Membuka matanya, dia melihat kepala Gu Jinglian bersandar ringan di bahunya. Napasnya yang hangat menyapu pipinya. Untuk sesaat, dia merasa seolah-olah dia menghirup setiap napas yang dia hembuskan.
Napasnya tampak sedikit panas, dan dia merasa dirinya memerah. Dia tanpa sadar mendorongnya, tetapi tubuhnya tetap kokoh. Dia memeluknya begitu erat sehingga dia merasa seperti dia adalah hartanya yang paling berharga.
Ekspresi Chu He menjadi semakin tidak wajar. Dia melihat napas Gu Jinglian terasa berat. Mungkin karena dia terlalu lelah beberapa hari terakhir ini, dia sekarang tertidur lelap.
Dia tidak tahu kapan dia tertidur, jadi dia tidak tega membangunkannya.
Chu He menutup matanya, berniat untuk beristirahat sebentar lagi, sampai ledakan mengejutkan datang dari pintu masuk gua. Suara itu memekakkan telinga dan menyebabkan telinganya berdenging. Gu Jinglian juga langsung terbangun.