Putra Chu He sudah lama terbiasa dengan kepergiannya ke kantor lebih awal dan hanya pulang larut malam, meskipun dia masih merasa sangat bosan tinggal di rumah sendirian.
Karena kurangnya identitas dan tempat tinggal permanen yang terdaftar, anak laki-laki itu bahkan tidak dapat menerima akta kelahiran ketika dia lahir, apalagi bersekolah di taman kanak-kanak seperti anak-anak lain seusianya.
Meskipun taman kanak-kanak desa itu agak kumuh, mereka masih memiliki sistem; mereka tidak bisa membiarkan seorang anak tanpa latar belakang apapun seperti Baby Chu untuk mendaftar di sekolah mereka. Dengan demikian, anak laki-laki tersebut hanya bisa menghabiskan waktunya untuk menonton acara TV di rumah atau bermain dengan anak-anak desa lainnya saat ibunya sedang bekerja.