Télécharger l’application
66.66% My Strange 2'nd Life / Chapter 2: Episode 2

Chapitre 2: Episode 2

Seminggu sudah berlalu sejak aku terbangun sebagai Puteri Zanitha dari kerajaan Agrafin. Suasana dalam istana, orang-orang di sekitar termasuk para pelayan dan ksatria, sama persis dengan novel yang waktu itu kubaca. Semua pelayan terlihat takut, cemas, dan waspada setiap kali berpapasan denganku. Yaah ... mau bagaimana lagi.

Zanitha Ester Agrafin, puteri pertama di kerajaan ini sejak kecil sudah punya sifat yang kurang baik. Menurut novel yang kubaca, karna kekurangan kasih sayang dari sang ayah yang tidak lain adalah raja Agrafin, Zanitha tumbuh menjadi anak yang sering berperilaku seenaknya. Memperlakukan para pelayan seperti budak, memecat tanpa alasan, sering melempar barang apapun ketika marah, dan masih banyak lagi sifat buruk Zanitha.

Aku sudah tahu cerita masa kecil Puteri Zanitha dari novel waktu itu, dan aku juga tahu siapa yang benar-benar sangat menyayanginya meski punya sifat yang luar biasa buruk. Pelayan yang membangunkanku seminggu lalu, namanya Helen. Dialah satu-satunya orang yang selalu berada di sisi Zanitha hingga gadis itu dihukum mati. Helen bahkan ikut menerima eksekusi karna terus membela Zanitha. Aku juga tahu siapa Helen sebenarnya.

Yang membuatku sangat tidak menyukai Puteri Zanitha adalah sikapnya terhadap orang-orang di sekitar. Hanya karna sang ayah mengabaikan keberadaannya, dia melakukan kejahatan terhadap semua orang. Gadis itu bahkan tidak menghargai keberadaan Helen yang sudah merawatnya sejak bayi.

Tapi setelah satu minggu aku menjalani kehidupan sebagai Zanitha, sepertinya aku mengerti kenapa dia jadi memiliki banyak kebencian dan juga dendam. Dalam novelnya, aku yang sebagai pembaca mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ibu kandung Zanitha, siapa Helen sebenarnya, serta jati diri Zanitha sebagai Puteri satu-satunya sebuah kerajaan. Tapi sayangnya Puteri Zanitha tidak mengetahui apapun dan terjerat dalam kebencian hingga menyebabkan dirinya dihukum mati.

Haah ... kalau seandainya aku menjalani kehidupan di sini saat usia Puteri Zanitha masih lima belas tahun, ketika dia belum bertemu dengan Pangeran dari kerajaan Vadhesa dan terobsesi padanya, mungkin situasinya masih bisa kukendalikan. Tapi sayangnya, dua hari lagi adalah pernikahan Puteri Zanitha! Aku tidak tahu bagaimana cara menghentikan pernikahan ini atau kabur dari istana.

Selama dua puluh tiga tahun hidupku sebagai Choi Hyun Ji, tidak pernah sekalipun aku merasakan yang namanya kencan apalagi punya hubungan spesial dengan laki-laki. Jadi bagaimana mungkin sekarang aku harus menerima laki-laki asing sebagai suami? Dan yang lebih penting aku tidak mau menikahi laki-laki selain biasku, Kim Seok Jin BTS. Aku tidak mau mengkhianati kepercayaannya.

Aarrghh .... aku harus bagaimana agar bisa keluar dari tempat ini? Aku tidak mau menikah dengan lelaki yang bahkan tidak mencintaiku. Apalagi dia yang akan menjatuhkan hukuman mati pada Puteri Zanitha saat usianya dua puluh tahun.

Sebenarnya aku pernah melakukan kesalahan apa pada kehidupan sebelumnya? Selama hidup sebagai Hyun Ji tidak pernah sekalipun aku bersikap tidak sopan atau kurang ajar terhadap orang tua. Aku juga selalu menuruti apa yang dikatakan Kakak. Kehidupan bersama teman-teman saat sekolah hingga kuliah juga baik-baik saja. Lalu kenapa aku dikirim ke tempat ini sebagai Puteri Zanitha? Kenapa tidak jadi pemeran utama wanitanya saja?

Haahh ....

"Akhir-akhir ini Nona selalu menghela napas. Apa ada masalah?"

Bola mata hijauku yang sejak tadi menatap kosong ke luar jendela mengalihkan pandangan pada wanita yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Helen."

Wanita berambut hitam itu terlihat sedikit terkejut dan menatapku agak lama.

"Nona yakin baik-baik saja? Maaf lancang mengatakan hal ini, tapi ini pertama kalinya Nona mengucapkan terima kasih pada orang lain. Dan lagi akhir-akhir ini Nona tidak keberatan ketika saya memanggil dengan sebutan 'Nona'."

Benar. Zanitha yang ada di dunia ini tidak pernah sekalipun menghargai orang lain apalagi sampai mengucapkan terima kasih. Hal itu juga yang membuatku tidak suka hidup sebagai Zanitha. Dia tidak punya teman satu pun. Tidak ada yang bisa dijadikan tempat bersandar olehnya di kerajaan Agrafin. Tapi setidaknya aku tahu kalau Helen akan selalu berada di sisi Zanitha tidak peduli apa yang sudah dilakukannya.

"Aku selalu berterima kasih padamu, hanya saja tidak pernah kusampaikan." Bibirku mengembang lebar, menatap Helen yang berdiri kaku, terlalu kaget dengan yang kukatakan mungkin. "Terima kasih sudah merawat dan menyayangiku sejak dulu. Dan terima kasih juga karna selalu berada di sisiku."

Ini pertama kalinya Zanitha mengatakan hal manis pada pengasuh sekaligus pelayan pribadinya, dan aku bersumpah tidak akan jadi yang terakhir.

"Aku minta maaf karna sering berbuat kasar dan menyakiti perasaanmu. Dan aku lebih senang mendengarmu memanggilku dengan sebutan Nona daripada Tuan Puteri."

Karna aku tahu alasan Helen tidak bisa memanggil Zanitha dengan sebutan Tuan Puteri. Bagi wanita itu ia hanya punya satu Tuan Puteri, dan aku mengetahui dengan jelas siapa orang itu. Aku sudah membaca cerita lengkapnya di novel, jadi sudah tidak kaget lagi dengan beberapa informasi.

"Terima kasih juga karna sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sehat." Senyum lembut Helen menjadi satu-satunya penguatku di dunia asing ini. Setidaknya dia akan terus bersamaku hingga akhir.

"Tuan Puteri Zanitha, bolehkah hamba masuk?"

Suara bergetar seorang wanita terdengar di balik pintu, membuatku sedikit mengernyit karna mereka masih saja ketakutan ketika ingin menemuiku. Padahal selama seminggu ini aku berusaha meninggalkan kesan baik dan tidak marah-marah.

"Biar aku yang membuka pintunya."

Aku kembali menatap keluar jendela ketika Helen melangkah menuju pintu. Yang terlihat pandanganku hanyalah taman yang dihiasi bermacam bunga berwarna-warni. Tempat ini lebih terasa seperti penjara daripada istana. Tidak ada satupun hal menyenangkan.

Novel fantasi kerajaan ini adalah salah satu favoritku karna memiliki alur yang tidak terlalu rumit dan mudah dipahami. Pemeran utama wanitanya tidak lain adalah adik tiri Puteri Zanitha. Thalitha Rosaria Agrafin, Puteri kedua kerajaan Agrafin. Anak perempuan yang sangat disayangi raja, permaisuri, para pelayan, ksatria dan seluruh rakyat Agrafin karna sifatnya yang lembut dan cerdas. Wajah cantiknya menjadi dambaan semua lelaki yang pernah melihat, termasuk Pangeran dari kerajaan Vadhesa.

Menurut novelnya, Lionda Adiora Vadhesa adalah satu-satunya pewaris tahta kerajaan Vadhesa. Ketika mengadakan upacara dewasa untuk Zanitha, gadis itu melihat sang Pangeran dan langsung menyukainya. Tapi sebenarnya Pangeran Lionda jatuh cinta pada Puteri Thalitha yang pada saat itu masih berusia empat belas tahun.

Vanitha melakukan berbagai cara hingga ayahnya mau menjodohkannya dengan sang Pangeran. Kalau tidak salah setahun setelah menikah, Pangeran Lionda akan menikahi Puteri Thalitha sebagai istri kedua dan hal itu membuat Zanitha murka. Berbagai kejahatan dilakukan Zanitha untuk menyingkirkan keberadaan Thalitha, tapi sayang semua usahanya gagal. Pada akhirnya ketika berusaha meracuni Thalitha, Pangeran Lionda mengetahui dan langsung menjatuhkan hukuman mati.

Seperti cerita-cerita lainnya, Pangeran Lionda dan Puteri Thalitha hidup bahagia selamanya setelah memberi hukuman kepada sang penjahat. Satu hal yang tidak kumengerti dengan jalan ceritanya hanyalah, kenapa sejak awal Pangeran Lionda mau dijodohkan dengan Zanitha? Tidak ada penjelasan spesifik tentang kejadian itu.

Tapi karna sekarang aku yang menjadi Zanitha, aku bisa menggali informasi lebih detail dan mencari cara agar terbebas dari pernikahan ini. Sebenarnya sudah kupikirkan beberapa cara selama seminggu ini. Karna aku sudah tahu siapa saja orang-orang yang akan berpihak pada Zanitha ke depannya, semoga saja akan lebih mudah bagiku untuk mencapai kebebasan. Lagi pula, sebagai pembaca aku tahu dimana tempat berlindung paling aman untuk Zanitha.

"Nona, baru saja seorang pelayan memberitahu kalau Pangeran Lionda beserta rombongan sudah tiba di istana. Yang Mulia juga memerintahkan Nona untuk menghadap padanya."

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas setelah mendengar apa yang disampaikan Helen. Masalah pertama yang harus kuhadapi adalah pernikahan yang tinggal dua hari lagi. Apakah benar-benar tidak ada cara agar pernikahannya dibatalkan?

"Aku akan bersiap," ucapku lirih seraya beranjak dari samping jendela.

Dalam novel ceritanya juga seperti ini. Zanitha akan pergi menuju istana raja untuk menghadap sekaligus menemui calon suaminya. Kalau tidak salah hari ini aku akan mengetahui secara langsung kalau Pangeran Lionda memiliki perasaan khusus pada Thalitha. Tapi Zanitha yang sekarang tidak akan peduli hal itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous