Télécharger l’application
40% BLACK WINGS / Chapter 2: Suara

Chapitre 2: Suara

"Eh, iya sa. Astaga aku kira tadi aku tidur di rumah hahaha." Celetukku.

"Yeh kamu gimana, kitakan lagi study tour -_-"

"Iyaa, namanya juga tidur kan gatau masih setengah sadar haha."

Aku perlahan membenarkan posisi duduk dan membereskan barnag barang yang aku bawa. Sasa juga terlihat sedang membersihkan sampah cemilan yang tadi kami makan saat di perjalanan. Saat aku sudah mau berdiri dari kursi, tiba-tiba Garry berjalan melewati kursi kami dan berbisik ke telingaku.

"Gimana tadi pemandangannya? Bagus ya?" Katanya kali ini dengan nada yang lembut.

"Aduh mati aku, dia nyadar kalau tadi aku ngeliat dia waktu lagi tidur." Kataku dalam hati.

Tiba-tiba aku mengingat wajah Garry yang membuka matanya saat aku sedang melihatnya tertidur. Aku merasa malu sekali karena ketahuan melihat wajahnya.

"Eh.. anu.." Belum sempat aku balas perkataan Garry, dia sudah berjalan keluar dari bis.

"Eh, vir. Garry bisikin apa ke kamu? Kok muka mu sampe merah gitu?" kata Sasa.

"Ha?masasih muka ku merah? Nggak ko, bukan apa-apa sa."

"Garry mau aku deketin, kamu jangan naksir juga sama diaaa" Kata Sasa.

"Loh, kamu bukannya naksir sama Ka Guna?"

"Tuhkan kamu pasti ada apa-apa ya sama Garry ko sampe nggak mau gitu aku deket sama dia?" Jawab Sasa. "Hahaha nggak ko aku Cuma bercanda. Di otakku Cuma ada ka Guna aja." Lanjutnya.

Wah ini orang sempet-sempetnya becanda. Apa dia nggak tau kalo Garry itu orangnya berbahaya? Yasudahlah yang penting Garry sudah turun dari bis tadi.

"pokonya semangat deh vir kalo masu deketin Garry. Diakan orangnya tertutup banget." Kata Sasa.

"Bukan gitu ehhhh!!" Kataku kesal.

Kami pun akhirnya turun dari bis dan berbaris sesuai kelompok. Aku dan Sasa berada di kelompok 7 sedangkan Garry ada di kelompok 6.

"Tes.. Tes.. Perhatian buat mahasiswa Bis 2 silahkan kalian mencari nama kalian di tenda yang sudah kami siapkan. Untuk tenda laki-laki ada di sebalah kanan saya dan perempuan disebelah kiri saya." Kata Ka Guna menggunakan pengeras suara.

Aku dan Sasa berjalan menuju tenda. Disana kami bertemu dengan anak-anak dari kelompok lainnya juga.

"Vir, kita satu tenda!" kata salah seorang mahasiswi yang berdiri di belakangku.

Akupun menoleh kebelakang dan melihat sosok perempuan berambut pendek dengan dandanan tomboy, menggunakan kemeja flanel dan celana jeans. Tingginya kira-kira 166cm dan tubuh yang agak berisi. Dia adalah Marry, teman satu kelompokku saat ospek juga.

"Eh ry, kita satu tenda juga." Sahut Sasa.

"Loh Sasa? Asik kita bertiga satu tenda."

"Yaudah ayo kita masuk tenda dulu naruh barang-barang dulu." Kataku.

"Yuk!" Jawab Sasa dan Marry bersamaan.

Kami meletakan barang kedalam tenda dan juga menyiapkan sleeping bag untuk tidur nantinya. Karena tempat kita tidur di dalam tenda itu bebas, jadi kami meletakkan sleeping bag bersebelahan.

Setelah selesai menyiapkan di dalam tenda, kami keluar dan mencari anggota kelompok kami yang lain. Saat semua anggota elompok telah berkumpul. Aku melihat semua panitia sudah berdiri di area tengah. Ka Guna juga sudah siap dengan pengeras suara ditanganya

"Pada seluruh mahasiwa silahkan berbaris seusai dengan kelompoknya masing-masing."

Kamipun berbaris sesuai dengan kelompok kami masing-masing. Aku dan Sasa berada di kelompok 7 sedangkan Marry ada di kelompok 9.

"Ehm.. Untuk stour kali ini, akan berlangsung selama 3 hari 2 malam. Untuk hari ini kalian di bebaskan untuk mengitari area sekitar camp. Tapi ingat jangan terlalu jauh jika kalian masuk kedalam hutan. Untuk besok kalian sudah harus bangun jam 5 pagi karena kita akan pergi melakukan sampling dan mengati biota yang ada di gunung salak." Kata Ka Guna.

Mendengar kalimat harus bangun jam 5 pagi membuat semua mahasiswa menghela nafas. Ada juga yang mengeluh pada teman disampingnya karena harus bangun di pagi buta. Kalau akusih tidak masalah karena terbiasa bangun pagi, yang jadi masalah pasti si Sasa nih.

"Sa, kamu bisakan bangun pagi?"

"hehe bangunin yaa vir" Jawab Sasa sambil tersenyum kearahku.

"Dasar kamu ini, yaudah aku yang bangunin deh besok."

"Hahaha gitu dong, namanya juga temen harus saling membantu."

Setelah barisan dibubarkan, aku melihat Garry masuk kedalam hutan. Awalnya aku ingin menemuinya untuk minta maaf karena ngeliatin dia tidur saat barisan selesai dibubarkan. Tapi setelah melihat dia masuk hutan aku jadi harus mengikutinya masuk untuk bertemu dengannya.

"Sa, kamu ke tenda dulu aja kalo mau. Aku mau ke toilet dulu sebentar" Kataku pada Sasa.

"Oh yaudah bareng aja aku temenin."

"Eh, nggak usah. Masa ke toilet pake di temenin segala.." Aku mencoba untuk menolak tawaran Sasa.

"Yaudah deh kalo gitu aku sama Marry ke tenda duluan yaa"

"Okeedeh"

Setelah Sasa meniggalkanku, aku mulai masuk kedalam hutan untuk mencari Garry. Aku berjalan menyururi dedaunan kering yang sudah rontok dari dahan pohon. "Krek.. krekk" berisik sekali suara daun kering yang kuinjak-injak itu. Tidak hanya daun kering saja tapi ranting-ranting juga banyak yang berserakan di tanah.

Aku menengok ke kanan dan ke kiri tapi aku belum juga menemukan Garry. Mungkin sudah ada 20 menit aku berjalan menyusuri hutan tapi batang hidung Garry belum juga aku temukan. Karena lelah berjalan, aku duduk sebentar dibawah pohon pinus yang tingginya mungkin sekitar 20 meter. Sambil mengumpulkan tenaga, aku mengambil salah satu ranting pohon yang jatuh dan mematahkannya menjadi bagian bagian kecil. Tidak berapa lama aku mendengar suara.

"Sreeek.. Sreek"

Awalnya aku mengira itu adlah suara kaki Garry, tapi saat aku menoleh kearah suara itu, ternyata tidak ada seorangpun disana.

"Sreek... sreeek.."

Kali ini suaranya terdengar lagi tapi dari arah yang berlawanan dari suara pertama. Aku menoleh kearah suara itu tapi tetap tidak melihat seorangpun disana. Akupun mulai panik karena matahari sudah mulai tenggelam. Suara jangkrik mulai terdengar lebih keras karena aku berada di dalam hutan.

"Sreek... Sreeek..."

Suara itu terdengar lagi tapi kali ini suaranya berasal dari arah depanku. Karena saat itu aku masih melihat ke arah depan dan tidak melihat ada seorangpun, aku mulai membuka mulut dan berbicara.

"Siapa disana?" Kataku. Suara yang keluar dari mulutku sangat lemah karena aku mulai gemetaran. Beberapa saat setelah aku bicara, suara itu terdengar lagi "Sreek... Sreeek" tapi kali ini suara itu datang dari sebelah kanan, kiri, depan dan belakangku. Suara yang terdengar bersamaan itu kencang sekali seperti sudah dekat dengan tempat aku duduk.

Aku memejamkan mata saking takutnya. Ku ringkukan tubuhku dan duduk menempel dengan pohon pinus di belakangku. Aku berpikir dengan cara seperti itu aku akan lebih aman. Saat mataku terpejam, aku mendengar suara itu lagi "Sreek.. sreek" dan suara ini berhenti tepat dihadapanku.

"Hai, anak hawa. Kelihatannya kamu berani sekali datang kesini sendirian." Kata suara misterius yang ada dihadapanku.

"Siapa kamu?" tanyaku dengan suara yang sudah bergetar karena ketakutan.

"Buka dulu matamu dan lihat aku, kamu juga pasti akan tau hehe." Jawab suara misterius itu.

Aku yang masih ketakutan, tidak berani membuka mata. Aku takut kalau yang berbicara denganku adalah arwah yang ada di Gunung Salak.

"Hei, Ruwo. Kamu sudah menemukan anak hawa yang tadi masuk kesini?" Tiba-tiba ada suara perempuan yang bicara.

"Yo Lana, Aku sudah menemukannya. Dia ada di depanku saat ini." Jawab suara yang ada dihadapanku.

"Hei, semuanya. Genderuwo sudah menemukan anak Hawa itu." Kata suara perempuan yang tadi.

Mendengar kata "Genderuwo" aku mulai yakin kalau sosok yang ada di depanku adalah Genderuwo yang tinggal di Gunung Salak. Tubuhku mulai lemas, aku yang berniat mengembalikan tenaga dan duduk dibawah pohon pinus, kini justru merasa bahwa tenaga telah meninggalkan tubuhku. Aku ingin membuka mulut dan berbicara namun otot di wajahku sudah lemas dan tidak bisa membuka mulut.

"Hei, kamu aku suruh buka mata kok nggak dibuka buka matanya?." Kata Sosok yang ada dihadapanku. "sini biar aku bantu membukanya."

Aku merasakan tangan yang memiliki bulu mencoba membuka mataku. Ketika mataku terbuka, aku seperti merasakan kejutan pada jantungku. Benar saja sosok yang ada di depanku adalah Genderuwo. Makhluk yang memiliki tinggi sekitar 4 meter, memiliki bulu di sejur tubuhnya. Wajahnya sangat menyeramkan, gigi taring terlihat mencuat dari mulutnya.

"Nah begitukan bagus, sekarang kamu sudah taukan siapa aku? hehehe" kata Genderuwo sambil tersenyum menyeringai.

Tubuhku benar-benar lemas mengetahui apa yang aku lihat dihadapanku. Tak kusangka hari ini aku akan melihat hantu Genderuwo.

"Yo Ruwo, jangan buat dia ketakutan seperti itu dulu. Nanti dia bisa ngompol. Rasa dagingnya sudah tidak enak lagi hahaha" Kata suara perempuan yang tadi berbicara dengan Genderuwo.

Aku melihat kearah perempuan itu. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sosok perempuan itu juga sama menGarrykannya dengan Genderuwo. Dia memiliki rambut panjang yang menjuntai sampai kakinya dan melayang-layang di udara. Aku yakin sosok perempuan ini adalah Kuntil Anak. Disamping sosok perempuan itu ada 2 lagi makhluk yang menyeramkan. Yang satu berbntuk seperti boneka berukuran tidak lebih besar dari telapak tangan manusia dan memiliki rambut panjang. Yang satunya lagi adalah kepala yang melayang-layang dengan saluran pencernaan yang masih menempel di kepala tersebut.

"Lana, tenang saja. Kalau aku yang menyiapkan hidangan ini pasti akan tetap terasa lezat biarpun dia mengompol sekalipun." Kata Genderuwo

"Hahaha, jangan lupa aku ingin matanya." Kata kepala yang melayang.

"Aku ingin darahnya. Pasri sangat lezat darah dari seorang anak hawa yang masih perawan." Kata sosok boneka kecil yang duduk dipundak Kuntil Anak.

Aku benar- benar sudah tidak bisa menahan lagi rasa takutku. Aku ingin teriak tapi suaraku tidak mau keluar dari mulutku. Saat aku sudah pasrah dan ingin memejamkan mata lagi. Tiba-tiba aku melihat banyak bulu hitam beterbangan dan jatuh di tempat kami berdiri.

"Hey, apa yang kalian lakukan makhluk tingkat rendah!" Suara itu terdengar sangat lembut walaupun dengan nada yang terdengar tinggi.

Saat itulah aku melihat "Si Sayap Hitam".


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous