Chapitre 10: Chapter 9 "Stalker" (REWRITE)
saat aku dan Ren di jalan menuju ke sekolah, kita melihat orang yang mencurigakan yang bersembunyi yang terus melihat ke arah gadis yang memakai seragam SMA yang belum pernah aku lihat bahkan dari ingatan tubuh ini.
"Ryuu sepertinya dia bukan orang yang baik." ren bilang.
akupun merasakan yang sama saat melihat pria tersebut.
pria tersebut seperti ada sesuatu di dalam tubuhnya yang bahkan membuat diriku tidak nyaman.
"kita amati terlebih dahulu situasinya. jika pria tersebut melakukan sesuatu yang berbahaya aku akan turun tangan."
"apa orang yang seperti dia di sebut stalker?"
"dari mana kamu tau?"
"ai-chan"
"ai-chan?"
"yup dari Kotak yang bisa bicara."
"ai-chan... kotak... hmm... ah maksudmu komputer yang aku tanam sebuah AI?"
"ohh kotak itu disebut komputer."
"iya. nanti jika kamu bosan dan aku sedang tidak ada, kamu minta di ajarin AI belajar komputer." tapi, bagaimana sebuah AI bisa melihat Ren? bahkan God of Creation pun tidak bisa melihat apalagi merasakan kehadiran Ren. sedangkan AI bisa... apa karen aku beri AI ingatan diriku?
kami berdua pun mengamati pria tersebut takut akan dia melakukan sesuatu yang berbahaya kepada gadis tersebut.
gadis tersebut tidak sadar akan stalker tersebut dan sedang asyik bermain smartphone nya. gadis tersebut dia sepertinya sedang menunggu seseorang.
stalker tersebut mendekat ke gadis tersebut dengan perlahan setelah melihat gadis tersebut sibuk dengan smartphone nya.
setelah cukup dekat dengan si gadis, stalker tersebut mengeluarkan aura hitam yang jahat yang hanya bisa di lihat aku dan Ren.
setelah melihat hal itu, aku merasakan hal yang buruk akan terjadi pads gadis tersebut, jadi aku langsung mendekati gadis tersebut.
"um halo" aku menyapa gadis tersebut dengan canggung.
"ya?" gadis tersebut mengalihkan pandangannya dari smartphone nya ke arahku.
gadis tersebut memiliki paras cantik dengan ekspresi tanpa emosi dengan rambut merah kecoklatan sedang dengan helai rambut yang menutupi bagian wajah kanannya. dia memiliki mata biru tua, tinggi rata-rata, dan payudara besar...
dia memakai sweter lengan panjang berwarna biru yang menutupi seragamnya. Dia juga memakai celana ketat hitam dan memakai headphone di lehernya dan ia memakai ranzel di punggungnya.
"umm..." lalu apa? aku tidak tau cara berkomunikasi dengan lawan jenis...
aku melihat stalker tersebut berhenti dan mengepalkan tangannya saat dia melihatku. matanya penuh dengan amarah dan kebencian saat melihat diriku.
saat aku tidak menjawab, gadis tersebut penasaran aku melihat ke arah belakangnya, dia pun memutar badannya.
saat dia melihat stalker tersebut, wajahnya sangat pucat dan tanpa sadar berpindah dan berlindung ke belakangku sambil memegang seragamku.
melihat itu, stalker tersebut pergi, sebelum dia pergi, dia melihatku dengan mata niat membunuh.
melihat itu, aku membuat sebuah robot yang sangat kecil besarnya bahkan lebih kecil dari lalat.
robot kecil ini langsung terbang dan menuju ke arah dimana stalker tersebut pergi.
"dia sudah pergi kok." aku bilang kepada gadis yang berlindung dibelakangku sambil ketakutan.
mendengarku, dia melihat dimana tempat stalker tersebut berdiri.
setelah gadis tersebut membuktikan perkataanku benar, dia melepaskan tangannya.
"kamu tidak apa-apa?" wajahnya masih terlihat pucat tetapi dia sudah mendingan.
"aku tidak apa-apa. terima kasih..." dia membungkuk sedikit dan berterimakasih kepadaku.
"kenapa kamu tidak menelpon polisi?"
"..."
dia tidak menjawabnya. well mungkin terlalu cepat untuk hal itu, apalagi aku bukan teman ataupun kenalannya.
"baiklah kalo begitu. lain kali hati-hati ya." hmm sepertinya aku melupakan sesuatu.
"tunggu!"
saat aku akan melanjutkan perjalananku, gadis tersebut memanggilku.
"iya?"
"nama..."
"nama? ah... namaku Ryuu salam kenal."
"aku Nakano Miku... aku juga, salam kenal..."
État de l’alimentation hebdomadaire
-- Classement
Power Stone 
-- Power
stone