tapi Suzy akan bersyukur karena memiliki pacar seorang Park Ji Min.

Jimin akan membuat Suzy merasa menjadi wanita paling beruntung karena memiliki dirinya. Karena Suzy adalah Miss Right bagi Park Ji Min.

* THE END *


Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C39
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous