Cuaca hari ini sangat buruk , angin menerbangkan mobil dan menumbangkan beberapa pohon. Warga di harap kan untuk tidak berpergian dan tetap di rumah jangan lupa untuk mengunci jendela,pintu rumah dan jangan lupa menghidup kan pemanas. Di perkirakan cuaca akan memburuk sampai dua sampai tiga hari mendatang. Suara siaran terakhir yang di dengar mereka, sampai akhir nya semua aliran terputus karena angin kencang memutuskan kabel aliran listrik yang tersambung pada tiang-tiang besar yang berdiri kokoh di sekitaran jalan
" KYAAAAA..." Teriak Aeychan saat lampu padam sempurna, deruan angin sangat kencang, seisi ruangan yang tenang dan sunyi hanya terisi oleh suara deruan angin dan getaran-getaran jendela. Tangan Aeychan menarik baju seseorang yang ia tidak ketahui, ia mencengkeram erat pakaian seseorang itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Maurer, ia menenggelamkan setengah kepala nya di balik pakaian Maurer
"Siapapun di samping ku.. jangan tinggalkan aku" Aeychan makin menarik kuat pakaian Maurer
" Tunggu, kalian di mana? Jangan tinggalkan aku juga" Sahut Sendy yang ketakutan karena jarak nya paling jauh di bandingkan mereka berdua, Sendy menghidupkan lampu ponsel nya dan menyoroti sisi depan nya, lampu sorot nya berhenti pada sosok seseorang yang duduk tepat di seberang diri nya, ia mendapati sosok wanita yang sedang mencengkram kuat pakaian seseorang yang belum ia ketahui, sambil menenggelamkan setengah kepala nya di pakaian yang ia cengkeram.
Aeychan menatap balik paparan sinar tersebut, mencari tau siapa sosok di balik cahaya tersebut, setelah ia mengetahui sosok dibalik cahaya tersebut, secara kompak matanya ikut bergerak sesuai arahan cahaya , menyoroti sosok pria yang ada di samping nya. Aeychan mendongkak kan kepala nya keatas, menatap Maurer yang berbalik menatap nya, cahaya berhenti sejenak di sana.
Sendy langsung segera menutup mulut nya dengan tangan kanan nya, untuk menghentikan teriakan yang akan keluar dari mulut nya,mata nya sedikit melotot, ia bisa merasakan diri nya layak nya dalang di atas panggung wayang yang menyoroti kedua wayang tersebut dengan cahaya, ia mengarahkan cahaya tersebut ke lengan Maurer , tepat di mana tangan Aeychan masih berada di sana. Mereka berdua menatap lengan mereka masing-masing , dan saling menatap kembali sampai akhir nya , Aeychan langsung dengan cepat melepaskan cengkraman nya.
Namun sebenar nya ia sangat berat untuk melepaskan tangan nya dari pakaian Maurer, karena ia sendiri sangat takut kegelapan,ia memeluk tangan nya sendiri sambil sekali-sekali mengosokan tangan nya karena pemanas di ruangan juga ikut mati.
" Aku akan coba mencari genset di ruang bawah tanah, atau bisa jadi di gudang" Maurer berdiri hendak melangkah kan kaki nya
" Tunggu " Aeychan kembali menarik lengan baju Maurer , Maurer kembali menatap nya " Aku ikut.."
" Kau di sini saja, jika aku ke gudang... kita harus menyebrangi rumah ini untuk sampai kesana"
" Tunggu sebentar.. kalian lupa jika aku juga ada di sini?" Tanya Sendy yang sedari tadi menyoroti mereka berdua yang melakoni sandiwara kehidupan, Maurer dan Aeychan menatap ke Sendy
" Apa kita harus keluar melawan angin untuk pergi ke gudang? "
" Ya.., kita tidak ada pilihan lain, jika cuaca nya akan seburuk ini sampai 3hari kedepan, kita memerlukan listrik untuk penghangat."
" Aku tetap ikut, jangan tinggalkan aku " Tegas Aeychan
" Aku di sini saja.., aku pasti tidak dapat melihat dengan jelas jika di luar sana" Lanjut Sendy
"Baiklah kalau begitu, ayo kita jalan" Menatap Aeychan yang berdiri di samping nya, ia menatap Aeychan dari atas sampai bawah
" Kenapa menatap ku begitu" Mata Aeychan mengikuti pergerakan mata Maurer
Maurer mengambil kain yang terletak di sofa dan melilitkan kepada Aeychan , dan merapikan nya, hingga tidak ada celah lagi yang tak tertutupi " Di luar pasti angin kencang sekali, pakai lah pakaian yang lebih tebal"
Apa ini? Apa yang ku tonton? Drama Korea ? Tanya Sendy pada diri nya sendiri yang duduk di atas sofa meringkuk di balik kain tebal yang dapat menghangatkan nya, tangan nya sendiri masih memegang ponsel yang menyoroti mereka berdua.
" Ehem.." Deham Sendy, agar mereka menyadari kalau diri nya masih berada di sana, dia memang bersembunyi di balik kegelapan, tapi bukan berarti ia tidak terlihat sama sekali kan? Maurer menyunggingkan senyuman nya ke Sendy dan bergerak pergi, sambil memegang dua senter di atas tangan nya
Aeychan menarik lengan baju Maurer , sementara tangan sebelah nya lagi ia memegang senter untuk menerangi perjalanan mereka menuju gudang bawah tanah " Tunggu, aku tidak dapat melihat dengan jelas"
Maurer berhenti mendadak, membuat Aeychan yang dari tadi berjalan tertunduk untuk melihat langkah kaki nya di kegelapan langsung menabrak Maurer " Aku tidak percaya, orang yang suka berteriak-teriak dan kasar , takut akan kegelapan. Kau tidak mencari kesempatan kan?" Membalik kan badan dan menatap Aeychan yang kesal dengan pemberhentian nya yang mendadak
" Apa maksud kata-kata mu Maurer.., aku tidak akan mencari kesempatan.., hati ku sudah ada yang memiliki, kak Albert..., kau tau itu" Mengancungkan jari telunjuk nya kedepan muka Maurer
" Jadi.. kenapa kau tidakberlari kearah nya di saat seperti ini"