Télécharger l’application
57.14% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 48: Bab 48

Chapitre 48: Bab 48

"Ada apa Dinda?" tidak mendapatkan jawaban dari majikannya itu tentu saja membuat Daniar sedikit khawatir. Entah-entah ia takut kalau Dinda merasakan sakit lagi di perutnya.

"Dinda.." Daniar menggoncangkan tubuh Dinda agar ia lekas tersadar dari lamunannya.

"Eh ya kenapa Daniar?" tanya Dinda tidak mengerti.

"Kamu kenapa? Apakah perutmu sakit lagi?"

"Tidak, aku baik kok." Dinda tersenyum untuk mengakhiri rasa kekhawatiran abdi dalem nya itu.

"Tapi kenapa ekspresimu begitu, ada apa?"

"Apakah kelihatan sekali ya Daniar?" tanya Dinda sembari menyentuh wajahnya.

"Ya, tadinya kamu riang bahagia. Tiba-tiba jadi murah begini. Siapa coba tidak khawatir. Apakah aku harus memanggil tuan kemari?"

"Tidak perlu, kamu dengar sendiri kan dia harus menyelesaikan pekerjaannya."

"Tapi kamu kenapa? Ceritakan pada apa masalahmu. Siapa tau aku bisa membantumu memikirkan jalan keluarnya."

Dinda menunduk, meletakkan rambutan yang telah ia kupas kulitnya itu "Aku teringat seseorang ketika memakan rambutan itu."

Dinda menatap Daniar kembali lalu kemudian menggenggam tangannya.

"Apakah aku berhak bahagia di sini Daniar? Sementara keluargaku menderita di luar sana."

Perlahan buliran bening itu mengalir deras di pipi Dinda. Bahkan meski tidak tau seberapa besar kesedihan majikannya. Daniar bisa merasakan kepedihan yang luar biasa di hatinya.

"Apa yang terjadi pada keluargamu tentu kamu yang lebih tau Dinda. Sebagai temanmu aku ikut bersedih untuk mereka. Tapi kalau kamu juga ikut larut dalam kesedihan mereka, maka siapa yang akan mengulurkan tangannya untuk keluargamu. Mereka di sana pasti sedang menunggumu Dinda. Jadi janganlah kamu bersedih, kamu harus kuat untuk keluargamu."

Reflek Dinda mengusap air matanya, tersenyum sembari mengusap pelan rambut Daniar.

"Terimakasih ya Daniar, kamu benar. Aku tidak boleh bersedih seperti ini. Wonder Woman sepertiku tidak pantas untuk menangis."

"Nah gitu dong kan cantik."

"Kamu tau, adikku Okta suka sekali makan rambutan. Mungkin aku akan minta izin pada Arjun untuk menemuinya nanti."

"Terserah kamu saja Dinda. Asalkan kamu jangan bersedih lagi. Langit menjadi mendung tuh kalau kamu nangis hehe.."

"Kamu bisa saja."

-----

Suasana di luar memang cukup mendung siang ini. Angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat suasana semakin menenangkan.

Dinda mengajak Daniar kembali untuk mengunjunginya makam Nurma yang sempat tertunda.

Menaburkan bunga di atas pusara itu, Dinda dan Daniar dengan khusyuk mendoakan mendiang Nurma yang sudah beristirahat dengan tenang.

"Hai mbak apa kabarmu di sana? Pasti sekarang kamu bahagia kan? Mungkin kamu sudah semakin cantik sekarang. I miss you mbak Nurma. Kamu adalah orang pertama yang selalu melindungi ku di kediaman ini. Kamu tau, di sini sudah sangat banyak perubahan yang terjadi. Mbak Nurul sudah pergi dari sini. Untunglah Arjun bersedia melepaskannya. Menjadikannya abdi dalem untuk Rendi di banding harus menyiksanya sampai mati. Maaf ya mbak, Dinda mungkin tidak bisa sering-sering datang ke sini. Soalnya mungkin untuk kedepannya aku akan sibuk dengan beberapa misiku. Hehe kamu harus baik-baik mulai sekarang."

Setelah berdoa, Dinda mengajak Daniar untuk merenggangkan otot dengan berlari-lari kecil di sekitar halaman belakang.

Namun siapa yang menyangka ketika ia melewati halaman belakang ruang utama, Dinda berjumpa dengan Dona di sana.

Berbeda dengan Dinda yang cukup santai berpapasan dengannya. Terlihat Dona cukup gugup ketika melihat Dinda datang mendekat ke arahnya.

Dinda berhenti tepat di hadapan Dona. Memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kakinya lekat-lekat.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Dona merasa risih karenanya.

"Kamu dari mana?" tanya Dinda.

"Darimana apanya? Memangnya aku bisa pergi kemana dengan dua tongkat ini."

"Kenapa kamu nyolot begitu? Aku bertanya baik-baik bukan? Hmmmm mencurigakan."

Dinda memang nakal. Bukannya pergi, dia justru berjalan mengelilingi Dona yang tampak resah karena keberadaan Dinda sekitarnya.

"Kenapa pakaianmu rapih sekali? Lalu kenapa kamu jadi berkeringat begitu. Padahal cuaca sangat mendukung siang ini. Anginnya juga sangat menyejukkan. Kamu malah seperti pencuri yang ketahuan oleh massa." Dinda bertopang dagu seolah sedang berpikir. Memandangi penampilan Dona dengan tatapan menyelidik.

"Jangan mikir yang aneh-aneh deh. Bocah tengil sepertimu mana tau fashion." kata Dona ketus.

"Siapa juga yang mikir aneh. Aku hanya berfikir kamu cantik sekali hari ini. Seperti gadis yang akan berkencan dengan kekasihnya. Gini-gini ya, walau aku tidak pernah pacaran. Aku juga dulu gadis gaul kali. Masa iya tidak tau pakaian seperti itu di gunakan untuk acara apa. Kamu pikir aku bodoh apa? Kamu mau menemui siapa?"

"Aku tidak berkencan dengan siapapun. Jadi jangan bikin gosip yang tidak-tidak di sini."

"Jiahahahaha kurang kerjaan sekali aku bergosip tentangmu. Aku ini sibuk tau."

"Gadis nakal sepertimu sibuk?"

"Aku sudah tidak gadis lagi ingat? Kegadisanku sudah di renggut Arjun." bisik Dinda di telinga Dona.

Dona tentu tau jika Dinda tengah berusaha membuatnya marah dengan memanas-manasinya.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu katakan. Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi."

"Why? Ini kan tempat umum tante, you know? Kalau tidak ingin melihatku lagi ya sudah sana pergi. Aku masih ingin di sini."

Dona mengepalkan tangannya karena kesal, Dinda yang suka bercanda harus berhadapan dengan Dona yang tidak suka candaan tentu saja akan sangat menarik.

Kayaknya tom and jerry. Bibit-bibit perselisihan diantara keduanya memang terlihat sedari awal mereka bertemu.

Dona mengalah untuk pergi, bahkan rencananya gagal karena Dinda yang tidak mau mengalah padanya untuk pergi.

"Kurang ajar sekali dia menghalangi jalanku." gerutu Dona saat sampai kembali ke paviliunnya.

"Apakah dia tidak akan marah jika nyonya tidak datang?" tanya Denok.

"Pasti dia mengerti, kalau aku tidak datang sudah pasti karena alasan yang tidak bisa di hindari. Entah-entah kita akan dalam bahaya jika aku memaksa untuk tetap pergi."

Dona tidak menampik jika hari ini ia akan menemui seseorang. Namun karena terlihat oleh Dinda, rencana itu gagal total. Dona harus kembali dengan tangan kosong karena tidak bisa melanjutkan rencananya.

----

Dinda duduk di tepi kolam sembari mencelupkan kakinya sampai batas betis. Bermain-main dengan air walaupun ia tidak pandai berenang.

"Apakah kamu mencurigai nyonya Dona tadi?" tanya Daniar.

"Kamu juga kan?"

Daniar mengangguk "Itu ketara sekali bukan?"

"Ya iya lah besti. Apa lagi make-up nya itu. Untuk apa dia berdandan secantik itu tapi tidak ada bersama Arjun. Bukankah itu berarti untuk orang lain."

"Itu berarti yang di katakan Nurul itu benar?"

"Hmmm bisa jadi. Aku juga ingin tau kebenarannya."

Dinda berpikir sejenak, tampak memikirkan sesuatu masak-masak.

"Aku punya tugas untukmu."

"Apa itu?" Daniar penasaran.

"Kamu aturlah, tempatkan salah seorang abdi dalem kita di tempat Dona. Perhatikan setiap gerak-geriknya. Atau kalau tidak, bagaimanapun caranya itu. Suaplah salah pengawal di sana untuk menjadi mata-mata kita.

"Itu saja?"

"Ya, kamu bisa kan?"

"Of course. Serahkan itu semua padaku." kata Daniar penuh dengan percaya diri.

"Aku lupa, aku harus menemui Arjun sekarang."

Dinda bergegas pergi ke tempat tuan Arjun Saputra berada. Dengan di temani Daniar, Dinda pergi ke perpustakaan pribadi milik tuan Arjun Saputra.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C48
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous