Télécharger l’application
94.73% Hanya Hujan / Chapter 18: Bertemu dengan Anggota Tim Kembali

Chapitre 18: Bertemu dengan Anggota Tim Kembali

" Dan terakhir yang mau ku ingatkan adalah.. Jangan mentang mentang di hutan, kalian bisa berbuat hal yang seronoh dan nyeleneh ya, awas kalau ketauhan. Akan di beri sanksi yang cukup berat. Ngerti.. " Kata Sofi sambil menggerak gerakan spidolnya ke arah murid. " mengerti.. " Ucapnya dengan kompak dari para siswi. " Sudah itu saja yang mau saya sampaikan, terima kasih " Sofi langsung berbalik untuk menghapus papan tulis yang sudah di gambarkan sebuah bagan olehnya. Usai menghapus.. Ia langsung kembali ke tempat duduknya setelah meletakkan spidol hitam itu di bagian ujung penyangga papan tulis bersama dengan penghapus bantal.

Sementara.. Aku masih menikmati coklat panas dari Saki yang sekarang sudah tinggal sedikit, Aku meneguknya sampai habis dan mengusap bibir ku yang berubah menjadi kecoklatan karena minuman itu, aku menyekanya dengan lengan kanan ku. Ahh.. manisnya... " Saki.. nih gelasnya kamu yang bawa atau aku? " Tanya ku pada Saki yang sekarang sedang fokus membaca buku bergenrekan fantasi miliknya, " Aku saja.. " Jawabnya dengan pelan karena separuh jiwanya saat ini sedang memasuki ruang imajinasi dari buku ceritanya. " Oke.. " Ucap ku sambil menumpukkan gelas itu menjadi satu bagian di atas mejanya. Aku menutup buku tulis ku dan mengambil sebuah buku novel bergenrekan romantis dari kolong meja.

Ketika baru membuka halaman ke-empat puluh tiga dari buku itu dan mencari lanjutan dari bekas ku sebelumnya, tiba tiba.. ada seorang siswi yang datang menghampiri ku, ku kira.. Ia ingin meminta coklat panasnya Saki. " Hey.. Mugi, kamu tadi di panggil sama squad Chiron untuk menemui mereka di kantin " Katanya dari salah satu siswi yang datang menghampiri ku. " hhm.. kapan ya? " tanya ku kembali pada siswi itu. " Kata mereka sih sekarang, mumpung beberapa guru sedang rapat, jadi.. cepat lah temui mereka. Nanti yang ada.. aku yang di cekal karena mengira jika aku tidak menyampaikannya ke kamu " Ucapnya dengan nada yang sedikit gemetar.

" Ok.. makasih ya buat informasinya " Ucap ku pada siswi itu, aku mulai bangun dari tempat duduk ku dan meninggalkan buku novel ku yang tergeletak begitu saja. " Saki.. aku pergi dulu ya.. " Aku melewati Saki yang sedang asik dengan ruang khayalnya dan menuju mejanya si Dera. " Der.. aku mau pergi menemui anggota tim ku, boleh kan.. " Tanya ku pada Dera yang sekarang sedang sibuk menghitung uang kas kelas. " Iyah.. Silahkan Mugi " Jawabnya dengan lugas. Aku langsung berjalan keluar menuju kantin kecil, dan benar saja.. di sana ada dua orang laki laki dan satu orang perempuan yang sedang menunggu di meja kantin bagian pertama dari kelas ku.

" Hey.. Mugi " teriaknya dari seorang laki laki bertubuh jangkung dengan postur tubuh yang bisa di bilang kurus. " Hey.. sudah lama tidak bertemu kalian " Ucap ku pada mereka yang sedang duduk bersandaran dengan beberapa mie goreng di atas meja mereka. " Mugi.. apa kamu tidak kangen dengan ku.. " Ujarnya Meli dengan nada yang menggoda ketika aku sudah berada di dekat mereka, " Hahaha.. tentu saja aku kangen, lagi pula kan.. kami memang jarang bertemu karena kelas kami cukup jauh " Ucap ku pada Meli yang sedang mengaduk ngaduk mie goreng miliknya. Sesaat.. aroma sedap dari mie itu mencoba menerka rasa lapar ini, Hhmm.. aku menghirup aromanya yang begitu menyengat saat Mie goreng itu mulai berubah menjadi kecoklatan, ahh.. rasanya perut ku mulai keroncongan kalau harus melihatnya memakan satu piring utuh mie goreng di hadapan ku saat ini.

" Hahaha.. benar juga, mana kantin yang tersedia juga cukup banyak " Kata Meli yang mulai memakan mie gorengnya yang sudah tergulung gulung di ujung garpunya. " Hey.. masih kecil saja kau, kapan besarnya.. " Sontak aku terkejut saat pria besar di samping ku berbicara kepada ku dengan nadanya yang serak dan terdengar berat. Aku langsung menoleh ke arahnya yang masih menyeringai di hadapan ku. Tepatnya.. seorang pria dengan postur tubuh besar yang sedang berdiri menumpukan sikunya pada ujung penyangga bangku panjang. " Aku sudah besar tau.. memangnya kalau dewasa itu harus tinggi apa.. " Tanya ku kembali pada Pria besar itu, Ia bernama Riko yang sering menjadi penyelamat untuk bola bola jauh, dan pencetak tiga home run dalam satu pertandingan saat tim kami melawan tim Juju

" Tentu saja, liat nih kayak gw.. besar kan " Ucapnya sambil memamerkan otot otot tangannya yang begitu kekar dengan urat hijaunya yang besar menjalar di sekitar lengannya, aku tidak bisa mengira.. butuh berapa lama kah push up yang di perlukan untuk memiliki otot sebesar Riko. " Waw.. perasaan kemarin gak sebesar itu deh " Aku memuji tubuhnya Riko yang sangat besar dan berisi, kalau di bandingkan dengan ku ya.. tau lah, jauh kemana mana. " Hey Mugi.. kemarilah " Perintahnya Meli pada ku, aku pun duduk di sampingnya dan tepat di hadapan ku ada sebuah mie goreng yang terlihat begitu menggoda dan meminta ku untuk menyantapnya.

Rasanya.. seperti baru di pesan, kalau di lihat dari mie nya yang masih segar dan belum tersentuh oleh siapa pun. " Eh.. punya siapa ini? " Tanya ku dengan malu malu, " Sudah.. makan saja " Ujar Meli sambil memakan Mie goreng miliknya. " Benarkah.. terimakasih, ngomong ngomong.. Riko gak ikut makan " Tanya ku pada Riko yang masih berdiri seperti sedang mengawasi kami. " Tidak.. aku sudah kenyang.. lagi pula, makan mie banyak banyak tidak sehat " Kata Riko sambil menunjukkan senyum kecil dari wajahnya yang selalu terlihat serius.

" Hahaha.. kau tau apa Riko, mie di rumah ku saja lu kan yang ngabisin.. " Serunya Rendi pada Riko yang hanya memperhatikan ke arah lapangan dengan cukup serius, padahal kan di sana.. tidak terlihat siapa pun yang sedang bermain. Tapi.. ntah lah, rasanya Riko saat ini sedang tidak gembira, raut wajahnya yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Walau pun.. dia itu memang orang yang tergolong cukup pendiam dan jarang berbicara kepada orang lain, tapi.. aku bisa merasakan dari tatapannya.

" Hey.. Riko, kamu kenapa diam saja dari tadi, gengsi ya gak bisa beli motor baru " Ledeknya Meli pada Riko yang hanya membalasnya dengan senyuman kecil. " Tidak.. aku hanya memikirkan untuk musim ini, apakah kita bisa mengalahkan tim unggulan seperti Extra, HD, Crow dan Bison. Ya.. setidaknya kita bisa lolos lah dari babak penyisihan " Ungkapnya Riko dengan sedikit tegas yang membuat ku sedikit gugup. karena.. merasa sedikit trauma dari pengalaman ku yang masih terbayang, takut jika orang sepertinya membentak ku dengan nada kasarnya, walau pun Riko merupakan orang yang baik dan solid. Tapi.. rasanya kali ini agak beda dari biasanya.

Aku masih menikmati hidangan ku bersama dengan es jambu yang sudah di siapkan. Rasanya cukup aneh.. karena minuman yang di pesan berbeda beda, ada yang berwarna biru dan hijau. Apa ini maksudnya?, tanya ku dengan terheran heran. " Ingat.. ekskul kita akan di cap gagal dan di nyatakan ilegal untuk di main kan " Sontak perkataannya yang membuat ku tersedak. " Ugh.. ugh.. " Aku terbatuk batuk sambil menutupi mulut ku. " Mugi.. pelan pelan makannya " Ujarnya Meli sambil memijit mijit leher bagian belakang ku. Aku menyedot minuman ku dan sekarang sudah merasa cukup lega.

" Elu sih.. ngoceh mulu, bikin orang keselek aja " Kesalnya Rendi sambil menyikut lengannya Riko. " Maaf maaf.. bukan maksudnya begitu, tapi.. ini fakta.. dan fakta sifatnya nyata " Ungkapnya Riko sambil mengambil tempat duduk di samping ku. " Hey.. Mugi.. apa kamu masih mau memperjuangkan tim squad ini? " tanyanya Riko pada ku dengan wajah seriusnya, aku membuang pandangan ku ke depan sambil menyedot minuman ku kembali. " Iyah.. aku masih mau, memangnya kenapa? " Tanya ku kembali pada Riko yang sekarang memegang tangan kiri ku dengan cukup erat. " Kamu tahu gak.. kalau ekskul baseball akan di tutup.. jika kita gak berhasil masuk semi final " Sontak aku terkejut dengan raut wajah yang tak percaya dengan kenyataan itu.

" Benar kah.. kok bisa.. " Tanya ku kepada Riko yang sekarang tampak sedih dan lesuh. " Ya.. karena ekskul ini di pandang buruk di mata guru, bukan karena kasus atau pun pelanggaran yang di lakukan oleh anggota squad kita.. tapi, karena prestasi yang di dapat tidak pernah memuaskan " Ungkapnya Riko dengan wajah sedihnya. Aku juga ngerti kok.. memang baseball kami belum mampu untuk bersaing dengan tim sekolah lainnya. Di tambah.. keahlian pemain kami juga masih terbilang biasa biasa saja, tidak ada yang spesial. Aku juga belum menemukan jati diri ku di squad ini.

" Aku pasti akan berjuang lebih keras lagi.. " Ujar ku pada Riko yang sekarang raut wajahnya berubah menjadi ceria. Ia mulai melepaskan genggaman tangan kiri ku dan berkata " Makasih Mugi.. aku percaya dengan kemampuan mu.. kamu ingat kan, waktu mengalahkan tim Haku pada babak penyisihan, pukulan mu begitu keras dan kencang " Ungkapnya Riko sambil memperagakan dengan tangannya, Ia menggambarkan sebuah bola yang terlempar dari pukulan ku begitu jauh sampai sampai nyangkut di kap pesawat. " Hahaha.. bisa aja, ngomong ngomong bagaimana kondisi si Alif, apakah dia sudah sembuh? " Tanya ku pada mereka, Rendi mencoba menjelaskan semuanya.

" Alif.. dia sebenarnya tidak apa apa, bahkan Ia sama sekali tidak mengalami cidera yang cukup parah, pada saat itu.. Ia juga bilang kalau hanya di periksa saja, tidak sampai di rawat inap seperti yang di katakan oleh orang tuanya " Kata Rendi sambil menyedot minuman jus hijaunya. " Terus.. dia masih termasuk bagian kita kan " Tanya ku kembali pada Rendi " Tidak.. maskud ku.. " Ungkapnya Riko yang terputus begitu saja, " Jadi begini.. dia sebenarnya masih mau berlaga di musim musim berikutnya bersama kami, hanya saja.. orang tuanya tak lagi memberikannya izin dan menghalanginya untuk mengikuti olahraga baseball bersama kita lagi " sambungnya Meli.

" Jadi intinya.. Dia sudah out dan tidak akan pernah lagi datang untuk bergabung bersama kami " Mendengar penjelasan dari Rendi seketika membuat ku bersedih dan patah semangat, kenapa bisa begitu.. padahalkan Alif itu mainnya bagus, dia lincah dalam mengambil bola jauh dan refleknya yang begitu cepat saat memukul bola, bahkan.. hampir setiap kesempatan memukulnya tak pernah Ia lewati. " Oh.. ku rasa memang sudah bukan jalannya " Ungkap ku pada mereka yang masih memusatkan pandangannya ke arah ku.

" Dan.. bukan hanya dia saja yang keluar, tujuh dari tiga cadangan dan empat pemain utama juga telah memutuskan untuk keluar dari baseball " Tambahnya Riko dengan wajahnya yang lesuh, pandangannya tak lagi memandang ke arah wajah ku, karena saat ini Ia sedang menengadah sambil menyenderkan badannya di penyangga bangku panjang. Merentangkan tangan tangan besarnya di sepanjang penyangga bangku dengan katup matanya yang mulai menutup.

" Tapi.. tenang lah, kita gak kekurangan pemain kok, masih bisa berlaga di musim nanti tanpa harus merekrut anggota sebagai pengganti mereka " Meli mencoba menenangkan kami yang masih tidak percaya dengan permasalahan yang sedang menerpa klub baseball kami, hilangnya rasa kebersamaan yang sudah tertanam dari para pemain sebelumnya membuat ke depannya semakin sulit dan longgar. " Tenang lah, kita pasti bisa juara musim ini, ingat.. hanya butuh satu kali juara. Maka kita masih bisa bertahan untuk musim berikutnya " Ucapnya Rendi dengan penuh semangat dan percaya diri.

" Iyah.. gak ada salahnya kan mencoba lagi untuk menjadi yang terbaik " Meli mulai merangkul ku untuk memastikan jika aku masih mempertahankan squad ini, walau.. memang kualitas permainan kami masih kurang, tapi.. aku tetap bangga dengan kalian semua. Tetap mau berjuang bersama sama, ntah lah.. di satu sisi merasa sedih, tapi di sisi lain juga merasa gembira.. karena bisa menunjukkan kemampuan ku secara langsung tanpa harus menunggu untuk menggantikan pemain lainnya yang mengalami cidera. Tapi.. aku juga khawatir jika nantinya malah mengecewakan mereka semua. Tidak.. itu tidak akan terjadi. Gerutu ku sendiri sambil membuang rasa pesimis ini.

" Ya sudah.. cepat habis kan makanan dan minumannya, kali ini aku yang traktir. Tapi ingat.. untuk perayaan kemenangan nanti jangan meminta ku lagi ya.. hahaha.. " Ucapnya Riko pada kami, sontak.. ucapannya yang membuat ku ikut tertawa dengan rasa percaya diri yang sedikit bertambah. Ia pun mulai terbangun dari sandarannya dan menatap ke depan dengan tatapan kosong. " Hahaha.. tenang saja, kalau nanti kita menang. Aku akan mengadakan sebuah pesta besar sebagai bentuk dari perayaan di rumah ku bersama seluruh anggota Squad Chiron " Semangatnya Rendi sambil mengepalkan tangan kanannya seperti sedang mengisi chakra, dengan pose layaknya seorang yang berhasil memecahkan rekor dunia.

" Ya sudah.. kalau begitu aku pergi dulu ya, karena topik yang kita bahas sudah sampai pada poin pentingnya " Tegasnya Riko sambil bangun dari tempat duduknya, Ia melangkah menuju lorong panjang yang berada di sebelah kanan kantin, Riko pun pergi meninggalkan kami bertiga yang masih betah mengobrol satu sama lain.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C18
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous