Télécharger l’application
53.84% Bangtan Over Flowers (BTS) / Chapter 21: CHAPTER VII

Chapitre 21: CHAPTER VII

Sudah berkali-kali Jimin salah saat latihan dance bersama groupnya. Ia kesal hari ini ia benar-benar tidak bisa fokus. Fikirannya berantakan mengingat sudah beberapa hari beluk bertemu Suzy. Ia tidak tahu bagaimana keadaan perempuan itu. Ketika ia pulang kerumah juga Suzy sudah tertidur. Mereka tidak memiliki waktu bahkan hanya untuk bertegur sapa.

RM meminta Jimin untuk istirahat terlebih dahulu. Kejadian baru-baru ini pasti membuat ia terpukul walaupun sudah menyelesaikannya dengan baik.

"Jimin, lebih baik kau pulang lebih dulu", ujar RM saat menghampiri Jimin yang sedang duduk sembari melamun.

"ha? tidak perlu. aku ... ah maafkan aku Hyeong", Jimin menghembuskan nafasnya dan berdiri.

Jung Kook berkata, "salam untuk Suzy ya", ucapnya dan mereka berhigh five.

Itulah Bangtan Flowers. Mereka akan percaya kepada temannya dan juga mendukung apapun keputusan temannya. Jimin bukan orang yang selalu melakukan kesalahan, dirinya dan dance seperti sudah satu jiwa jadi pasti pikirannya benar-benar mencemaskan Suzy maka dari itu RM memberinya kesempatan.

***

"aku mau".

Jimin berbalik menatap Suzy. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang ia bicarakan barusan. Semuanya muncul begitu saja saat menatap Suzy keluar dari perpustakaan. Ia masih memiliki beberapa jam sebelum hari usai. Ia harus memanfaatkan waktunya dengan baik.

Jimin merasa lega setelah Suzy menjawabnya sesuai harapannya. Dadanya sudah tidak sesak dan ia menghembuskan nafas dengan kencang.

"ada apa? kenapa kau seperti itu?", Suzy mengamati Jimin, "apa kau menyesal mengajakku berkencan?".

Jimin tertawa, "tidak ada apa-apa. Ayo".

Suzy menahan Jimin, "akukan masih harus sekolah. bagaimana sih", protes Suzy.

Jimin tersenyum hingga matanya tidak terlihat, "bolos sekali tidak akan membuatmu menjadi peringkat terakhir disekolah ini. lets goo!!!"

Setelah Jimin dan Suzy sudah keluar dari sekolah dengan mobil pribadi Jimin. Ia sebenarnya bingung kemana harusnya mereka kencan karena sejujurnya Jimin tidak pernah kencan atau kefikiran untuk kencan.

Suzy mengamati mobil pribadi Jimin. Ia tidak pernah naik mobil semewah ini. Ia mengamati jalanan yang semakin lama semakin berbeda dari kawasan kota.

"hmmm sebenarnya kita mau kemana sih? sepertinya aku tidak pernah melewati daerah ini", tanya Suzy.

Jimin tersenyum, "kuharap kau akan suka".

Suzy tidak menyangka bahwa saat ia bangun dari tidurnya, mobil Jimin sudah terparkir dan cowok itu tidak ada disampingnya, Suzy disambut oleh angin yang lumayan kencang dan ternyata pantai menyapanya.

Jimin sedang duduk dibibir pantai didepan sana. Suzy berlari menghampiri Jimin.

"kau gila? ini terlalu jauh dari rumahmu bukan? besok juga kau harus pergi lagi ke asrama dan sekolah karena sudah beberapa hari kalian izin", teriak Suzy karena suara debur ombak lumayan membuat suaranya tenggelam.

Jimin meraih tangannya dan membuatnya duduk. Ia menatap pantai dengan tatapan yang damai. Suzy mulai berdegup.

"aku sudah lama ingin kesini namun tidak pernah ada waktu", ucap Jimin senang, "tadi saat dijalan yang kufikirkan ingin membuatmu terkesan dikencan pertama kita mungkin seperti bermain di taman hiburan, menonton, dinner atau apapun itu", Jimin menatap Suzy, "namun kurasa hal ini yang membuat perasaan kita bisa lebih menyatu lagi. ketenangan dan kejujuran".

Jimin sudah tidak ingin menyembunyikan perasaannya lagi. Ia melihat wajah Suzy dengan seksama. Matanya yang indah walaupun terlihat lelah, rambutnya yang panjang dan sering berantakan dan juga bibirnya yang menawan namun sering memaki Jimin dengan sebutan kepala gulali.

Jimin terkekeh begitu mengingat saat-saat mereka bertengkar. Namun Suzy berhasil membuat Jimin untuk lebih mengatur sikap dinginnya terutama terhadap murid-murid Shinhwa lainnya.

Sikap Suzy yang ternyata berani dengannya membuat dirinya semakin lama semakin malu ketika ia bersikap kasar ke orang-orang yang seharusnya tidak ia perlakuka seperti itu.

"hmm baiklah. terserahmu saja", ucap Suzy yang mengalihkan pandangannya.

Suzy mendengar suara perut Jimin yang menandakan lelaki itu ternyata lapar.

Jimin berdiri dan membersihkan celananya dari pasir-pasir, "ayo kita pergi ke tempat langgananku makan seafood disini dan kita kembali lagi kesini untuk main", ajak Jimin.

Suzy hanya mengikuti saja Jimin melangkah. Saat Jimin menghentikan langkahnya, ia bingung karena tidak ada yang berjualan disekitar sini.

"sepertinya mereka sudah tutup", ucap Jimin lemas. Ia memegangi perutnya yang sudah keroncongan.

"haduh kau ini bagaimana? kau mengajakku ketempat yang sepi dan tak ada yang berjualan".

"mungkin karena ini bukan weekend", sahut Jimin sembari melihat kesana kemari namun memang sangat sepi.

"kapan terakhir kau kesini?"

Jimin menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya sembari menyengir, "dua tahun yang lalu".

"APA?!".

Jimin berusaha sabar mendengarkan Suzy mengomel sepanjang perjalanan. Perempuan itu langsung menyeret Jimin sehabis Jimin berkata terakhir ke pantai itu adalah 2 tahun yang lalu. Karena itu jelas saja yang ada dibayangan Jimin jauh berbeda dengan keadaan sebenarnya.

Memang pantai itu cantik namun jika tidak berpenghuni, itu sangat menyeramkan.

"sudah sudah. aku minta maaf. aku sabgat lapar. tidak bisakah kau menahan omelanmu sebentar sajaaa, setidaknya hingga aku kenyang?", Jimin memohon sembari menyetir.

"maaf", Suzy berhenti mengoceh, ia melihat sebuah toko minimarket, "disana, ayo kita kesana!!!", pinta Suzy.

Jimin tidak mau keluar karena toko itu kusam dan terlihat tua. Jimin tidak terbiasa berada ditoko seperti itu. Jangankan toko begini, toko swalayan saja ia tidak pernah berkunjung.

"ayolahh, nanti kau sakit jika tidak makan", bujuk Suzy sudah keberapa kali dan tiba-tiba suara perut Suzy pun terdengar, "yasudahlah aku akan makan sendiri. kalau kau mau mati sembari menyetir silahkan. tapi aku tidak mau!", Suzy keluar dari mobil dan masuk kedalam minimarket tersebut.

Seorang kakek menyambutnya dengan senyum. Suzy melihat ada spot dimana ia bisa duduk lesehan. Suzy pun duduk dan si kakek menghampirinya dan memberi tahu bahwa disini ada makanan matang seperti teokbokki dan kimbab saja. Suzy pun memesan dua porsi.

Benar firasat Suzy. Jimin tidak bisa menahan laparnya apa bila ia sudah berkata lapar. Jimi masuk dan berjalan dengan sangat hati-hati. Kepalanya berputar sana sini. Seperti ia takut tertangkap sesuatu. Ia duduk didepan Suzy yang memasang wajah flat.

"apa yang kau pesan?", tanya Jimin.

"teokbokki dan kimbab".

"hanya itu?", Jimin memastikan.

Suzy mengangguk. Jimin pasrah saja yang penting dia bisa makan.

sekitar 15 menit kemudian, makanan datang dengan masing-masing dua porsi. Namun ada yang membuat Jimin merasa janggal karena tteokbokki itu sangat biasa dan tidak memiliki keju diatasnya, kimbab itu juga hanya diisi sayuran dan telur saja. Tidak ada daging sapi ataupun tuna.

"apa ini", Jimin berbisik.

Suzy sudah tidak tahan dengan rengekan Jimin, ia menyodorkan Kimbab yang sudah dicelup saus tteokboki yang merah. Matanya melebar membuat Jimin membuka mulutnya dan mengunyah.

Jimin terkejut dengan raja kimbab dan saus yang sangat cocok. "whoaaa, ini lezat sekali", Jimin mengambil sumpitnya sendiri.

Si kakek penjual datang lagi dengan membawakan sepiring kimchi gratis dan juga satu teko air minum.

"Kimbab dan tteokboki ini sangat lezat. kalian sangat henat membumbuinya", puji Jimin sembari melahap kembali tteok dan juga kimbab, mulutnya sekarang full.

Si kakek hanya tersenyum, dan kembali lagi ketempatnya.

Melihat Jimin sangat lahap memakan makanan yang sangat sederhana membuat Suzy bahagia. Jimin sudah mau masuk kedalam sini saja pasti Madam Jane tidak akan percaya.

"jangan menatap dan terpukau denganku. ayo makan, kurasa aku mau kimbabnya lagi satu porsi", pinta Jimin.

Suzy dengan senang memesan lagi untuk Jimin.

"whoaaa aku tidak menyangka mereja sangat pintar membuat makanan sederhana menjadi selezat itu", ucap Jimin saat mereka sudah masuk kedalam mobil.

"kau tau apa artinya itu?" tanya Suzy dan Jimin melihat kearahnya, "itu artinya. Kau tidak boleh menilai seseorang atau apapun hanya dari luarnya saja. Kau harus mengenalnya, berbicara dengannya maupun memakan makanannya sebelum kau menilai siapa orang itu", ujar Suzy.

Jimin mengangguk, "iya aku setuju. Maafkan aku sudah bertingkah seperti tadi".

"ya tidak apa asalkan kau ikhlas ketika memberikan mereka uang lebih", ucap Suzy. Ia melihat Jimin memberikan uang dua kali lipat lebih besar daripada harga makanan mereka.

Jimin tersipu, ia memalingkan wajahnya dan menyalakan mesin mobil. Ia tidak menyangka bahwa kencan pertamanya akan semenyenangkan ini dengan hal sesederhana ini.

Suzy sangat senang melihat perubahan Jimin yang sangat pesat. Ia berharap Jimin selalu seperti ini walaupun ia akan menjadi bintang nantinya. Sebuah perasaan tidak nyaman muncul saat Suzy berfikir akan hal itu. Apa Jimin tetap akan selalu ada untuknya atau malah sebaliknya.

Akhirnya mobil Jimin tiba didepan rumahnya. Ia tidak dapat masuk karena ia akan kembali ke dorm bersama bangtan yang lain. Selama trainee memang mereka akan tinggal bersama agar mendapatkan chemistry yang kuat dan juga waktu latihan bersama.

"terima kasih untuk hari ini Jimin", ucap Suzy. Saat ia ingin keluar, Jimin menarik tangannya sedikit kencang membuat mereka menjadi saling tatap.

Jimin menatap kedua mata Suzy yang berusaha menghindarinya, Jimin tersenyum saat Suzy menutup matanya, Ia meniup wajah Suzy membuat Suzy terkejut dan malu.

Ternyata Jimin hanya menggoda Suzy dan tidak menciumnya, ia merasakan wajahnya memanas. Suzy ingin keluar lagi namun Jimin menariknya lebih kuat. Ia tidak boleh terkecoh lagi.

Jimin mengecup bibir Suzy, wanita itu benar-benar terkejut karena tidak keburu untuk memejamkan matanya lagi.

"Lee Suzy, aku sudah tidak bisa menahannya lagi", Jimin berbisik dan tidak melepaskan tatapannya, ia mengecup lagi bibir Suzy, "aku mencintaimu. Hanya kau yang bisa membuatku menggila tapi kau juga yang bisa membuat aku selembut kain sutra", Jimin memegang wajah Suzy. Ia benar-benar jatuh akan Suzy.

Suzy berdebar dengan dahsyat, dua kali Jimin mengecupnya dengan menggoda. Desiran keringat sudah keluar. Ia tidak mengerti mengapa dirinya seberani ini, ia mencium bibir Jimin saat Jimin memegang wajahnya.

Ia mendorong Jimin sedikit, ia tidak tahan dengan degupan jantungnya sedari tadi saat Jimin menggodanya. Bibir Suzy seperti bertemu dengan pasangannya yang sangat serasi.

Jimin memeluk pinggang Suzy dan membuat perempuan itu semakin jatuh ke pelukannya.

"jadi ini hari pertama kita?", tanya Jimin disela-sela ciumannya dan Suzy mengangguk mengiyakan.

Jimin benar-benar bahagia. Ia memeluk Suzy dengan sangat erat. Ia tidak pernah merasakan sebahagia ini. Entah apa yang ditaruh didalam kimbab dan teokbokki itu tapi mereka benar-benar bahagia hari ini. Dan merekapun berpisah. Jimin benar-benar tidak menyangka , apa yang ia lakukan secara spontan justru membuat Suzy menjadi miliknya sekarang.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C21
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous